dimadura
Beranda Roma Lembaga Dugaan Intrik Internal Warnai Pengusulan KIP UIN Madura, Sejumlah Mahasiswa Berprestasi dan Tak Mampu Justru Gugur

Dugaan Intrik Internal Warnai Pengusulan KIP UIN Madura, Sejumlah Mahasiswa Berprestasi dan Tak Mampu Justru Gugur

Gambar Ilustrasi Kartu Indonesia Pintar atau KIP Kuliah UIN Madura (Istimewa)

Cropped Cropped Dimadura Logo2 1 150X150 1PAMEKASAN, DIMADURA – Indikasi adanya intrik internal dalam proses pengusulan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah di UIN Madura tengah menjadi perbincangan publik.

Pasalnya, dua mahasiswa asal Sumenep, masing-masing mahasiswa berprestasi dari keluarga tidak mampu dan seorang mahasiswa yatim piatu, dinyatakan tidak lolos meski hasil survei internal menyebut keduanya sangat layak.

Informasi yang dihimpun media ini menunjukkan bahwa hasil survei kampus menegaskan tingginya penilaian kelayakan kedua mahasiswa itu.

Menurut informasi yang diperoleh media ini, hasil survei menunjukkan bahwa nilai kelayakan kedua mahasiswa tersebut berada pada kategori maksimal sesuai dokumen penilaian.

Seorang anggota tim survei, Ahmad Faidi Haris, menyatakan bahwa indikator ekonomi, kondisi keluarga, serta survei tempat tinggal keduanya sepenuhnya memenuhi syarat. Ia menyebut pihaknya bekerja sesuai standar objektivitas.

“Kalau hasil survei kami, dua mahasiswa itu memang sangat layak dapat KIP, hampir seratus persen bahkan nilai kelayakannya,” ungkapnya, saat dikonfirmasi, Selasa (25/11).

Namun demikian, ia mengaku tidak mengetahui lebih jelas dan detail bagaimana verifikasi di tingkat lanjutan menghasilkan keputusan berbeda.

“Kami objektif di lapangan. Tapi hasil akhirnya, anak itu gagal. Padahal anak itu, saya tahu sendiri, anaknya pinter dan keadaan keluarganya seperti apa,” katanya.

Faidi lanjut menyatakan bahwa tidak hanya mahasiswa berprestasi dari keluarga tidak mampu yang gugur, tetapi juga mahasiswa yatim piatu yang tinggal bersama neneknya  juga gagal masuk daftar mahasiswa penerima KIP tahun ini.

“Keduanya memperoleh nilai kelayakan maksimal, namun tetap tidak masuk daftar penerima. Saya sendiri kaget. Bahkan ada mahasiswa yatim piatu, asal Legung (Sumenep) dia, sepertinya juga gagal,” imbuhnya.

Di luar penilaian survei, sumber internal kampus membeberkan adanya kebijakan tak tertulis terkait pertimbangan mahasiswa penerima bantuan lain, seperti UKT senilai Rp200 ribu.

Di sisi lain, ketimpangan kuota juga dinilai menjadi indikator diterima dan tidaknya pengusulan.

Diketahui, tahun ini UIN Madura hanya mendapatkan 200 kuota KIP untuk sekitar 70 program studi yang ada, dari yang sebelumnya mendapat 300 jatah KIP.

“Jadi rerata per prodi hanya mendapatkan 2 hingga 3 kuota. Mungkin karena ada efisiensi dan, Informasinya, gagalnya salah satu dari mereka karena ada yang sudah dapat UKT, sehingga mungkin kalah saing di prodi. Toh hal itu tidak tertulis dalam aturan,” ungkap seorang sumber internal.

Temuan media ini menunjukkan bahwa sejumlah mahasiswa yang menerima UKT tetap dinyatakan lolos KIP, sedangkan mahasiswa lain dengan kondisi serupa justru gugur tanpa penjelasan resmi.

Ketidaksinkronan keputusan ini menimbulkan dugaan adanya mekanisme seleksi yang berjalan tidak transparan dan tidak sepenuhnya mengikuti pedoman formal.

Sumber internal lain menegaskan bahwa mahasiswa yang tidak lolos tidak dapat lagi mengajukan banding karena seluruh data telah dikirim ke pusat. “Setelah datanya masuk pusat, tidak bisa diubah. Sudah final,” ujarnya.

Sementara itu, upaya konfirmasi kepada Wakil Rektor III UIN Madura, Dr. H. Mohammad Ali Al Humaidy, M.Si., belum mendapat tanggapan langsung. Namun melalui rekannya, Tadjul Arifien R, disampaikan bahwa proses seleksi sudah memasuki tahap akhir.

“Itu datanya sudah masuk ke kementerian. Sekarang sudah tahap penyetoran rekening. Seandainya bilang sebelumnya, mungkin bisa diperjuangkan,” tutur Tadjul, mengutip pernyataan Warek Malhum, Rabu (26/11).

Hingga berita ini diterbitkan, pihak kampus belum menyampaikan penjelasan mengenai alasan gugurnya dua mahasiswa yang oleh tim survei dinilai sangat memenuhi syarat tersebut.

Ketidakselarasan antara hasil survei, aturan formal, dan keputusan akhir semakin menguatkan dugaan adanya intrik internal dalam proses penentuan penerima KIP UIN Madura tahun ini. ***

Follow akun TikTok dimadura.id untuk update video berita terbaru.

Follow
Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Konten Iklan