KOLOM, DIMADURA – Setiap tanggal 9 Februari, insan pers di seluruh negeri memperingati Hari Pers Nasional (HPN) sebagai refleksi perjalanan panjang dunia jurnalistik.
Tahun ini, HPN 2025 mengusung tema “Pers Berintegritas Menuju Indonesia Emas”, sebuah prinsip yang merekomendasikan bahwa pers harus tetap menjadi pilar utama dalam membangun bangsa yang maju, berwawasan, dan transparan.
Namun, dalam perjalanannya, jurnalisme menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Di era digital ini, teknologi adalah sahabat sekaligus ancaman bagi jurnalis.
Teknologi: Membantu atau Menggerus?
Kemajuan teknologi telah mengubah lanskap jurnalistik secara drastis. Internet, media sosial, dan kecerdasan buatan (AI) memungkinkan informasi menyebar lebih cepat dari sebelumnya.
Kini, berita dapat disajikan dalam hitungan detik. Namun, kecepatan ini sering kali mengorbankan akurasi dan kredibilitas.
Seorang jurnalis senior pernah berkata kepada saya, “Jurnalisme bukan sekadar tentang siapa yang tercepat, tapi siapa yang paling bisa dipercaya?”
Ironisnya, di zaman serba instan ini, kepercayaan menjadi komoditas yang semakin langka.
Selain itu, munculnya AI dalam dunia jurnalistik membawa dilema baru. Di satu sisi, AI dapat membantu dalam menyusun berita dengan cepat, mengolah data dalam skala besar, dan bahkan membuat ringkasan informasi yang efisien.
Tapi di sisi lain, apakah AI bisa menggantikan intuisi, empati, dan naluri investigatif seorang jurnalis? Saya rasa tidak.
Hoaks dan Disinformasi
Teknologi juga membuka ruang bagi hoaks dan disinformasi. Dengan satu klik, informasi yang salah bisa menyebar luas dan sulit dikendalikan.
Masyarakat kini dibanjiri dengan berita yang belum tentu benar, dan tugas jurnalis menjadi lebih berat, memverifikasi dan menyajikan fakta yang benar di tengah kebisingan informasi.
Menurut laporan 2023 Global State of The Media Report, tantangan utama jurnalis saat ini adalah bagaimana mempertahankan kredibilitas di era disinformasi.
Di sinilah pentingnya peran pers yang berintegritas, sesuai dengan tema HPN tahun ini.
Adaptasi atau Tertinggal?
Jurnalis di era ini tidak punya pilihan selain beradaptasi. Melek teknologi bukan lagi opsi, tapi keharusan.
Kita harus belajar memanfaatkan AI, memahami algoritma media sosial, dan menguasai teknik verifikasi digital.
Namun, ada satu hal yang tidak boleh berubah: nilai-nilai jurnalisme itu sendiri. Kejujuran, keberimbangan, dan tanggung jawab harus tetap menjadi kompas utama.
Jika tidak, maka jurnalis bukan lagi penyampai kebenaran, melainkan hanya bagian dari arus informasi yang tak tentu arah.
Pers Indonesia ke Depan
HPN 2025 harus menjadi momentum bagi insan pers untuk meneguhkan kembali komitmen terhadap integritas dan profesionalisme.
Teknologi boleh berkembang, platform boleh berganti, tapi tugas jurnalis tetap satu: mencari dan menyampaikan kebenaran.
Sebagaimana kata pepatah, “Pena lebih tajam dari pedang.” Namun di era digital, pena harus lebih cerdas, lebih cepat, dan tetap berpegang pada nilai-nilai luhur jurnalistik.
Selamat Hari Pers Nasional 2025! Semoga pers Indonesia tetap teguh, berintegritas, dan mampu menjawab tantangan zaman.
Sumenep, 9 Februari 2025