Keraton Batuputih, Pusat Pemerintahan Awal Arya Wiraraja
Batuputih, sebuah kecamatan di Kabupaten Sumenep, menyimpan sejarah penting sebagai pusat awal pemerintahan Arya Wiraraja.
Berada di dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 250 meter di atas permukaan laut, wilayah ini memiliki kondisi geografis yang strategis, baik dalam konteks pertanian maupun pertahanan militer.
Keberadaan Keraton Arya Wiraraja di Batuputih telah didukung oleh berbagai referensi sejarah, seperti Sejarah Madura Selayang Pandang (Drs. Abdurrachman, 1971) dan Sedjarah Tjaranya Pemerintahan di Daerah-daerah di Kepulauan Madura (Zainalfattah, 1951).
Berikut adalah data penting terkait Kecamatan Batuputih:
Aspek | Data |
---|---|
Luas wilayah | 113,98 km² |
Luas sawah | 342,75 ha |
Tanah tegalan | 10.909,23 ha |
Jumlah desa | 14 desa |
Ketinggian | 250 meter di atas permukaan laut |
Keunggulan Geografis dan Potensi Pertanian Batuputih
Sebagai wilayah perbukitan, Batuputih memiliki tanah yang cukup subur. Bahkan, beberapa tanaman di daerah ini memiliki ukuran dan kualitas lebih baik dibandingkan dengan wilayah lain.
Contohnya, tanaman jagung yang lebih besar serta biji kacang tanah yang dalam satu cangkang dapat berisi hingga 3–4 biji, yang lebih besar dan gurih dibandingkan dengan daerah lain.
Selain itu, wilayah ini juga kaya akan tanaman palawija seperti sorgum dan kacang-kacangan.
Di beberapa desa seperti Bhântèlan dan Serghâng, tanahnya mengandung batu fosfat yang masih dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk hingga kini.
Persawahan untuk tanaman padi terletak di wilayah selatan, khususnya di Desa Aèngmerra dan Dâng-geddhâng.
Berikut adalah potensi pertanian di Batuputih:
Jenis Tanaman | Ciri Khas |
---|---|
Jagung | Ukuran lebih besar dari daerah lain |
Kacang tanah | Cangkang berisi 3–4 biji, lebih besar dan gurih |
Sorgum | Banyak ditanam sebagai palawija |
Cabe jamu | Lebih lebat dan buahnya lebih banyak |
Sumber Air dan Struktur Geologi Batuputih
Wilayah Batuputih juga memiliki banyak sumber mata air yang jumlahnya mencapai 12 lokasi, yang disebut sombher dalam bahasa Madura.
Air dari sumber ini tidak pernah kering, bahkan saat musim kemarau panjang. Beberapa sombher yang terkenal antara lain:
Nama Sumber Air | Karakteristik |
---|---|
Sombher Karamat | Airnya jernih dan tidak pernah surut |
Sombher Tombet | Dikelilingi batu alami |
Sombher Bhennosan | Sumber air utama bagi warga setempat |
Sombher Koesambhi | Memiliki sejarah spiritual bagi masyarakat |
Di dekat Sombher Rambâ’, terdapat sebuah lapangan luas bernama Lon-alon Renteng, yang lebih luas dibandingkan lapangan sepak bola.
Selain itu, terdapat banyak tambiyu, yakni tempat minum kuda yang terbuat dari batu andesit, menunjukkan adanya aktivitas pemeliharaan kuda di masa lalu.
Bukti Sejarah: Toladhân dan Strategi Militer
Salah satu peninggalan sejarah yang masih ada hingga kini adalah Tolaḍhân, sebuah tugu berbentuk kubus berukuran 35×35 cm dengan ketinggian 2 meter, terbuat dari batu andesit.
Tolaḍhân berfungsi sebagai tempat pemantauan kapal di Laut Jawa, sekaligus sebagai bagian dari strategi pertahanan Arya Wiraraja.
Pada masa itu, Kerajaan Singosari menghadapi ancaman dari Kaisar Khu Bhilai Khan yang mengirim pasukan Tartar dalam jumlah besar.
Arya Wiraraja, yang memiliki hubungan erat dengan Singosari, segera mengirim kurir untuk memperingatkan pusat pemerintahan tentang ancaman tersebut.
Selain itu, ia juga mempersiapkan pasukannya untuk membantu jika terjadi pertempuran.
Situs Bersejarah Lain di Batuputih
Selain Tolaḍhân, Batuputih juga memiliki banyak gua yang menjadi bagian dari peninggalan sejarah, di antaranya:
Nama Gua | Ciri Khas |
---|---|
Ghuwâ Serghâng | Susunan batu unik di dalamnya |
Ghuwâ Roma | Memiliki bentuk bangunan serta sumber air |
Keberadaan Keraton Arya Wiraraja di Batuputih menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki peran penting dalam sejarah awal pemerintahan di Madura.
Faktor geografis, pertanian yang subur, serta struktur pertahanan yang kuat menjadikan Batuputih sebagai tempat yang strategis untuk pusat pemerintahan.
Bukti-bukti sejarah yang masih ada, seperti Toladhân, Sombher, dan berbagai gua bersejarah, semakin memperkuat fakta bahwa Batuputih bukan hanya tempat tinggal bagi Arya Wiraraja, tetapi juga pusat aktivitas politik dan militer di masanya.***
Sumber: Tadjul Arifien R. “Kajian Situs Histori & Mitologi Dinasti Arya Wiraraja: Menuju Puncak Kejayaan Mahajapahit”, hlm. 39-41 (2022)