LONGLONGAN KOLOM, DIMADURA – Kabupaten Sumenep, yang terletak di ujung timur Pulau Madura, merupakan daerah dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Mulai dari kesenian tradisional seperti Saronen dan Topeng Dalang, warisan arsitektur keraton, hingga tradisi masyarakat yang masih kental dengan nilai-nilai leluhur.
Sayangnya, modernisasi yang berkembang pesat sering kali mengikis kesadaran masyarakat, terutama generasi muda, terhadap pentingnya menjaga dan melestarikan budaya daerah. Di sinilah peran literasi kebudayaan menjadi sangat krusial.
Apa Itu Literasi Kebudayaan?
Literasi kebudayaan adalah kemampuan seseorang dalam memahami, menghargai, dan menerapkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari. Ini mencakup pemahaman terhadap bahasa, kesenian, adat istiadat, dan sejarah yang membentuk identitas suatu komunitas.
Di Sumenep, literasi kebudayaan dapat digalakkan bukan sekadar untuk mengenalkan tradisi, lebih dari itu, bagaimana masyarakat dapat menjaga, mengembangkan, dan meneruskan kebudayaan tersebut dari generasi ke generasi berikutnya.
Mengapa Harus Menggalakkan Literasi Kebudayaan?
1. Menjaga Identitas dan Kearifan Lokal
Budaya adalah cerminan identitas suatu daerah. Tanpa pemahaman yang kuat tentang budaya lokal, generasi muda Sumenep berisiko kehilangan akar budaya mereka. Dengan meningkatkan literasi kebudayaan, masyarakat dapat memahami sejarah dan filosofi di balik tradisi yang mereka jalani, sehingga nilai-nilai kearifan lokal tetap terjaga.
2. Mencegah Kepunahan Budaya
Banyak budaya lokal yang mulai ditinggalkan karena dianggap kuno dan tidak relevan dengan zaman modern. Misalnya, seni pertunjukan Macopat atau tarian tradisional yang semakin jarang dipentaskan. Melalui literasi kebudayaan, masyarakat dapat kembali menghidupkan minat terhadap seni dan tradisi lokal agar tidak punah.
3. Mendorong Pariwisata Berbasis Budaya
Sumenep memiliki potensi wisata budaya yang besar, mulai dari Keraton Sumenep, Masjid Jamik, hingga berbagai festival budaya seperti Festival Kerapan Sapi dan Festival Topeng Dalang.
Jika masyarakat memiliki literasi kebudayaan yang baik, mereka dapat menjadi duta budaya yang memperkenalkan warisan leluhur kepada wisatawan, sekaligus meningkatkan sektor ekonomi melalui pariwisata berbasis budaya.
4. Membangun Generasi yang Berbudaya dan Berkarakter
Literasi kebudayaan juga berperan dalam membentuk karakter masyarakat, terutama generasi muda. Dengan memahami budaya sendiri, mereka akan lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan globalisasi tanpa kehilangan jati diri.
Nilai-nilai seperti gotong royong, sopan santun, dan penghormatan terhadap leluhur akan tetap melekat dalam kehidupan sehari-hari.
Cara Meningkatkan Literasi Kebudayaan di Sumenep
1. Pendidikan dan Kurikulum Berbasis Budaya
Sekolah-sekolah di Sumenep dapat memasukkan muatan lokal yang lebih kaya akan budaya Madura dan Sumenep, baik dalam mata pelajaran seni, sejarah, maupun bahasa daerah.
2. Festival dan Kegiatan Budaya
Menghidupkan kembali festival dan pertunjukan seni tradisional dapat menjadi cara efektif untuk mengenalkan budaya kepada generasi muda dan menarik perhatian wisatawan.
3. Digitalisasi dan Dokumentasi Budaya
Pembuatan konten digital seperti video, podcast, dan artikel tentang budaya Sumenep dapat membantu memperkenalkan budaya lokal kepada generasi milenial dan Gen Z yang lebih akrab dengan teknologi.
4. Peran Aktif Komunitas dan Pemerintah
Pemerintah daerah dan komunitas budaya harus bersinergi dalam mengadakan pelatihan, lokakarya, dan kegiatan yang mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga warisan budaya.
Literasi kebudayaan adalah kunci utama dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya Kabupaten Sumenep. Dengan meningkatkan pemahaman terhadap budaya lokal, masyarakat tidak hanya dapat mempertahankan identitas mereka, tetapi juga memanfaatkannya untuk pengembangan pariwisata dan ekonomi daerah.
Oleh karena itu, semua pihak—baik pemerintah, komunitas, sekolah, maupun masyarakat umum—perlu bekerja sama dalam mengembangkan literasi kebudayaan agar Sumenep tetap menjadi daerah yang kaya akan budaya dan tradisi.***