NEWS SUMENEP, DIMADURA – Pulau Kangean di Kabupaten Sumenep pernah menjadi wilayah strategis bagi aktivitas eksplorasi dan eksploitasi migas skala nasional dan internasional.
Tak tanggung-tanggung, sedikitnya 12 perusahaan migas tercatat pernah menguasai berbagai blok pengeboran di wilayah ini. Namun, dari jejak panjang para “penguasa” energi itu, kini hanya tiga yang masih aktif beroperasi.
Data tersebut mengemuka di tengah gelombang penolakan dari masyarakat dan mahasiswa atas rencana survei seismik migas terbaru.
Gerakan Mahasiswa Kangean (GMK), misalnya, menggelar aksi demonstrasi jilid II pada Rabu (25/06/2025) di depan kantor Pemkab Sumenep.
Aksi ini melanjutkan protes sebelumnya di Kecamatan Arjasa, menentang keras eksplorasi migas oleh PT Gelombang Seismik Indonesia (GSI) dan PT Kangean Energy Indonesia (KEI).
Menurut GMK, rencana survei seismik itu bukan hanya mencederai ekosistem Kangean, tetapi juga bentuk eksploitasi terselubung yang mengabaikan aspirasi masyarakat lokal.
Berdasarkan data yang dihimpun dimadura.id, beberapa perusahaan migas yang pernah atau masih beroperasi di wilayah Kangean dan perairan sekitarnya adalah sebagai berikut:
- PT Energi Mineral Langgeng – Blok South East Madura
- AWE (North Madura) NZ Ltd – Blok North Madura
- PT Easco East Sepanjang – Blok East Sepanjang
- PetroJava Inc – Blok North Kangean
- Husky Anugerah Ltd – Blok Anugerah
- Mitra Energy Indonesia Sibaru Pte Ltd – Blok Sibaru
- Techwin Energy Northeast Madura Ltd – Blok Northeast Madura
- Golden Code Comersial Ltd – Blok NorthEast Madura VI
- Greenstar Assets Ltd – Blok East Kangean
- Santos Madura Offshore Pty Ltd – Blok Madura Offshore
- Kangean Energy Indonesia – Blok Kangean
- HCML (Husky-CNOOC Madura Limited) – Blok Madura Strait (lintas Sumenep-Sampang)
Khusus di Blok Madura Offshore, operator utama saat ini adalah Medco E&P Madura Offshore dengan porsi kepemilikan 67,5%, disusul Petronas 22,5% dan Petrogas Pantai Madura 10%.
Blok ini mencakup tiga lapangan gas utama. Antara lain, Maleo (beroperasi sejak 2006), Peluang (2014), dan Meliwis (2020), yang seluruhnya terhubung ke jaringan pipa Jawa Timur dan difasilitasi di Grati, Gresik.
Kabag Perekonomian dan SDA Setkab Sumenep, Dadang Dedy Iskandar, membenarkan bahwa dari 13 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), hanya tiga yang saat ini masih aktif: HCML, Medco, dan KEI.
“Tinggal 3 (KKKS) yang operasi, lek. HCML, Medco, dan KEI,” ungkapnya singkat kepada wartawan, Kamis (26/06/2025).
Sementara itu, upaya konfirmasi kepada pihak SKK Migas Wilayah Jabanusa belum membuahkan hasil.
Staf Humas SKK Migas, Priansono Hernanto, belum memberikan respons meski telah dihubungi melalui saluran telepon pribadinya.
Sekadar informasi, sebagaimana dilansir @wearesumenep, Pulau Pagerungan Besar merupakan salah satu pulau strategis yang berada dalam gugusan Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep.
Pulau ini dihuni sekitar 4.500 jiwa dan secara administratif masuk wilayah Sumenep, meski secara geografis justru lebih dekat ke Pulau Bali dengan jarak hanya sekitar 60 mil laut.
Dalam catatan sejarah, permukiman di Pulau Pagerungan baru mulai tumbuh pada awal tahun 1910-an. Namun sejak itu, pulau ini perlahan mencatatkan namanya dalam sejarah industri migas nasional sebagai salah satu daerah penghasil gas alam.
Sejumlah perusahaan migas dari dalam dan luar negeri tercatat pernah melakukan eksplorasi di wilayah tersebut, bahkan beberapa blok telah selesai dilakukan proses pengeboran (drilling).
Perusahaan-perusahaan yang pernah melakukan eksploitasi migas di Pulau Pagerungan Besar antara lain Arco Bali North Indonesia (Arbani), Medco, Amoco, Beyond Petroleum (BP), hingga PT Energy Mega Persada (EMP) Kangean Ltd.
Dari dokumentasi yang ada, terlihat jelas betapa lengkapnya sarana transportasi di Pulau Pagerungan Besar. Terdapat bandar udara dan dermaga kapal laut yang dibangun untuk mendukung kegiatan industri energi.
Sayangnya, hingga kini bandara yang dibangun di pulau tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan masyarakat lokal, terutama sebagai sarana transportasi jarak jauh.
Pada tahun 2018 sempat muncul wacana dari pemerintah untuk mengaktifkan kembali bandara tersebut melalui program penerbangan perintis, namun hingga kini realisasinya belum terwujud.***