NEWS DIMADURA, SUMENEP–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura Jawa Timur, melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) setempat, mempercepat pendirian Koperasi Merah Putih di seluruh desa, termasuk wilayah kepulauan.
Targetnya, seluruh koperasi di desa tersebut harus terbentuk paling lambat awal Juli 2025, dengan optimisme penyelesaian pada Juni mendatang.
Koperasi Merah Putih merupakan upaya memperkuat swasembada pangan, pemerataan ekonomi, dan mewujudkan desa mandiri menuju Indonesia Emas 2045.
Kepala DPMD Sumenep, Anwar Syahroni Yusuf, menjelaskan bahwa pembentukan koperasi ini merupakan bagian dari program strategis nasional untuk memperkuat ekonomi desa berbasis potensi lokal, khususnya di sektor pertanian, perikanan, dan peternakan.
“Kami sudah membentuk tujuh tim pendamping yang turun langsung ke desa-desa setiap hari. Jika tidak ada kendala, Juni 2025 semua koperasi sudah berdiri,” tegas Anwar, Rabu (14/5/2025).
Proses pendirian Koperasi Merah Putih melibatkan kolaborasi antar-organisasi perangkat daerah (OPD), termasuk Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian (Diskop UKM), Dinas Perikanan, serta Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP).
Anwar menegaskan bahwa program yang diupayakan mewujudkan desa mandiri menuju Indonesia Emas 2045 tersebut, dapat mendongtmerupakan instruksi langsung dari pemerintah pusat, sehingga seluruh pihak di daerah wajib mendukung.
“Bupati Sumenep telah meminta semua desa berkomitmen penuh. Alhamdulillah, progresnya berjalan lancar, bahkan di daerah kepulauan,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan, pemerintah pusat berencana mengalokasikan dana stimulan sebesar Rp3-5 miliar per koperasi. Meski belum final, hal ini menjadi motivasi tambahan bagi Pemkab dan pemerintah desa (Pemdes) untuk memastikan koperasi berjalan profesional.
“Ini bukan sekadar formalitas, melainkan pondasi ekonomi desa ke depan,” tegasnya.
Menurut hemat Anwar, keberhasilan Koperasi Merah Putih tidak hanya bergantung pada dukungan pemerintah, tetapi juga partisipasi aktif masyarakat.
Ia menekankan pentingnya semangat gotong royong agar koperasi benar-benar menjadi penggerak ekonomi, bukan sekadar proyek simbolis.
“Kami ingin warga desa terlibat langsung dalam pengelolaan. Koperasi ini harus menjadi solusi nyata, bukan hanya di atas kertas,” pungkasnya.***