Suara Pembaca
Pilkada Sumenep 2024 seharusnya menjadi momen di mana demokrasi benar-benar hadir, bukan sekadar seremoni atau monopoli segelintir pihak.
Kami, sebagai bagian dari masyarakat, sangat berharap partai politik dapat menyajikan proses demokrasi yang sehat. Namun, aroma ketidakberesan mulai tercium, terutama dengan adanya rumor calon tunggal yang menimbulkan kegelisahan.
Dalam lima tahun terakhir, partai-partai besar di Sumenep gagal menciptakan pemimpin berkualitas yang mampu menjadi daya tawar bagi masyarakat. Keberadaan partai-partai ini tampaknya hanya menonjol pada saat Pemilu Legislatif, sementara upaya mencetak pemimpin baru hampir tak terlihat.
“
Mungkinkah politik di Sumenep memang sudah berada dalam kondisi kronis?
“
Apakah partai-partai sebenarnya memiliki figur potensial tetapi enggan mencalonkannya karena berbagai alasan, seperti modal Pilkada atau syarat lain yang menghalangi kader-kader tersebut menunjukkan kualitas kepemimpinan mereka dalam kontestasi Pilkada 2024?
Mengapa Terjadi Calon Tunggal?
Sejak era reformasi, proses demokrasi menjadi lebih terbuka, namun munculnya calon tunggal menimbulkan banyak pertanyaan. Apakah petahana benar-benar berhasil total dan memiliki daya tawar yang kuat di kalangan masyarakat akar rumput? Jika demikian, mengapa ratusan kiai menyerukan penolakan terhadap Pilkada calon tunggal? Apa yang sebenarnya terjadi dalam Pilkada 2024 ini?
Mengutip pernyataan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, yang dilansir Narasi.com pada 14 Agustus 2024, “Ada proses penjegalan, satu wilayah punya tambang emas, satu wilayah mau dibuat calon tunggal.”
Memang benar, Sumenep tidak memiliki tambang emas, tetapi kabupaten ini merupakan yang terkaya ketiga di Jawa Timur berdasarkan Sumber Daya Alam (SDA).
Ironisnya, Sumenep juga menjadi juara ketiga termiskin di Jawa Timur. Meski anggaran APBD tahun 2024 sebesar 2,7 triliun, Sumenep tetap menjadi primadona di Pulau Madura.
Potensi besar di sektor minyak, pariwisata, pertanian, dan kelautan seharusnya mampu mengentaskan kemiskinan jika dikelola secara profesional dan mendapat perhatian yang maksimal.
Demokrasi dan Pilkada Sumenep
Dalam konteks Pilkada dan demi menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, kami berharap para kader partai berani mengemukakan ide-ide mereka untuk masa depan Sumenep.
Gagasan-gagasan yang menjadikan Sumenep berada pada masa kejayaan, bukan sekadar saat seremoni belaka. Kami juga berharap para pemimpin partai memperhatikan kader-kadernya, agar tidak terjadi kelangkaan pemimpin visioner dengan jiwa kepemimpinan yang kuat.
“
Sangat disayangkan jika partai besar yang seharusnya berperan dalam proses demokrasi justru melumpuhkan demokrasi itu sendiri, seolah-olah mengantarkannya menuju kematian.
“
Kami turut berduka cita atas kegagalan para pimpinan partai dalam membina kader-kadernya.
Kami juga berduka jika partai-partai besar gagal melihat potensi kadernya, lalu bersekongkol dengan pihak lain, yang tidak hanya membunuh kaderisasi partai, tetapi juga mematikan proses demokrasi yang ada.
Kami, masyarakat pinggiran, hanya bisa menyuarakan keadaan yang sebenarnya.
Salam demokrasi!