SITUS, DIMADURA – Masjid Laju Sumenep, atau yang dalam bahasa Madura disebut Masegit Laju, merupakan salah satu peninggalan sejarah yang mencerminkan perkembangan Islam di wilayah Sumenep.
Masjid ini memiliki nilai historis yang tinggi karena menjadi salah satu pusat penyebaran Islam pada masanya.
Dengan arsitektur khas Jawa kuno yang masih terjaga keasliannya, masjid ini tetap berdiri kokoh sebagai bagian dari warisan budaya yang penting bagi masyarakat Sumenep.
Sejarah Pembangunan Masjid Laju

Masjid Laju didirikan pada sekitar tahun 1640 Masehi oleh Pangeran Anggadipa, yang saat itu menjabat sebagai penguasa Sumenep.
Pangeran Anggadipa merupakan salah satu pemimpin yang dikenal memiliki kepedulian tinggi terhadap perkembangan agama Islam di daerahnya.
Pendirian masjid ini menandai awal berkembangnya pendidikan agama Islam di Sumenep, terutama melalui sistem pendidikan non-formal seperti pengajian dan pembelajaran Al-Qur’an yang diselenggarakan di dalam masjid.
Pada masanya, Masjid Laju menjadi pusat keagamaan utama di Sumenep. Di sinilah para santri dan masyarakat umum mendalami ilmu agama dan memperkuat pemahaman mereka tentang Islam.
Tidak hanya itu, masjid ini juga menjadi tempat berkumpulnya tokoh-tokoh agama, ulama, serta pemimpin daerah untuk membahas berbagai isu keagamaan dan sosial.
Namun, seiring berjalannya waktu, Masjid Laju mulai kehilangan perannya sebagai masjid utama ketika Masjid Agung Sumenep dibangun pada tahun 1779 Masehi oleh Panembahan Natakusuma I.
Masjid Agung ini menggantikan fungsi Masjid Laju dalam menyelenggarakan kegiatan keagamaan tingkat kabupaten, meskipun Masjid Laju tetap dipertahankan sebagai salah satu tempat ibadah yang bersejarah.
Keunikan Arsitektur Masjid Laju

Dari segi arsitektur, Masjid Laju masih mempertahankan gaya bangunan Jawa kuno, yang memiliki karakteristik khas dalam desain dan strukturnya.
Bangunan utama masjid ditopang oleh empat tiang utama yang dikenal sebagai “saka guru”, yang berfungsi sebagai penyangga atap.
Tiang-tiang ini masih terjaga keasliannya hingga kini, menjadi saksi bisu perjalanan panjang masjid ini dari abad ke-17.
Di bagian atas tiang-tiang tersebut terdapat balok kayu melintang, yang semakin memperkuat struktur masjid.
Salah satu elemen paling khas dari masjid ini adalah tiga buah mihrab yang masih berdiri utuh dalam kondisi asli.
Mihrab ini menjadi tempat imam dalam memimpin shalat dan menjadi salah satu elemen penting dalam desain masjid tradisional.
Gaya atap tumpang yang digunakan dalam masjid ini juga mencerminkan pengaruh arsitektur Jawa tempo dulu.
Atap semacam ini sering ditemukan dalam desain masjid-masjid kuno di Nusantara dan mencerminkan kesinambungan budaya antara Islam dan tradisi lokal.
Di bagian utara bangunan utama, terdapat sebuah menara kecil yang dulunya digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan.
Selain itu, terdapat pula beduk kuno yang masih menghiasi teras masjid, menambah nuansa klasik dan autentik dari bangunan ini.
Lokasi Strategis di Pusat Kota Sumenep
Masjid Laju memiliki lokasi yang sangat strategis, tepatnya di depan rumah dinas Bupati Sumenep, di sisi utara jalan raya utama.
Letaknya yang berada di pusat kota membuat masjid ini mudah diakses oleh masyarakat, baik untuk beribadah maupun untuk wisata sejarah.
Meskipun telah mengalami beberapa renovasi, terutama pada bagian lantai dan atap, bangunan utama masjid tetap mempertahankan keasliannya.
Renovasi yang dilakukan lebih kepada perluasan area luar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan ibadah yang semakin meningkat, namun struktur asli masjid tetap dijaga dengan baik.
Masjid Laju dalam Perkembangan Islam di Sumenep
Sebagai salah satu masjid tertua di Sumenep, Masjid Laju memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan Islam di daerah ini.
Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pembelajaran Islam bagi masyarakat sejak zaman kerajaan hingga saat ini.
Hingga kini, Masjid Laju tetap menjadi saksi bisu perjalanan panjang Islam di Sumenep. Keberadaannya yang masih terjaga menunjukkan betapa kuatnya akar Islam dalam kehidupan masyarakat Madura.
Selain menjadi tempat shalat, masjid ini juga sering digunakan untuk kegiatan keagamaan seperti pengajian, peringatan hari-hari besar Islam, serta kegiatan sosial keagamaan lainnya.
Warisan Sejarah yang Perlu Dijaga
Sebagai salah satu warisan sejarah yang sangat berharga, Masjid Laju perlu terus dijaga dan dilestarikan.
Bangunan ini tidak hanya memiliki nilai religius, tetapi juga nilai budaya dan sejarah yang tinggi.
Upaya pelestarian masjid ini harus melibatkan pemerintah daerah, masyarakat, dan lembaga budaya, agar masjid ini tetap bertahan dan dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang.
Keberadaannya yang masih kokoh hingga saat ini menjadi bukti bagaimana warisan Islam dan budaya lokal bisa berdampingan dalam harmoni.
Bagi siapa pun yang berkunjung ke Sumenep, mengunjungi Masjid Laju bisa menjadi pengalaman berharga untuk memahami lebih dalam sejarah Islam di Madura serta menyaksikan langsung salah satu masjid tertua yang masih bertahan di Nusantara.
Masjid Laju Sumenep adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah perkembangan Islam di Madura. Dibangun sejak abad ke-17 oleh Pangeran Anggadipa, masjid ini memiliki peran besar dalam penyebaran Islam di Sumenep.
Dengan arsitektur Jawa kuno yang masih terjaga, masjid ini tetap menjadi tempat ibadah yang berfungsi hingga kini.
Sebagai warisan sejarah yang berharga, Masjid Laju tidak hanya perlu dirawat dari segi fisik, tetapi juga harus terus dikenalkan kepada generasi muda agar mereka memahami pentingnya menjaga peninggalan sejarah.
Dengan demikian, masjid ini akan tetap menjadi bagian dari perjalanan panjang Islam di Madura, memberikan inspirasi bagi siapa pun yang ingin belajar dari sejarah. ***