DIMADURA.ID – Bagi orang Madura, kecantikan seorang wanita, setidaknya dapat diukur dengan 27 indikator. Indikator wanita cantik ini meliputi 22 kriteria fisik dan 5 kriteria sifat yang akan dijelaskan secara detail dalam artikel ini.
27 indikator ini dapat dijadikan ukuran apakah wanita tersebut termasuk cantik atau tidak.
Demikian sebaliknya, lelaki dikatakan tampan atau tidak, semua itu tergantung pada kualitas fisik dan sifat yang dimilikinya. Bagian ini akan dibahas secara tersendiri dalam artikel berikutnya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sendiri mendefinisikan cantik secara singkat, hanya dengan elok dan molek tanpa indikator seperti apa keelokan wajah dan kemolekan tubuh dimaksud.
Nah, berikut dimadura.id sajikan indikator wanita atau lebih pasnya perempuan cantik menurut orang Madura.
A. Indikator Fisik Wanita Cantik
1. Kepala dan wajah
Indikator pertama adalan tentang keelokan wajah dan keovalan bentuk kepalanya. Perempuan disebut cantik apabila wajah dan kepalanya seperti penjelasan berikut.
Pertama tentang wajah, sebagaimana diistilahkan dalam oca’ pangalem (kata sanjungan) Bahasa Madura di bawah ini.
Robâ otabâ mowana ambulân pornama (wajahnya bagai bulan purnama).
Selain bentuk kepalanya bulat oval dan simetris, aura di wajahnya juga tampak bersinar; hangat dipandang seolah sedang menyaksikan bulan purnama.
Ambulân pornama tidak cukup menjelaskan kecantikan seseorang. Sebab, ada dua dominan warna kulit orang Madura, yakni kuning dan hitam.
Perempuan dengan warna kulit kuning dan hitam dapat dikategorikan cantik jika kulitnya mulus bersih tanpa bekas luka.
Hal itu dapat digambarkan sebagaimana istilah bahasa Madura berikut.
Raddhin konèng, kole’ robâna losnèng ngamennyor akadhiyâ konèng buwâna monḍhu (wajahnya cantik, kuning mulus berseri layaknya warna buah mondu).
Celleng manès atau seḍḍhâ’ manès (hitam manis atau enak manis).
Walaupun kulit wajahnya hitam tetapi mengesankan. Seumpama hidangan mewah, jika dipandang membuat orang tergiur karena takaran sajian yang pas, rapi, bersih dan memukau.
2. Mata
Indikator kedua adalah mata. Mata perempuan yang bagus dapat dilihat dari bentuk dan ukurannya. Mata itu tidak sipit dan tidak pula lebar (ta’ sèpèt tor ta’ bhulâk). Memandangnya, dan mata kita pun seolah tak rela pejam walau sejenak.
Sebagaimana digambarkan dalam oca’ pangalem bahasa Madura berikut.
Matana morka’, mella’ ta’ marè (mata dengan porsi ukuran yang pas, terus terbuka seolah tak pernah memejam sedikitpun).
Matana mata kètèran (matanya seperti mata burung perkutut).
Jadi, menurut orang Madura, mata yang bagus juga dapat diibaratkan dengan mata burung perkutut.
Orang Melayu mambahasakannya dengan mata bola pingpong. Cara mata itu melihat menunjukkan penglihatan yang sempurna.
3. Alis
Alis yang bagus menurut orang Madura dapat digambarkan dengan bulu alis nan lebat, tajam, dan terpahat rapi.
Pada oca’ pangalem bahasa Madura disebutkan dengan istilah: Alessa anḍâun mèmbhâ (alisnya lebat seperti daun pohon soekarno).
Jika diibaratkan pada sebuah daun, alis tersebut adalah daun pohon soekarno, dimana dari ujung batang hidung ke samping kanan dan ke kiri, bentuk alis tersebut semakin lancip.
Dalam Bahasa Indonesia, kita mengenal istilah ‘seperti semut beriring’. Kita bayangkan bagaimana formasi saat semut berjalan dan berbaris, seperti itulah lebat bentuk alis yang bagus.
4. Bulu mata
Bulu mata yang bagus adalah bulu alis yang sedikit mendongak ke atas menyerupai bentuk bunga tanjung. Harum bunga ini wangi dan sedap.
Sebagaimana diucapkan dalam oca’ pangalem bahasa Madura, “Bulu kèjhâ’na nyekkar tanjhung, maletthèt”. Artinya, bulu matanya lentik seperti bunga tanjung yang telah mekar sempurna.
Dalam tradisi orang Madura, ada dua cara bagaimana agar bulu alis seorang anak bisa lentik. Hal itu bisa diupayakan sejak bayi.
Cara pertama, sehabis dimandikan, biasanya para orantua akan meniup bulu alis bayinya dari mata ke arah atas. Hal itu rutin dilakukan setiap usai dimandikan agar kelak bulu alis tersebut sedikit mendongak ke atas.
Cara kedua, rutin mencukur bulu alis sejak kecil, dilakukan setiap minggu atau setengah bulan sekali. Maka seiring beranjaknya waktu, bulu alis akan tumbuh semakin lentik.
5. Bibir
Bibir manis perempuan cantik adalah bibir yang tidak tipis dan tidak terlalu tebal. Ukurannya seperti seiris daging buah jeruk.
Sebagaimana dalam oca’ pangalem bahasa Madura, “Bibirrâ akadhiyâ jherruk salonè”. (Bibirnya seperti seiris daging buah jeruk).
Dalam oca’ pangalem lain disebutkan “akadhiyâ manggis karèngngat”. (Bibir perempuan itu layaknya biji kecil daging manggis.
6. Pipi
Dalam oca’ pangalem bahasa Madura disebutkan, “Pèpèna ngalompang atau kèto’ pèpè lessong, pipinya seumpama dua belah bibit kelompang. Pipi yang tidak kèlpong (tidak cekung) dan tidak tembem (cembung); agak montok dan menggemaskan.
7. Dahi
Ada dua oca’ pangalem yang cocok untuk mendeskripsikan dahi yang bagus.
Pertama, Ḍâina mènco’ kaḍungḍung (dahi yang menyerupai separuh oval buah kedongdong).
Kedua, Ḍâina ngapèthèng, yakni dahi yang menyerupai tubuh kepiting. Dengan kata lain, dahi tersebut berukuran setengah cembung, mulus dan tidak mengerut.
8. Hidung
Tidak hanya mancung, hidung yang bagus menurut orang Madura adalah hidung yang tidak kecil dan tidak pula melebar.
Orang Madura mengistilahkannya dengan: Èlongnga merrèt, narcèng (hidung mancung nan menukik).
Artinya, selain hidung tersebut mancung tetapi tidak mergàng (berlubang besar seperti orang bersila). Singkatnya, ujung hidung itu sedikit menonjol di atas lubang hidung.
9. Gigi
Kita kenal oca’ pangalem: Ghighina ambâliling bighi temon, giginya halus tajam seperti biji buah mentimun. Selain itu, tekstur antara gigi atas dan gigi bawah terlihat seimbang.
Gigi tersebut berjejer putih rapi dengan ukuran yang agak tipis. Tidak ‘nyorngat‘ (menjorok ke depan) dan tidak pula solè (maju mundur).
Namun demikian, yang disebut kedua, solè, tidak tentu dapat dijadikan ukuran jelek-cantik seorang perempuan. Ada banyak artis papan atas Indonesia dengan gigi solè malah terlihat cantik menawan.
10. Rambut
Sebagaimana dahi, oca’ pangalem untuk rambut juga ada dua istilah. Pertama menggambarkan tekstur rambut dan yang kedua menggambarkan ukuran panjangnya.
Berikut ini oca’ pangalem untuk menggambarkan rambut perempuan cantik menurut orang Madura.
Obu’na malè’ katopa’, rambut perempuan tersebut seperti janur melengking atau, juntai bungkus ketupat saat dilepas.
Dalam Bahasa Indonesia kita kenal dengan istilah ikal mayang; rambut yang berombak bagai panjang mayang bunga kelapa.
Obu’na nyasar bângkong, nyasar tombet.
Maksudnya, rambut itu menjurai dan melengkung seolah ingin mencapai bokong. Selain itu, bentuknya tidak ikal dan tidak pula lurus.
Sementara yang dimaksud nyasar tombet dengan metafora hiperbolis adalah bahwa jika kita melihat rambut perempuan tersebut, maka seolah mata kita ditarik hingga ke tumit.
11. Uban
Obânna nyambhel bijjhân (uban perempuan itu seperti sambal biji wijan). Perumpamaan atau tamsil ini ingin menggambarkan rambut perempuan tua yang masih tetap cantik.
Maksudnya, walaupun perempuan itu sudah tua, uban di rambutnya malah menambah kesan manis penampilannya. Bintik-bintik uban menjadi manis di mata orang yang melihat.
12. Kulit
Konèng kolè’na monḍhu akadhiyâ emmas èsanglèng (kuning kulit perempuan itu bagai emas yang baru saja disepuh: cerah berkilau seperti kuning buah mondu.
Warna kuning emas saja tidak cukup. Sebab, kendatipun emas itu sudah disempuh, tapi lama-kelamaan, karena terkena asin keringat atau bekas cucian, kilau cerah emas tersebut pasti akn luntur.
Kolè’na sè celleng, manès manggis (kulitnya benar hitam, tapi sedap manis dipandang).
Kolè’na aḍârâ (kulitnya berwarna kemerah-merahan, tampak seperti berdarah di dalamnya).
Istilah kedua di atas ingin mengatakan bahwa kulit yang sehat adalah kulit yang segar dan kelihatan bahwa di bawah dasar kulit tersebut ada darah yang hidup dan mengalir.
13. Tangan
Oca’ pangalem yang dapat dijadikan alat ukur kecantikan perempuan dapat dilihat dari dua bagian. Pertama dari bentuk jari-jemari dan yang kedua dari lengannya.
Di bawah ini 2 oca’ pangalem untuk bagian tangan perempuan cantik.
Ghârighi’na angrajhung ḍuri (jari-jemarinya runcing seperti duri rukem, makin ke ujung makin kecil, lancip)
Lengngenna angghâḍhibâ èpenthang, mappa gheḍḍhâng.
Maksud lengngenna angghâḍhibâ èpenthang adalah lengan seperti busur panah yang ditarik atau, seperti tekstur panjang pelepah pisang.
14. Leher
Oca’ pangalem untuk leher adalah sebagai berikut.
Lè’èrra angghulu manjhângan, akalong-kalong tontonan (alegget).
Leher nan jenjang seperti leher menjangan. Selain berleher agak panjang, kulit leher perempuan itu memiliki garis atau guratan-guratan tipis seperti rupa tali pusar saat bayi baru lahir.
15. Payudara
Ukuran bagus untuk payudara gadis atau perawan tentu berbeda dengan payudara orang dewasa atau ibu-ibu.
Untuk wanita yang masih gadis, maka oca’ pangalem yang cocok adalah kalimat: soso atau bhâjemma nyengkèr ghâḍḍhing (payudaranya seperti kelapa gading muda).
Sementara untuk perempuan dewasa adalah pada ukurannya yang besar tetapi kencang dan padat.
16. Bokong
Bokong dalam bahasa Madura disebut bhângkong, dibaca bêngkong. Oca’ pangalem untuk bhângkong adalah sebagai berikut.
Bângkongnga nakèr lèmas, ambhukor nèngngep (bokongnya seperti daun pisang yang dibentuk limas, terlihat semok tapi tidak melorot, menandakan wanita itu masih perawan).
Bokong semok juga dapat digambarkan seperti bokor terbalik (sejenis wadah di zaman kerajaan zaman dahulu). Saat ini, bokor atau cemmong (Madura) biasa dipergunakan untuk hiasan atau tempat uang pada acara gaweyan (pernikahan).
Tentang nakèr lèmas ini, Madura punya tradisi. Konon, setelah 40 hari wafatnya seseorang, maka orang Madura biasanya akan menyiapkan nasi dengan lauk sate dan serunding.
Hidangan tersebut dibungkus daun pisang berbentuk limas sebanyak 7 bungkus lalu dihias dengan daun kelapa muda. Nasi limas itu lalu diletakkan di 7 pintu rumah tetangga saat mereka sudah lelap dalam tidur malam. Diusahakan, pemilik rumah tidak boleh bangun gara-gara saat meletakkannya.
Adapun filosofi mengapa mesti 7 bungkus dan 7 pintu adalah, bahwa langit dan bumi sendiri ada tujuh lapis. Selain itu, dari 20 sifat Allah, yang paling dominan ada tujuh sifat, yaitu: qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashar, dan kalam.
Dalam keyakinan orang Madura, sojjhin (alat tusuk) yang dijadikan sebagai tusuk sate tersebut sangat berbahaya. Setelah dimakan, tusuk sate tersebut mesti diamankan karena bisa menyebabkan tetanus, bahkan kematian.
17. Pinggang
Pinggang adalah bahasa Indonesia dari tèng-entèngan. Tèng-entèngan wanita cantik adalah jika bentuknya laksana gitar, langsing.
Oca’ pangalem untuk pinggang yaitu: angghâghâttèng. Contoh dalam kalimat, tèng-entènganna angghâghâttèng.
Maksudnya, bentuk dan gerak pinggangnya seperti ghâghâttèng, sejenis laba-laba berkaki panjang yang biasanya hinggap dan diam sambil bergoyang-goyang di tembok kamar mandi.
Bagaimana ketika kita melihat wanita cantik berjalan di depan kita, tentu mata ini seolah sedang ditarik-tarik karena goyangan pinggangnya yang bergeol saat berjalan.
18. Betis
Oca’ pangalem untuk betis wanita cantik yaitu: Bettèssa ampoḍhâk nyongsang. Artinya, betis perempuan itu seperti batang pandan putih yang terbalik, semakin ke bawah semakin kecil.
19. Paha
Pokangnga ambâru loros. Artinya, paha perempuan cantik itu seperti ranting pohon waru yang terkelupas kulitnya, putih dan mulus.
20. Tumit
Tombeddhâ nellor mano’ (tumit wanita cantik seperti telur burung, kecil, berbentuk elips, bulat lancip).
Konon, bentuk tumir seorang perempuan menjadi tanda bagi bentuk dan ukuran mr. v-nya.
21. Kaki
Sokona nyangkèr, bâḍâ bhârumana. Kaki wanita cantik itu seperti cangkir, melengkung dan berongga.
Konon, mereka yang kakinya tidak berongga pada bagian alasnya (rata), diyakini orang itu tidak akan mampu berjalan jauh. Orang Madura menyebutnya, “lèmbher” (mudah jatuh).
22. Badan
Ada banyak oca’ pangalem untuk badan atau tubuh wanita cantik. Namun demikian, di sini penulis hanya akan menjelaskan dua saja.
Pertama, Bhâdhânna bu’-lembu’ kata’. Boleh dibayangkan, bagaimana kesannya saat kita diminta untuk memegang kodok. Hmm..
Kedua, Parabâ’ânna panḍâ’ ḍumè’. Parabâ’ân maksudnya karakter tubuh, sementara pandâ’ dumè’ berarti ukuran badannya tidak pendek (cebol) dan tidak pula terlalu tinggi, tidak lonjor seperti landâur (manusia raksasa).
Demikian, wanita yang disebut cantik setidaknya memiliki anggota tubuh dengan salah satu dari 22 kriteria di atas.
Akan tetapi, keterpenuhan 22 kriteria tersebut tidaklah cukup. Mereka yang cantik menurut orang Madura juga harus memiliki sifat lahir sebagai berikut.
B. Indikator Sifat Wanita Cantik
Sifat lahir yang dimaksud di sini antara lain adalah bagaimana cara wanita itu berbicara, melihat, kemudian senyumnya, jalannya dan tingkah lakunya sehari-hari.
Karena penjelasan ini masih berkaitan dengan onggota tubuh yang disebutkan di atas, maka penomoran poin penjelasan kita lanjutkan dari 23.
23. Cara bicara
Pacacana lemma’ manès, atau ada juga yang mengatakan: ca’-oca’na paè’ maddhu.
Maksudnya, selain cara bicaranya lemah-lembut dan sopan, kata-kata tersebut dikeluarkan oleh lisannya yang manis.
Wanita cantik sangat jarang berbicara, tapi sekali berbicara begitu mengandung banyak hikmah. Seumpama madu hitam (madu alas), selain harganya yang mahal, madu juga mempunyai banyak khasiat, bahkan disebut beberapa kali dalam Alquran.
24. Senyuman
Senyum dalam bahsa Madura: mèsem. oca’ pangalem untuk senyuman wanita cantik sebagai berikut.
Pamèsemma mèsem bâlibis. Ketika tersenyum, kedua sisi mulutnya mekar seimbang, seperti paruh burung belibis. Bibir kanan dan bibir kiri tersungging seimbang.
25. Tatapan
Pangabâssâ andhâmar ka’angènan. Cara dia menatap sesuatu atau saat kita menatapnya layaknya lampu minyak (conglèt, kata orang Madura) yang tak sengaja terkena tiupan angin; kedap-kedip.
26. Saat berjalan
Pajhâlânna nètèr kalènang. Cara dia berjalan seperti sedang meniti biji gamelan.
Lihat bagaimana seorang perempuan Madura ketika berjalan, mengenakan pakaian kebaya! Apalagi jika ia disuruh meniti jembatan bambu, pastinya ia akan berjalan dengan sangat hati-hati, takut jatuh.
Palèmbâyyâ meltas manjhâlin. Lambaian tangannya lemah-gemulai. Seperti elastis batang kayu rotan saat dipeltaskan.
27. Tingkah laku
Partèngkanna anḍhâp asor. Tingkah laku atau perangai wanita cantik ini sopan dan santun. Berbicara tidak pernah mendongak, senantiasa menunduk apalagi jika berbicara dengan seorang laki-laki.
Indikator lain, bahwa sebagian orang, wanita atau perempuan cantik adalah mereka yang pandai menjaga diri dari hal-hal yang senonoh. Ada pula yang mengatakan, perempuan Madura itu cantik karena tipikalnya pekerja keras.
Itulah beberapa indikator tentang wanita atau perempuan cantik menurut orang Madura.***