NEWS SUMENEP – Tahun ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, melalui Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) setempat telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp799.200.000 untuk mendukung berbagai program untuk mendorong pengembangan wirausaha di kalangan santri.
Program pelatihan ini mencakup berbagai sektor usaha, seperti pembuatan tepung ikan, usaha angkringan, pembatikan, ecoprint, dan diving. Setiap pelatihan diikuti oleh 20 hingga 35 peserta, dengan melibatkan instruktur dan tenaga pendamping profesional untuk memastikan transfer ilmu yang efektif.
Pelatihan tersebut diselenggarakan di berbagai wilayah daratan dan kepulauan Sumenep, termasuk Pulau Gili Labak, Ponpes Aqidah Usymuni di Tarate, Ponpes Al Ittihad Lembung Timur di Lenteng, Pondok Pesantren Sabilun Najah di Kecamatan Rubaru, dan Pulau Sapeken di Kecamatan Sapeken.
“Lokasi-lokasi ini dipilih untuk menjangkau lebih banyak santri dan pemuda di berbagai wilayah,” ungkap Kepala Disbudporapar Sumenep, Moh. Iksan, dalam keterangan yang diterima media ini, Selasa (16/7/2024).
BACA JUGA:
Ia menyatakan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya Pemkab Sumenep untuk memberdayakan wirausaha santri.
“Pelaksanaan pelatihan direncanakan setiap tahun, dengan sasaran utama para pemuda di Kota Keris, terutama di pondok pesantren,” jelasnya.
Dijelaskan, tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) generasi muda di Sumenep. Melalui peningkatan keterampilan ini, diharapkan para peserta dapat menjadi lebih mandiri dan memiliki daya saing tinggi di berbagai sektor usaha.
“Harapan kami, para peserta dapat mengikuti program ini dengan baik sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan,” ungkapnya.
Kadis Mohammad Iksan juga berharap program pelatihan ini dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Dengan anggaran yang signifikan dan dukungan dari berbagai pihak, Disbudporapar Sumenep berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan program ini agar lebih banyak santri dan pemuda dapat merasakan manfaatnya.
Program ini menurutnya tidak hanya untuk meningkatkan keterampilan individu, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha-usaha baru yang dikelola oleh para santri.
“Dengan pelatihan ini, saya berharap anak-anak bisa mandiri dan kemampuan generasi muda dapat meningkat,” tandasnya.
Revitalisasi wirausaha santri ini diharapkan dapat menjadi model pemberdayaan yang efektif, menginspirasi daerah lain untuk mengadopsi program serupa demi meningkatkan kualitas SDM dan mengurangi angka pengangguran di kalangan pemuda.***
Respon (2)