TomangPamekasan

Kenang Jasa M Tabrani, Pemkab Pamekasan Pahat Namanya di 4 Tempat Ini

Avatar Of Dimadura
919
×

Kenang Jasa M Tabrani, Pemkab Pamekasan Pahat Namanya di 4 Tempat Ini

Sebarkan artikel ini
M Tabrani, Pahlawan Nasional Dari Pamekasan Madura, Salah Satu Pencetus Bahasa Indonesia (Istimewa/Arsip Dimaduraid)
M Tabrani, Pahlawan Nasional dari Pamekasan Madura, Salah Satu Pencetus Bahasa Indonesia (Istimewa/Arsip DimaduraID)

Img 20230304 014921 202 E1680177139947

TOMANG, PAMEKASAN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, Madura, Jawa Timur abadikan nama salah satu penggagas sekaligus pencetus Bahasa Indonesia, M Tabrani, sebagai nama 4 tempat penting di Kota Gerbang Salam.

Penetapan nama M Tabrani sebagai nama jalan, taman, gedung olahraga dan perpustakaan tersebut tertuang dalam Keputusan Bupati Pamekasan Nomor 188/513/432.013/2023, tertanggal 3 Oktober 2023.

“Dalam rangka menghormati jasa M Tabrani sebagai penggagas sekaligus pencetus Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan, perlu diabadikan menjadi nama jalan, gedung dan taman sebagai bentuk penghargaan yang besar terhadap Bangsa Indonesia,” ungkap Pj Bupati Pamekasan, Masrukin, dalam Surat Edaran yang diterima media ini, Jumat (10/11) pagi.


BACA JUGA:


Daftar nama jalan, taman, dan gedung tersebut antara lain, 1) Nama jalan yang berlokasi tepat di depan Kantor Kemenag Pamekasan, dimana sebelumnya bernama Jalan Swatantra, kini menjadi Jalan M Tabrani.

Potret Kantor Kemenag Pamekasan Yang Berlokasi Di Jalan Swatantra Kecamatan Pamekasan (Istimewa)
Potret kantor kemenag pamekasan yang berlokasi di jalan swatantra kecamatan pamekasan (istimewa)

Kedua, nama gedung olahraga yang berlokasi di Jalan Teja, Kecamatan Pamekasan (Kota) kini juga telah diubah bernama Gedung M Tabrani.

“Ketiga, Perpustakaan Umum Daerah (Perpusda) Kabupaten Pamekasan, sejak diterbitkannya Surat Keputusan ini, juga telah ditetapkan dengan nama Perpustakaan M Tabrani,” ketuk Masrukin.

Terakhir, taman yang terletak di Jalan Sersal Mesrul, Kec. Pamekasan, nomor kode pos 69317, yang sebelumnya bernama Taman Gladak Anyar, kini sudah bernama Taman M Tabrani.

DOWNLOAD KEPUTUSAN BUPATI PAMEKASANTentang Penetapan Nama M Tabrani Sebagai Nama Jalan, Taman, Gedung Olahraga & Perpustakaan Umum Daerah

Profil Singkat M Tabrani

Mengutip Wikipedia, M Tabrani bernama lengkap Mohammad Tabrani Soerjowitjirto. Lahir di Pamekasan pada 10 Oktober 1904 dan wafat tanggal 12 Januari 1984.

Dia terkenal sebagai sosok jurnalis dan politikus Indonesia angkatan tua yang sekaligus menjadi pelopor penggunaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan.

Selain itu, ia juga dikenal sebagai salah satu tokoh Jong Java dan pemimpin redaksi (Pemred) Harian Pemandangan sejak tahun 1936 hingga 1940.

M Tabrani juga terlibat dalam pendirian Institut Jurnalistik dan Pengetahuan Umum bersama Mr Wilopo, di Jakarta. Murid-murid di dalamnya antara lain seperti, Anwar Tjokroaminoto dan Sjamsuddin Sutan Makmur.

Jurnalis asal Pamekasan ini meninggal dunia di Jakarta, tepat di usianya yang ke-80, tanggal 12 Januari 1984, dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Pendidikan M Tabrani

Pendidikan dan karir M Tabrani boleh dibilang cukup membanggakan. Sebab, sejak zaman penjajahan, dirinya masih berkesempatan mengenyam pendidikan yang baik, yakni menjalani proses penempaan dan pematangan keilmuan jurnalistiknya di MULO hingga tamat sebagai lulusan OSVIA, Bandung.

Tidak heran jika pada tahun 1925, M Tabrani sudah menyandang status sebagai pemimpin redaksi Harian Hindia Baroe. Bahkan, saat belajar di Eropa, tepatnya di Universitas Köln (Universität zu Köln), di sana ia juga sempat membantu eksistensi penerbitan sejumlah surat kabar di Indonesia pada periode 1926 hingga 1930.

Kala itu masih jarang pemuda Indonesia yang mengenyam langsung ilmu jurnalistik di luar negeri, hanya ada jurnalis kawakan seangkatan seperti Jusuf Jahja, Djamaluddin Adinegoro dan dirinya: M Tabrani.

Karir Jurnalistik M Tabrani

Semangat M Tabrani dalam dunia jurnalistik tidak berhenti sebagai Pemred Harian Hindia Baroe (1925) dan membantu eksistensi penerbitan sejumlah surat kabar Indonesia lain pada periode 1926 hingga 1929.

Tahun 1930 hingga 1932, M Tabrani menjabat sebagai pemimpin majalah Reveu Politik di Jakarta. Kemudian sejak tahun 1932 hingga 1936, ia aktif sebagai pemimpin surat kabar ‘Sekolah Kita’ di tanah kelahirannya, Pamekasan.

Kala itu, ia sekaligus juga berstatus sebagai direktur dan pemimpin redaksi ‘Harian Pemandangan’ serta ‘Mingguan Pembangoenan’.

Saat memegang Reveu Politik, M Tabrani coba membawa kepentingan partai yang ia dirikan sendiri, yakni Partai Rakyat Indonesia (PRI). Kala itu, PRI mendapat tentangan keras dari sejumlah kelompok pemuda mahasiswa. Mereka menilai PRI yang ia dirikan kurang revolusioner.

Peran M Tabrani di Surat Kabar Pemandangan

Nama besar M Tabrani tidak dapat dipisahkan dari andil Surat kabar Pemandangan. Ketokohan dirinya waktu itu didukung karir jurnalistiknya di surat kabar ‘Pemandangan’. Di media ini, M Tabrani sempat menjabat sebagai pemimpin redaksi selama dua periode, yakni dari bulan Juli 1936 hingga Oktober 1940, dan periode selanjutnya (Juli 1951 – April 1952).

Melalui surat kabar Pemandangan, Tabrani memperjuangkan Petisi Sutardjo yang memuat sebuah tuntutan terhadap Pemerintah Hindia Belanda, yakni agar Indonesia mendapat kesempatan untuk membentuk parlemen sendiri (1936).

Alhasil, pada tahun 1940, M Tabrani berhasil menjadi bagian dari pejabat Dinas Penerangan Pemerintah di bidang Jurnalistik, yang beberapa masa setelah itu ia pindah ke bagian kartotek dan dokumentasi.

Di tahun yang sama, M Tabrani juga sempat menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Djurnalis Indonesia (PERDI) di Jakarta, periode 1939-1940.

Saat Indonesia Merdeka, ia juga berkesempatan mengelola koran Suluh Indonesia yang berada di bawah arahan Partai Nasional Indonesia (PNI).

Perjuangkan Bahasa Indonesia

Karir jurnalistik M Tabrani makin memukau perhatian publik kala dirinya melibatkan diri dalam memperjuangkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan. M Tabrani mampu mematahkan argumen M Yamin yang saat itu memproyeksikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan Indonesia.

Sebagaimana dikutip Wikipedia dari laman Merdeka.com, M Tabrani ternyata sempat menyandang status sebagai Ketua Kongres Pemuda I yang berlangsung selama tiga hari di Loge Ster in Het Oosten (Loji Bintang Timur) Batavia, yakni tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926.

Ya, sejak saat itulah kiprah M Tabrani dalam memperjuangkan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan bermula. Dalam kesempatan itu, mula-mula ia menyebut bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan bangsa.

Konsep kebangsaan yang diajukan merujuk pada kondisi riil keberagaman masyarakat Indonesia dimana waktu itu mayoritas dari mereka lebih mengedepankan prinsip kedaerahan dan kesukuan, termasuk dalam hal pembentukan organisasi kepemudaan masa itu.

Pada Kongres Pemuda I, M Tabrani berhasil mematahkan pendapat Mohammad Yamin yang memperjuangkan penggunaan Bahasa Melayu sebagai Bahasa Persatuan.

Argumen M Tabrani lebih diterima peserta kongres karena ia menyampaikan satu pernyataan bahwa, jika tanah yang kita pijak ini adalah Tanah Air Indonesia, bangsa yang majemuk ini bernama Bangsa Indonesia, maka bahasa yang mesti kita pakai adalah juga Bahasa Indonesia. ***