Puisi Puisi Deni Puja Pranata
Mitigasi Surgawi
Aku pergi dengan puisi
Selamanya
Selama angin dihempas Tuhan
Di seribu tiupan doa yang kekal
panggillah aku untuk tak bedebah
Burung-burung putih bernyanyi salsa
Di depan majalah buram
dua rapal tangan mantra
Aku mengigat mataku sembab sejak 25 tahun silam, di simpang tiga di bawah pohon akasia, kau buat kepulan asap dari air mata
36 detik berjalan, aku menemukan jalan surga
Sumenep, Madura 2024
Jalan Pulang Puisi
/a/
Jangan kau minta puisi untuk dicipta
Seperti mendung di kotaku yang menghambur
di patung kuda yang lusuh
Berdiamlah
Sebelum angin Barat menyeruduk ke dadamu
/na/
Apa yang kau ingin dari puisi?
Selain dada ini yang kau pelankan nyerinya
Kenapa hasrat di telingamu tak rege?
Elon Musk terdiam, saat tumpukan brangkas yang ia beri kunci rahasia tiba-tiba meledak.
Doge menghunuskan tajamnya di papan saham
Kau mengerti? Jika puisi tak sehebat brangkas yang bisa menyimpan botol coca cola bekas tentara Nazi di perang dunia dua.
/ca/
Apa yang diributkan? Puisi atau air mata yang tumpah di jantung gunung Krakatau
Langit Madura yang menggoda
Di sakumu ada buldoser
serupa puisi yang mati
Sumenep 2-2-2021
BACA JUGA:
Surat pada Orang-orang Kalah
/a/
Barangkali tidak penting surat ini dibaca
Tapi harus ditulis sebagaimana Piramid dicipta orang-orang kuat di Mesir
Sungai-sungai yang dalam di hatimu
karang-karang keras di hatimu
Lembutlah untuk membaca surat ini
di telingamu yang terkunci seperak kenangan
dari mimpi yang paling murung, sedih
Aku perlu berkata, katamu jika daun-daun di ngarai gunung akan menjelma ombak paling ganas
serupa puisi yang menikam penyairnya
/na/
Kita tak kan pernah tau, jika sepatu tentara Belanda dipenuhi mata-mata
seperti isi laut, bumi, dan langitnya
Sungguh, itu artinya tafsir megalamoniak yang dalam dari kenangan paling pedih
/ra/
Pada orang-orang kalah
kita tau, jika Jepang merumuskan serbuan dari musuh sebelum berlabuh ke pantai
paling sederhana, kita siaga dari musuh-musuh paling tipu muslihat
pelajaran slot menghancurkan
/ka/
Katamu, surat sebagai pesan
mulai dari burung penghantar
dan kata kata surat ini
Ingin pergi menyelamatkan orang orang kalah di layar monitor, hanya penjudi mabuk.
Mana Negara? Polisi bisa menangkap.
2023
BACA JUGA:
Melampaui Bulan dan Matahari
/a/
Dua langkah setelah pintu terbuka
suara Karl Marx menempel di kepalaku
tanpa bayangan, membentur tebing gua
matahari putih
bulan yang salju
Angin yang goyah melampaui bulan dan matahari
Pada orang-orang kalah, aku ingin bicara
/na/
1913 Sneevliet tiba
sebelum jaketnya lusuh
mata serdadu bau rambut pirang
jalan tol reformasi
Wiji Tukul menikam
matahari kemanakah bayangmu?
rupiah dan kemacetan statistik
angka yang dibuat dari air mata petani
2024
Sekujur Tangan Kyai Rahem Usymuni
Kesunyian menembus 7 lantai Tarate Selatan
diantara suara lembut yang paling halus
Aku meraba dari setiap celahnya
kesaksian tongkat Nuh di tangannya
menyebrang ke tanah gersang melafalkan doa doa di tengah orang sibuk memejamkan mata
Malam menyelinap di lorong Zainal Arifin
dari tangan tangan pendosa
Piruz biru langit di tangan kiri di tangan kanannya kucium,
ada harum surga dan semerbak bunga langka
Pada sekujur tangan kyai Rahem Usymuni
rintik embun jatuh bersama detak jam malam
aku ingin mabuk dengan kyai tanpa henti
mendengarkan suara dingin seperti Hasan bin Sabit dicintai Nabi
2023
Deni Puja Pranata adalah penyair dan sastrawan berkebangsaan Indonesia. Lahir di desa Karangduak, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Sebagai Penyair, ia juga jurnalis dan menulis artikel, opini, esai, serta catatan subversif.
Karyanya telah dihargai dan diakui dalam berbagai penghargaan Nasional. Salah satu karya puisinya yang paling dikenal adalah “Bukit Kapur”, yang dinilai sebagai puisi yang memberikan warna baru dan kesegaran dalam sastra. Puisi ini berhasil meraih Anugerah Sastra Litera 2019.
Respon (7)