SampangTomang

Nyawa Atlet Dipertaruhkan, Sarana Panjat Tebing FPTI Sampang Karatan

Avatar Of Dimadura
529
×

Nyawa Atlet Dipertaruhkan, Sarana Panjat Tebing FPTI Sampang Karatan

Sebarkan artikel ini
Sarana Panjat Tebing Ftpi Sampang (Dok. Dimadura.id)
Sarana Panjat Tebing FTPI Sampang (Dok. dimadura.id)

Cropped Cropped Dimadura Logo2 1 150X150 1NEWS DIMADURA, SAMPANG – Kondisi memprihatinkan melanda sarana olahraga panjat tebing milik Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Sampang, Madura.

Pasalnya, besi-besi penopang fasilitas yang aktif digunakan atlet itu kini berkarat dan berpotensi mencelakakan nyawa atlet yang menggunakannya.

Yang lebih ironis, sejak pertama kali berdiri, fasilitas ini tak pernah tersentuh dana pemeliharaan. Padahal, panjat tebing adalah olahraga berisiko tinggi yang sangat mengandalkan kelayakan fasilitas demi menjamin keselamatan atlet.

Ketua FPTI Sampang, Mahardika Surya Arbianto, mengungkapkan bahwa sejak fasilitas panjat tebing itu berdiri, belum pernah ada perbaikan.

“Bisa dilihat sendiri, besinya sudah banyak yang karatan. Tak pernah ada pemeliharaan sama sekali,” ujarnya saat ditemui media di lokasi, Kamis (22/05/2025).

Ardi, sapaan akrabnya, mengaku sangat khawatir bila kondisi ini terus dibiarkan. Ia menilai keberlangsungan latihan dan keselamatan atlet berada di ujung tanduk.

“Kalau tidak segera dianggarkan dan diperbaiki, ini bisa membahayakan nyawa atlet kami,” tegasnya.

Menanggapi itu, Kepala Disporabudpar Kabupaten Sampang, Marnilem, mengaku telah mengusulkan dana pemeliharaan kepada Pemkab. Namun, untuk tahun anggaran 2025, usulan itu belum mendapat persetujuan.

“Sudah kita usulkan, tapi belum disetujui. Harapannya tahun depan bisa masuk anggaran,” jelasnya.

“Saya berharap tahun depan PAD Kabupaten Sampang bisa meningkat. Sehingga, untuk dana pemeliharaan sarana dan prasarana olahraga bisa dianggarkan,” harapannya.

Sementara itu, Kabid Pemuda dan Olahraga Disporabudpar, Isma Ulfah, merinci anggaran bidangnya sebesar Rp 260 juta. Ironisnya, dari jumlah itu, Rp 200 juta digunakan untuk honor petugas kebersihan, Rp 30 juta Operasional dan hanya Rp 30 juta dialokasikan untuk pemeliharaan yang bahkan hanya digunakan untuk membeli sapu dan lampu.

“Untuk pemeliharaan fasilitas seperti cat besi dan perbaikan sarana panjat tebing memang tidak masuk anggaran kami,” ungkapnya.***