KOSAKATA DIMADURA–Pokol versus Tokol, seperti apa orang Madura menggunakannya dalam bahasa mereka saat melakukan aksi pemukulan?
Ya, untuk menggambarkan apakah seseorang itu telah memukul secara wajar atau dengan keras, dalam Bahasa Madura kita dapat menggunakan kosakata yang berbeda: pokol vs tokol, mokol vs nokol.
Jadi, dalam artikel kali ini kita akan fokus membahas persamaan dan perbedaan mencolok dua kosakata tersebut, dimana keduanya sama merupakan oca’ amaḍu (kata bermakna ganda, baca: Bahasa Madura).
Baca Juga:
- Inilah 61 Nama Anggota Tubuh Manusia dalam Bahasa Madura, Lengkap dengan Voice Note Cara Mengejanya
- 10 Macem Nyamana Perrèng ḍâlem Bhâsa Madhurâ
- 20 Macem Nyamana Gheḍḍhâng Bhâsa Madhurâ
Arti Pokol (Mokol)
“Pokol” dalam Bahasa Madura memiliki dua makna, sebagaimana juga arti kosakata tersebut dalam Bahasa Indonesia: yakni, “pukul” untuk menunjukkan waktu dan “pukul” yang bermakna mengetuk atau menyakiti mahluk hidup menggunakan benda keras.
“Pukul” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga berarti kata kiasan seperti pada frasa: salah pukul, kena pukul, tukang pukul, asal pukul, dan sekali pukul.
Demikian juga dalam Bahasa Madura, kata “pokol” juga bisa digunakan untuk okara kèyasan (kalimat kiasan). Tidak jauh beda, yakni: sala pokol, ecapo’ tokol, tokang pokol, asal mokol, dan sakalè mokol.
Jika kita teliti, maka sebenarnya rasa bahasa (sense of language) antara pukul dengan pokol ternyata tidaklah sama.
Coba paramaos rasakan perbedaan makna kata pada contoh kiasan berikut: asal pukul, asal mokol, asal nokol. Nah, kira-kira kata mokol dan nokol pada contoh tersebut berasal dari kosakata apa?
Arti Pokol (Nokol)
Beda memukul, beda pula memalu. Sangat kentara. Sementara dalam Bahasa Madura, perbedaan tersebut tampak jelas karena beda penulisan saat mengalami transformasi makna ke oca’ tanḍuk: mokol itu memukul secara wajar, sementara nokol artinya memukul dengan keras atau menggunakan benda.
Ya, kata tokol atau nokol dalam Bahasa Madura terkadang juga dipakai untuk menggambarkan sebuah kondisi dimana seseorang memukul orang lain atau hewan yang menjengkelkan sampai menyebabkan cedera hingga berdarah.
Ambil contoh okara, “Oddhi tokol lajhu orèng jârèya ma’ ta’ katomanèn, ma’ ollè jherrâ!”
Maka untuk menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia, kurang tepat rasanya jika kita hanya mengatakan: “Coba pukul saja orang itu agar tidak terbiasa, supaya jera!”
Maos Jugan:
Èntara Adân Sobbhu, Kè Munawi Ècapo’ Tokol Ta’mir Masjid
Pagi’ Alas Bakal Daddi Kottha, Kottha Bakal Daddi Alas
Kendatipun mendapatkan sokongan tanda seru (!) di akhir kalimat (okara), penulis rasa terjemahan tersebut masihlah kurang mengena. Karena sebuah terjemahan tidaklah hanya menyalin kosakata, tetapi lebih pada memindahkan rasa bahasa tertentu ke dalam bahasa yang lain.
Jadi, okara bahasa Madura di atas akan lebih baik jika diterjemahkan dengan:
“Pukul dengan keras orang itu hingga cedera, agar tidak terbiasa, hingga ada efek jera!”
Ya, sampai di sini, sekira diantara paramaos kurang sepakat dengan pendapat dalam artikel berjudul “Pokol versus Tokol” ini, maka betapa senangnya penulis jika mendapatkan sanggahan atau saran dalam bentuk tulisan serupa.
Kirim tulisan paramaos dimadura via email ke alamat: dimadura99@gmail.com dengan menyertakan biografi atau data diri singkat.
Tulisan paramaos yang layak tayang dan memperoleh view lebih dari 1.000 viwer dalam jangka dua pekan berhak mendapatkan hadiah menarik dari kami. Sekian, mator sakalangkong!