GARDU WISATA, DIMADURA –Bangkalan tidak hanya dikenal sebagai pintu gerbang Pulau Madura, tapi juga menyimpan sejuta pesona wisata yang layak dijelajahi.
Dari bukit yang menawan, pantai eksotis, hingga situs sejarah yang memikat, Bangkalan menawarkan pengalaman liburan yang lengkap.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut kami sajikan 9 destinasi wisata pilihan yang bisa menjadi referensi liburan Anda di ujung barat Pulau Garam.
1. Bukit Jaddih

Link Foto: Kumpulan Foto Google di Bukit Jaddih Bangkalan
Bukit Jaddih, Surga Kapur Putih dan Spot Foto Favorit di Bangkalan.
Bukit ini adalah bekas tambang kapur dengan danau hijau dan pemandangan surreal. Hingga kini, Bukit Jaddih di Bangkalan masih menjadi destinasi unggulan bagi pecinta wisata alam dan fotografi.
Hamparan bukit kapur putih yang memikat, menyerupai salju, menjadikan tempat ini incaran anak muda hingga wisatawan mancanegara untuk berfoto dan menikmati pemandangan eksotis.
Di tengah bukit, terdapat danau alami yang menambah daya tarik lanskap Bukit Jaddih. Aktivitas penambangan di kawasan ini pun masih berlangsung dan turut memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar.
Fasilitas yang tersedia cukup lengkap, mulai dari area parkir luas, warung wisata, loket dan pusat informasi, gazebo, toilet umum, mushola, hingga perahu wisata.
Spot foto instagenic tersebar di berbagai sudut bukit, menjadikan setiap kunjungan penuh momen berkesan.
Salah satu pengelola, Jufri, saat diwawancara jurnalis Maduraindepth, Sabtu (7/1/2023), mengutarakan, wisata alam Bukit Jaddih buka setiap hari pukul 07.00–17.00 WIB. Harga tiket masuk sekaligus parkir adalah Rp10.000 untuk motor, Rp20.000 untuk mobil, dan Rp30.000 untuk bus.
Setiap harinya, Bukit Jaddih bisa dikunjungi hingga 200 wisatawan, termasuk dari Australia, Jepang, Prancis, hingga Arab Saudi. Keindahan alam dan keunikan bukit kapur menjadikannya ikon wisata Bangkalan yang sayang untuk dilewatkan.
2. Bukit Kapur Arosbaya

Link: Kumpulan Foto dan Video Bukit Pelalangan Arosbaya
Bukit Pelalangan Arosbaya, ‘Grand Canyon’-nya Bangkalan dengan Sentuhan Hijau
Tebing merah artistik, cocok untuk pecinta foto alam. Terletak di Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Bukit Pelalangan menawarkan panorama tebing kapur kecoklatan yang artistik. Mirip Grand Canyon di Amerika, tapi lebih hijau karena dipenuhi tumbuhan paku dan pepohonan rindang.
Awalnya bekas tambang kapur, tempat ini kini menjelma jadi destinasi favorit, terutama bagi pecinta fotografi alam. Pahatan bekas tambang menciptakan relief alami yang unik dan menawan di dinding-dinding tebingnya. Tak heran, banyak pengunjung yang datang hanya untuk berburu foto hingga pre-wedding.
Nurdin Fajar Sidik, warga setempat, menyebut Bukit Pelalangan sudah dikenal luas sebagai destinasi unggulan di Bangkalan. “Setiap akhir pekan selalu ramai, apalagi kalangan muda,” ujarnya kepada jurnalis NU Online Jatim, Ahad (15/9/2024).
Fasilitas di lokasi cukup memadai untuk wisata harian. Harga tiket masuk sangat terjangkau, hanya Rp5.000 per orang. Biaya parkir pun ramah kantong: Rp5.000 untuk motor dan Rp10.000 untuk mobil. Harga bisa berubah sesuai kebijakan pengelola.
Dengan suasana alami dan nuansa eksotik, Bukit Pelalangan Arosbaya cocok dijadikan alternatif liburan singkat yang tak kalah menarik dari wisata alam populer lainnya.
3. Pantai Siring Kemuning

Link: Kumpulan Foto dan Video di Pantai Siring Kemuning Tanjung Bumi Bangkalan
Pantai Siring Kemuning, Kuta-nya Madura dengan Pesona Pasir Putih dan Sunset Romantis
Pantai Siring Kemuning di Desa Macajah, Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan bisa jadi pilihan tepat untuk melepas penat di akhir pekan. Berjarak sekitar 40 km dari pusat kota Bangkalan, pantai ini menawarkan pasir putih halus, air laut biru kehijauan, serta ombak yang tenang.
Suasananya damai dengan angin sepoi-sepoi yang menenangkan. Pemandangan matahari terbit dan terbenam di sini juga jadi daya tarik utama, menjadikannya spot favorit untuk foto dan bersantai.
Pantai ini sempat dijuluki “Kuta in Madura” karena panoramanya yang serupa dengan Pantai Kuta di Bali. Bahkan, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, memasukkannya ke dalam daftar 10 wisata terbaik di Madura, menempati peringkat ketiga.
Aktivitas yang bisa dilakukan di sini antara lain berenang, bermain pasir, voli pantai, dan sepak bola. Meski fasilitas umum masih minim dan perhatian dari pemerintah belum maksimal, keindahannya tetap memikat.
Per 27 April 2024, tiket masuk hanya Rp5.000 per orang. Biaya parkir: motor Rp3.000, mobil Rp5.000.¹ Namun, pengunjung diimbau waspada karena ombak di pantai ini cenderung menyeret, bukan mendorong—perlu pengawasan ekstra bagi anak-anak.
4. Bukit Geger

Link: Kumpulan Foto dan Video di Bukit Geger
Bukit Geger, hutan mahoni dan laut di ujung pandang. Tempat ziarah dan hutan alami di puncak Madura.
Bukit Geger atau ‘Ghunong Gheggher’, terletak di Desa Geger, Kecamatan Geger, Kabupaten Bangkalan. Berjarak sekitar 28 km dari pusat kota, destinasi ini menempati urutan kedua dalam daftar 10 wisata terbaik di Madura versi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Berada di ketinggian 150–200 mdpl, Bukit Geger menawarkan perpaduan udara sejuk, hutan mahoni seluas 44 hektar, serta panorama laut biru yang terlihat dari kejauhan. Saat mendaki menuju puncak, pengunjung melewati puluhan anak tangga yang teratur dan aman. Di sepanjang perjalanan, kawanan monyet liar kerap menyambut dengan tingkah laku yang bersahabat.
Daya tarik utamanya adalah hamparan hutan rindang yang memanjakan mata serta keheningan alam yang jauh dari hiruk pikuk kota. Momen matahari terbenam menjadi salah satu atraksi favorit, dengan langit memancarkan warna jingga keemasan yang dramatis.
Bukit Geger menjadi tempat ideal untuk kegiatan hiking, camping, hingga bersantai bersama keluarga. Akses ke lokasi pun terbilang mudah dan tanpa biaya tiket masuk, cukup membayar parkir kendaraan.
Dengan suasana yang damai, pemandangan luar biasa, dan interaksi langsung dengan alam, Bukit Geger layak disebut sebagai permata tersembunyi Madura yang harus dikunjungi, terutama saat libur panjang.
5. Pantai Rongkang

Link: Kumpulan Foto dan Video di Pantai Rongkang
Pantai Rongkang, surga karang berlubang di pesisir selatan Madura. Pantai bebatuan dengan view Jembatan Suramadu.
Pantai Rongkang di Bangkalan, Madura, adalah destinasi eksotis yang menyuguhkan keunikan batuan karang berlubang di pesisir selatan pulau.
Berlokasi di Desa Kwanyar Barat, Kecamatan Kwanyar, pantai ini hanya berjarak sekitar 10 km atau 20 menit berkendara dari Jembatan Suramadu. Aksesnya mudah dijangkau, baik dari arah Surabaya maupun dari pusat Bangkalan.
Nama “Rongkang” berasal dari Bahasa Madura ngrongkang, yang berarti “berlubang”, merujuk pada formasi batu karang unik hasil abrasi ombak dan cuaca.
Karang-karang tersebut tersebar di bibir pantai dan menciptakan panorama yang memikat, apalagi saat ombak menghantam tebing dan bukit karang di sekitarnya.
Beberapa bukit setinggi 25 meter bahkan bisa didaki untuk menikmati pemandangan laut dari ketinggian.
Keistimewaan lain Pantai Rongkang adalah view Jembatan Suramadu yang terlihat megah dari kejauhan, terutama saat cuaca cerah. Di sore hari, langit senja yang memerah menjadi daya tarik tersendiri.
Tak heran, pantai ini selalu ramai saat akhir pekan dan musim liburan, bahkan sering dijadikan lokasi pertunjukan musik saat Idul Fitri.
Fasilitas di pantai ini mencakup gazebo, perahu wisata, dan area camping ground. Aktivitas seperti snorkeling, menyelam, hingga berkemah dapat dinikmati di sini.
Sebagaimana dilansir Malang Raya, 28 Januari 2025, harga tiket masuk adalah Rp5.000 per orang. Pantai Rongkang adalah destinasi wajib bagi pencinta alam dan petualangan di Madura.
6. Mercusuar Sembilangan

Link: Kumpulan Foto dan Video di Mercusuar Sembilangan Bangkalan
Mercusuar Sembilangan, Ikon Maritim Madura yang Masih Berdiri Gagah—Peninggalan Belanda dengan pemandangan laut dari ketinggian.
Berlokasi di tepi Selat Madura, tepatnya di Desa Ujung Piring, Kecamatan/Kota Bangkalan, Mercusuar Sembilangan adalah saksi bisu kejayaan maritim Nusantara.
Menara setinggi 65 meter ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1879, di bawah pemerintahan Raja Willem III, sebagai pemandu kapal-kapal dagang yang melintasi jalur strategis Selat Madura.
Dibuat dari baja kokoh yang didatangkan langsung dari Belanda, mercusuar ini awalnya menggunakan lampu berbahan bakar minyak, sebelum akhirnya beralih ke sistem pencahayaan otomatis.
Dengan 17 lantai dan tangga melingkar di dalamnya, struktur ini mencerminkan perpaduan antara estetika arsitektur kolonial dan fungsi praktis sebagai penunjuk arah pelayaran.
Dari puncaknya, panorama menawan terbentang Selat Madura, Pelabuhan Kamal, hingga Jembatan Suramadu yang terlihat jelas.
Keindahan ini menjadikan Mercusuar Sembilangan tidak hanya penting sebagai sarana navigasi, tapi juga sebagai destinasi wisata sejarah yang menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dirawat oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, mercusuar ini tetap aktif hingga kini.
Bagi masyarakat Madura, ia bukan sekadar menara, melainkan simbol identitas dan kebanggaan maritim yang menghubungkan masa lalu, kini, dan masa depan.
Dengan tiket masuk sekitar Rp10.000, parkir motor Rp2.000, mobil Rp5.000, para pengunjung sudah bisa mengeksplorasi jejak-jejak sejarah peninggalan Belanda.
Berkunjunglah ke Mercusuar Sembilangan, selami cerita panjang tentang kejayaan pelayaran di perairan Madura yang pernah mendunia di dalamnya.
7. Museum Cakraningrat

Link: Kumpulan Foto dan Video di Museum Cakraningrat Bangkalan
Museum Cakraningrat, pintu gerbang menelusuri jejak kejayaan Madura di Bangkalan.
Terletak di jantung Kabupaten Bangkalan, tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta Nomor 39A, Museum Cakraningrat berdiri sebagai saksi bisu kejayaan masa lalu. Diresmikan pada 13 Maret 2008 oleh Gubernur Jawa Timur saat itu, Imam Utomo, museum ini menjadi lambang penghormatan terhadap kebesaran tokoh lokal, Pangeran Cakraningrat.
Nama Cakraningrat dipilih bukan tanpa alasan. Ia adalah simbol kepemimpinan dan perlawanan dari tanah Madura. Sebelum resmi menjadi museum seperti saat ini, koleksi-koleksi bersejarahnya sempat berpindah-pindah tempat.
Pemerintah Kabupaten Bangkalan kemudian mengambil langkah tegas dengan membangun gedung museum permanen seluas 2.709 meter persegi sebagai upaya pelestarian warisan budaya.
Di dalam museum, pengunjung akan menemukan ragam koleksi yang merepresentasikan kekayaan budaya Madura. Mulai dari kain batik khas, peralatan membatik, kereta kuda, miniatur perahu, alat musik tradisional Gamelan Ratna Dumila, hingga benda-benda etnografi seperti bokor, menangan, dan kentongan.
Seluruh koleksi tersimpan dalam ruang-ruang yang tertata rapi, didukung fasilitas seperti ruang pameran tetap, ruang penyimpanan, bengkel preparasi, ruang studi koleksi, hingga tempat ibadah dan area parkir.
Namun, di balik kelengkapan fasilitas dan kekayaan budaya yang ditawarkan, Museum Cakraningrat masih menghadapi tantangan besar: sepinya pengunjung.
Data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bangkalan menunjukkan, dalam empat bulan pertama tahun 2024, hanya 372 orang yang tercatat berkunjung.
Jumlah tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan total populasi Bangkalan yang mencapai lebih dari satu juta jiwa.
Bahkan tahun sebelumnya, jumlah pengunjung sepanjang 2023 hanya mencapai 1.031 orang—setara 0,035 persen dari total penduduk.
Pamong Budaya Ahli Muda Disbudpar Bangkalan, Tri Kusumawati, mengakui bahwa rendahnya minat kunjungan menjadi pekerjaan rumah tersendiri. “Sebagian besar pengunjung adalah pelajar, mulai dari PAUD hingga mahasiswa,” jelasnya kepada JPRM, 14 Juni 2024.
Tri Kusumawati, yang akrab disapa Cicik itu menambahkan, bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan animo masyarakat. Di antaranya dengan menggelar lomba vlog museum, permainan tradisional, hingga merencanakan pameran budaya.
Senada dengan itu, budayawan Bangkalan, Hidrochin Sabarudin, menilai rendahnya angka kunjungan sebagai tantangan yang harus dijawab dengan inovasi. “Mengelola museum tidak bisa dengan cara biasa. Harus punya ide-ide segar,” katanya.
Museum Cakraningrat adalah tempat penyimpanan benda-benda lama yang sekaligus menjadi wadah penting untuk memahami identitas dan perjalanan sejarah masyarakat Madura. Kini tinggal bagaimana museum ini mampu menjadikan sejarah sebagai magnet, bukan hanya kenangan.
8. Makam Aèrmata Èbhu

Link: Foto dan Video di Makam Aèrmata Èbhu Bangkalan
Jejak Dinasti Tjakraningrat di Perbukitan Arosbaya
Makam Aermata Ebhu terletak di perbukitan Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya, Bangkalan, Madura. Situs seluas 8.000 m² ini berada pada ketinggian 19,35 meter dari permukaan laut dan menjadi kompleks pemakaman keluarga besar Tjakraningrat, dinasti penguasa Madura Barat pada abad ke-16 hingga ke-19.
Tokoh penting yang dimakamkan di sini antara lain Panembahan Lemah Duwur, penguasa Islam pertama Madura yang berkuasa pada 1531 M, hingga Pangeran Tjakraningrat I yang ditunjuk Sultan Agung sebagai penguasa seluruh Madura pada 1631 M. Dinasti ini melahirkan figur penting dalam sejarah Madura, termasuk Tjakraningrat II hingga VII, serta wali negara Madura, P.A.A. Tjakraningrat.
Kompleks makam terbagi dalam tiga halaman. Halaman pertama berisi makam abdi dalem dan masyarakat, serta terdapat gudang dan paseban. Halaman kedua menyimpan cungkup berisi makam cucu Adiningrat dan keturunannya, serta sebuah pendopo tamu. Di sisi barat terdapat gapura menuju sumber mata air di balik bukit.
Halaman ketiga adalah pusat utama. Di sinilah dimakamkan para bangsawan Tjakraningrat, termasuk Panembahan Tjakraningrat V, VI, dan P.A.A. Tjakraningrat. Terdapat cungkup besar dengan hiasan gunungan dari batu putih serta cungkup terpisah berisi makam tokoh seperti R. Demang Meloyo. Yang paling sakral adalah cungkup makam Syarifah Ambami, permaisuri Pangeran Tjakraningrat I.
Akses masuk ditandai gapura paduraksa bertulisan “AERMATA”, yang menyambut peziarah dan wisatawan. Makam ini tak hanya menjadi situs ziarah, tapi juga monumen sejarah peralihan kekuasaan Madura dari Hindu ke Islam dan peran pentingnya dalam dinamika Jawa-Madura serta hubungan dengan Mataram dan VOC. Dengan warisan arsitektur, silsilah, dan sejarah panjangnya, Makam Aermata Ebhu menjadi penanda kejayaan Madura di masa silam.
9. Pemandian Somber Pocong

Link: Kumpulan Foto dan Video di Somber Pocong Bangkalan
Desa Pocong Bangkalan: Dari Cerita Mistis ke Pemandian Alami yang Memikat
Nama “Desa Pocong” mungkin terdengar menyeramkan bagi sebagian orang. Namun, di balik nuansa mistisnya, desa yang terletak di Kecamatan Tragah, Kabupaten Bangkalan, ini menyimpan kisah sejarah yang unik serta keindahan alam yang menenangkan.
Konon, nama Pocong berasal dari kejadian mistis yang pernah terjadi di masa lalu. Dulu, wilayah ini masih berupa hutan belantara yang jarang dihuni. Masyarakat yang pertama tinggal di sana dikabarkan sering diganggu penampakan pocong selama 40 hari berturut-turut. Kejadian itu begitu mencekam hingga akhirnya warga menamai wilayah itu sebagai Desa Pocong.
Namun, ada versi lain yang tak kalah menarik. Menurut cerita yang beredar, dulunya terdapat sebuah pohon pucang (jenis palem) di mana dari bawah pohon itu keluar mata air alami. Mata air ini terus mengalir dan menjadi sumber kehidupan warga. Wilayah sekitarnya pun dikenal dengan nama “Desa Pucang”, yang dalam pengucapan masyarakat Madura lama-kelamaan berubah menjadi “Pocong”.
Tak hanya soal nama, Desa Pocong juga diyakini sebagai salah satu desa tertua di Pulau Madura. Dalam sejarah lisan, desa ini berkaitan erat dengan sosok Ke’ Lessap, seorang tokoh pemberontak legendaris, dan ibunya, Nyai Pocong, yang merupakan salah satu selir Pangeran Cakraningrat IV.
Kini, daya tarik utama Desa Pocong bukan lagi kisah mistisnya, melainkan keindahan Pemandian Sumber Pocong. Terletak di Dusun Karang Anyar, kolam alami ini menjadi tempat favorit warga untuk berenang dan bersantai.
Itulah 9 destinasi wisata pilihan di Bangkalan yang wajib masuk daftar kunjungan Anda. Setiap tempat memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri, mulai dari keindahan alam, nilai sejarah, hingga kuliner khas yang menggoda selera.
Jadi, tunggu apa lagi? Segera rencanakan perjalanan Anda ke Bangkalan dan temukan keindahan Madura dari sudut yang berbeda. ***