GarduSejarah

Sejarah Asal Muasal Nama Sumenep dalam Kitab Pararaton

Avatar Of Dimadura
499
×

Sejarah Asal Muasal Nama Sumenep dalam Kitab Pararaton

Sebarkan artikel ini
Sejarah Asal Muasal Nama Sumenep Dalam Kitab Pararaton
Sejarah Asal Muasal Nama Sumenep dalam Kitab Pararaton

Cropped Cropped Dimadura Logo2 1 150X150 1SEJARAH, DIMADURA – Nama sebuah tempat kerap kali menyimpan jejak sejarah yang panjang, mencerminkan pergulatan zaman dan budaya yang silih berganti. Begitu pula dengan Sumenep, sebuah kota di ujung timur Madura yang menyimpan kisah etimologis menarik.

Dalam Kitab Pararaton, nama Songennep awalnya disebut sebagai Sungennep, yang kemudian mengalami perubahan pelafalan menjadi Sumenep.

Seiring berjalannya waktu dan pengaruh Belanda, nama itu bergeser menjadi Sumanap, sebelum akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Sumenep yang digunakan hingga kini.¹

Pada periode 1648-1672, Sumenep diperintah oleh Adipati Yudonegoro, cucu dari Pangeran Lor I. Ia menikah dengan Nyè Kanè, putri Kiai Jumantara yang juga merupakan saudari Pangeran Trunojoyo dari Sampang.²

Karena kecantikannya, Nyè Kanè dijuluki “Nyè Sumekar”. Sejak saat itu, nama Sumenep sering dikaitkan dengan sebutan Sumekar, meskipun dalam kajian etimologis, akar katanya merujuk pada makna yang berbeda.

Secara linguistik, kata Sungennep berasal dari dua unsur bahasa Jawa Kuno: sung atau song, yang berarti rongga, lubang, atau tempat berlabuh, dan enep, yang berkaitan dengan ketenangan, kedalaman, atau sesuatu yang mengendap.³

Jika digabungkan, Sungennep bermakna “tempat berlabuh yang tenang” atau “tempat yang aman untuk kapal berlabuh”. Bahkan, dengan tambahan prefiks su- yang berarti baik, Sungennep dapat diartikan sebagai “pelabuhan yang baik”.

Secara geografis, Sumenep memang berdekatan dengan wilayah pesisir, hanya sekitar 5 km dari pantai Kertasada, sehingga kemungkinan besar dulunya merupakan kawasan maritim yang strategis.

Menurut RB Mukaram, budayawan Keraton Sumenep, wilayah selatan dan timur Sumenep pada awalnya adalah laut atau pantai.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya beberapa nama kampung yang mencerminkan kondisi geografis tersebut, seperti Saghâran yang berarti laut, Mastasè’ dari kata tasè’ (laut), Kolor yang bermakna “menjulurkan”—merujuk pada tarikan perahu.⁴

Karangrabâ yang berarti “tempat berawa”, Bâ’anḍing yang menggambarkan perahu menunggu angin laut, serta Marèngan yang berasal dari kata marèngè aèng atau “tempat memberi air pada tukang perahu”.

Nama-nama di atas memperkuat teori bahwa Sumenep di masa lalu adalah daerah pesisir yang aktif dalam aktivitas pelayaran.

Dalam konteks historis, Sumenep kemungkinan besar merupakan kota pelabuhan yang penting pada zamannya.

Sebelum mengalami perubahan garis pantai, Sumenep dan Kalianget menjadi pusat perdagangan maritim yang ramai, menghubungkan Madura dengan daerah pesisir utara Jawa seperti Tuban dan Ujung Galuh (Surabaya).

Banyak kapal dagang yang berlabuh dan melakukan transaksi di pelabuhan ini, yang diperkuat dengan adanya desa bernama Pabian, yang berasal dari kata pabhiyân atau “tempat penarikan bea/pajak perahu dagang”.⁵

Jejak sejarah ini menunjukkan bahwa kata “Sumenep” merupakan representasi dari peran strategisnya dalam jaringan maritim Nusantara.

Dari sebuah pelabuhan penting hingga menjadi kota yang dikenal dengan warisan budayanya, Sumenep –yang dulunya bernama Songennep–tetap menyimpan cerita panjang yang menarik untuk terus ditelusuri oleh sejarawan dan pecinta sejarah. (*)


Referensi:

¹. Kata Songennep berdasarkan buku Werdisastra yang berjudul “Babad Songennep dengan carakan Madura atau hurup Jawa”, (1914).
². Cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal usul  suatu kata.
³. Tim Penulis, “Sejarah Sumenep”, (2002).
⁴. Drs. Abdurrahman, “Madura Selayang Pandang”, (1971).
⁵. Tadjul Arifien R, “Dinasti Arya Wiraraja”, hlm. 37-38, (2022).

Bupati Sumenep Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo, Sh., Mh., Bersama Wabup Kh. Imam Hasyim, Forkopimda Dan Para Petani Di Tengah Sawah Desa Poreh, Kecamatan Lenteng, Dalam Kegiatan Gerakan Tanam Padi Serentak, Kamis (08/05/2025).
Sumenep

NEWS SUMENEP, DIMADURA – Pemerintah Kabupaten Sumenep terus memperkuat sektor pertanian sebagai langkah strategis dalam menghadapi krisis pangan. Bupati Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo, SH., MH., memimpin langsung tanam padi…