CongkopGarduObituariSejarah

Serial Pahlawan Nasional Sumenep 3: Commodore R. Halim Perdanakusuma

Avatar Of Dimadura
494
×

Serial Pahlawan Nasional Sumenep 3: Commodore R. Halim Perdanakusuma

Sebarkan artikel ini

Oleh: Tadjul Arifien R (Sejarawan Sumenep)

Penerjunan Payung Pertama Di Panglegur Sumenep, 20 Oktober 1947 Oleh Mayor R. Abujamal &Amp; Kapten R. Ach. Hafiludin, Dari Pesawat Dakota Ri 001 Dengan Pilot Commodor Halim Perdana Kusuma (Sumber: Buku Perjuangan Rakyat Sumenep 1945-1950, Tadjul Arifien R.)
Penerjunan payung pertama di Panglegur Sumenep, 20 Oktober 1947 oleh Mayor R. Abujamal & Kapten R. Ach. Hafiludin, dari pesawat Dakota RI 001 dengan pilot Commodor Halim Perdana Kusuma (Sumber: Buku Perjuangan Rakyat Sumenep 1945-1950, Tadjul Arifien R.)

Cropped Cropped Dimadura Logo2 1 150X150 1SEJARAH, DIMADURA – Raden Abdul Halim Perdana Kusuma, adalah putra dari RH. Moh. Bahaudin Wongsotruno dan R. Ayu Siti Aisyah.

Lahir di Sumenep, yang rumahnya di Jl. Halim Perdanakusuma, Pasarsore, Kelurahan Kepanjin Sumenep, sekarang ditempati panti asuhan dan Taman Kanak-kanak (TK) Tat Twam Asi, karena telah dihibahkan kepada Dinas Sosial kala itu.

R.H. Moh. Bahaudin Wongsotruno dengan jabatan terakhir sebagai Patih Sampang. Pada tembok depan rumahnya ditempel sebuah Prasasti.

Selama Perang Dunia kedua, Halim Perdana Kusuma bertugas di Inggris sebagai Royal Air Force (Angkatan Udara Kerajaan Ingris).

Beliau masuk squadron tempur, terdiri atas pesawat Lancaster dan Liberator, dengan pangkat Letnan Penerbang.

Halim Perdana Kusuma adalah salah seorang kulit berwarna yang bergabung dalam kesatuan Angkatan Udara Inggris.

Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu terdiri dari Ingris, Amerika, Australia dan NICA (Belanda) mendarat di Jakarta dibawah pimpinan Jendral Christison.

Keesokan harinya, Halim Perdana Kusuma dengan dibekali nota oleh Sutan Sahrir mendarat di Kediri.

Setelah tiba di Kediri langsung ditangkap oleh tentara Republik karena dicurigai sebagai tentara NICA. Setelah nota dari Sutan Sahrir diberikan, maka dilepaskannya.

Suryadarma segera memerintahkan kepada Ajudannya Kapten Udara Arifin Marzuki untuk menghubungi dan mengajak Halim Perdana Kusuma agar mengabdi kepada perjuangan bangsa di Angkatan Perang Republik Indonesia.

Dalam hal ini TKR – Jawatan Penerbangan, ternyata tanpa banyak pertimbangan Halim Perdana Kusuma menyatakan bersedia.

Tanggal 9 April 1946 Tentara Keamanan Rakyat – Jawatan Penerbangan secara resmi dirubah menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia.

Maka pada tanggal 23 April pukul 12.00 WIB tiga buah pesawat AURI bermotor satu meraung-raung di atas kota Jakarta mengadakan percobaan penerbangan. Yang menjadi Pilot adalah Halim Perdana Kusuma.

Dengan pesawat udara bekas sudah tua dan kuno, beliau berani menyerang tempat strategis milik Belanda, baik siang maupun malam.

Seperti yang dilakukan waktu pemboman kota Ambarawa, Salatiga dan Semarang, yang dikenal dengan istilah “Palagan Ambarawa”.

Berhubung keadaan negara semakin genting, maka para Perwira/Komandan diperintahkan segera kembali ke Pos masing-masing dalam waktu 24 jam.

Atas dasar perintah tersebut maka Letkol R. Chandra Hassan selaku Komandan Resimen 35 Jokotole yang ada di Yogyakarta mengambil inisiatif untuk segera kembali ke Madura dengan naik Pesawat Udara.

Gambar Halim Perdana Kusuma, Pilot Pesawat Dakota 001 Waktu Penerjunan Payung Yang Pertama Tanggal 20 Oktober 1947 Di Panglegur Sumenep (Sumber Foto: Tadjul Arifien R./Dokumen Dimadura)
Halim perdana kusuma, pilot pesawat dakota 001 waktu penerjunan payung yang pertama tanggal 20 oktober 1947 di panglegur sumenep (sumber foto: tadjul arifien r. /dokumen dimadura) payung pertama di sumenep, commodor halim perdanakusuma warga kepanjin sumenep (foto: tadjul arifien r. /dokumen dimadura)

Tanggal 10 Maret 1946 pukul  10.00 WIB Letkol R. Chandra Hassan berangkat bersama ajudannya dengan naik pesawat udara dari lapangan terbang Maguwo dikemudikan Komodor Halim Perdana Kusuma.

Pesawat udara mendarat di Malang untuk mengisi bahan bakar kemudian terbang menuju Sumenep, pada pukul 12.00 WIB tiba dan mendarat di lapangan tembak Skep (Schietteriin).

Dalam pendaratannya, roda pesawat tersandung batu hingga mengalami kerusakan, setelah diperpaiki oleh tenaga teknis dari PN. Garam, pesawat udara tersebut dapat terbang kembali ke Yogyakarta.

Pada bulan 20 Oktober 1947, Halim Perdana Kusuma dengan pesawat udara mengangkut bantuan senjata, sandang dan uang dari Yogyakarta untuk tentara pejuang di Sumenep.

Pesawat udara meraung-raung di atas kota dan menurunkan delapan buah parasut membawa senjata, sandang dan uang sebesar Rp. 5.000.000,- diterjunkan di Pangligur, Pabian Sumenep, bersama dengan Mayor R. Abujamal dan Kapten R. Ach. Hafiluddin.

Tanggal 14 Desember 1847, pesawat Afro Anson milik Republik Indonesia yang dikemudikan oleh Komodor Iswahyudi dan Komodor Halim Perdana Kusuma kembali dari Muang Thai singgah di Singapura untuk mengambil obat-obatan.

Tapi waktu itu, datang kabut tebal dengan angin sangat kencang, Komodor Iswahyudi mengambil inisiatif untuk mengadakan pendaratan darurat dengan mencari tanah yang datar.

Ketika sampai di Labuhan Bilik Besar di Pantai Lumut, diadakanlah pendaratan darurat, tapi pesawatnya menghantam pohon besar dan meledak hingga hancur.

Keduanya gugur sebagai kusuma bangsa, nasib Iswahyudi tidak diketahui, dan Halim Perdana Kusuma ditemukan di Tanjung Hantu Labuhan Bilik Besar Malaysia dan di makamkan oleh Cikgu Zainal Abidin.

Pada tanggal 15 Pebruari 1961 Presiden Republik Indonesia atas nama pemerintah menganugerahkan “Bintang Maha Putra kelas IV” sampai saat ini masih tersimpan dengan baik. Tanggal 13 Agustus 1975 Presiden Republik Indonesia menganugerahi gelar “Pahlawan Nasional” atas jasa-jasanya terhadap negara dan bangsa Indonesia khususnya dalam pembinaan dan pertumbuhan Angkatan Udara Republik Indonesia.


Sumber / Referensi:

  • Brigjen Abdullah, 1971, Sejarah Perjuangan di Madura, Badan Arsip Nasional
  • Drs Abdurrahman, 1972, Madura Selayang Pandang, The Sun
  • H Mustaji, BA. & Didik Hadijah HS, 1988, Perjuangan Rakyat Madura, Agung Karya Perkasa
  • Soenarto Hadiwidjojo, 1950, Resume Panitia Lembaga Monumen Revolusi 1945, Badan Arsip Nasional,
  • Sulaiman, 1993, Masalah Pokok Sarasehan, Dewan Harian Cabang Angkatan 1945,
    ~ Tadjul Arifien R, 2022, Perjuangan Rakyat Sumenep, Pustaka INDIS