Oleh: Nur Hidayati
MADURA.ID – Apa peran agama dalam kehidupan manusia? Mengapa kasus bunuh diri terjadi bahkan dilakukan oleh mereka yang beragama? Apa solusinya? Mari simak catatan sederhana penulis berikut.
Ya, sudah berapa kali saya membaca berita tentang bunuh diri di 2022 hingga awal 2023? Tidak hanya di luar negeri, kasus ini juga terjadi di Indonesia. Tak hanya di kota besar, tragedi ini mungkin sampai di desa-desa terpencil.
Penyebabnya beragam, dari masalah asmara, himpitan ekonomi, tekanan sosial, gangguan mental, penyalahgunaan obat, hingga trauma masa lalu.
Lalu pertanyaannya adalah, mengapa masalah-masalah tersebut hadir di hidup kita? Bagaimana seharusnya umat beragama menghadapinya?
Nah, karena saya sendiri adalah seorang Muslim, kendati mungkin pengetahuanku tidak begitu mendalam dan menyeluruh, namun perkenankanlah untuk membahasnya dari sudut pandang agama Islam.
Pandangan Islam
Jelas, Islam dengan tegas melarang penghilangan nyawa, baik melalui pembunuhan terhadap orang lain maupun diri sendiri.
Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari menyebutkan bahwasanya Rasulullah bersabda: Dahulu ada seorang laki-laki sebelum kamu yang mengalami luka, lalu dia berkeluh kesah, kemudian dia memotong tangannya. Kemudian darah tidak berhenti mengalir sampai dia mati.
Allah ‘azza wajalla berfirman, “Hamba-Ku mendahului-Ku terhadap dirinya, Aku haramkan surga baginya.”
Jadi, pada dasarnya manusia memiliki insting untuk bertahan hidup dan mendahulukan keselamatan diri. Namun himpitan masalah yang tidak bisa dia kendalikan justru mengundang reflek alamiah ini.
Saat itulah, kepercayaan akan kesanggupan dirinya menanggung beban menentukan titik akhir. Jika dia yakin tak bisa bertahan maka pikiran dan tubuhnya akan ikut menyerah. Di fase ini, peran agama dan keimanan menjadi penentu.
Menurut KBBI, “Agama adalah suatu ajaran dan sistem yang mengatur tata keimanan/kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, serta tata kaidah terkait pergaulan manusia serta lingkungannya.”
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa seseorang yang mengamalkan ajaran agamanya dengan baik, maka emosinya akan lebih stabil dan ‘tahan banting’.
Pemahaman agama ini tidak didapatkan secara instan. Ia harus ditanamkan sedini mungkin, dipupuk dengan keistikamahan dan kesabaran, serta dirawat dengan pembiasaan.
Salat sebagai Solusi
Apa pembiasaan utama yang dapat menjadi pondasi keimanan dan memperkuat jiwa seorang Muslim? Jawabannya adalah salat.
Sebagaimana sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi:
“Salat itu adalah tiang agama (Islam), maka barang siapa mendirikannya sungguh ia telah mendirikan agama (Islam) dan barang siapa yang meninggalkannya, maka sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu.”
Salat seperti tali kendali yang bisa menguatkan saat langkah kita goyah dan serasa akan lepas dari pijakan.
Jika kita gambarkan hati kita seperti bangunan, maka salat adalah tiang yang menopangnya. Karena saat salatlah kita bisa meluapkan segala keluh kesah kepada ‘Sang Pemberi Ribuan Pintu Kemudahan’ di antara ratusan kesulitan.
Al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 45 juga menjelaskan bahwa salat itu dapat mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar, serta ia (salat) lebih besar keutamaannya daripada ibadah yang lain.
Salah satu ungkapan yang paling saya ingat dari penuturan tokoh panutanku, Syekh Ali Jaber Allahummaghfir lahu, yaitu, jika kita ingin memperbaiki hidup maka perbaikilah salat kita.
Ilmu tentang salat ini mungkin sudah didapatkan sejak usia PAUD. Anak-anak sudah hafal bacaannya dan terbiasa mempraktikkan dari kecil.
Namun seiring bertambahnya usia, mereka mulai salat jarang-jarang. Salat saat sempat. Salat saat hari raya. Problematika ini muncul karena yang mereka pahami salat itu wajib. Mereka belum sampai pada tingkatan butuh.
Seandainya mereka sadar bahwa saat salat itu mereka yang butuh kepada Allah, bukan sebaliknya, maka mereka akan berbondong-bondong salat tepat waktu dan sebaik mungkin.
Solusi Jangka Panjang
Salah satu solusi agar anak-anak kita, generasi muda yang hidup di era milenial ini, dapat terhindar dari perbuatan-perbuatan tak terpuji seperti bunuh diri dan hal buruk lainnya adalah dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan. Bahwa pendidikan adalah proses dan perjalanan yang tak pernah berakhir.
Bukan karena peserta didik berusia sekian lantas menganggap mereka sudah bisa kita lepas tanpa bimbingan. Mereka bisa jadi sudah hafal ilmunya, namun butuh pendampingan dalam praktiknya.
Hari ini mereka ingat, lusa bisa jadi lupa, karena sebagaimana yang disampaikan oleh M. Yusuf al-Qardhawi:
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
Model dan Peran Pendidikan Islam
Pendidikan Agama Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam damai maupun perang dan menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.
Teruntuk para guru, misalnya, mengingat urgennya pembiasaan dan kesadaran, maka kita dapat menggunakan pola atau model pembelajaran everyone is teacher.
Di sini kita kenalkan danterapkan bagaimana cara “menghadirkan salat dan zikir dalam kehidupan”.
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai guru terhadap peserta didik yang lain. Tujuannya untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual.
Peserta didik yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran (student centered) pasti akan lebih menikmati dan mudah memahami materi yang dipelajari. Mereka akan mendapatkan pengalaman langsung, sehingga ilmu yang didapat akan lebih melekat.
Penerapan Model Pembelajaran ‘Every One is Teacher’
Pada awalnya mungkin terasa akan sulit karena kekhawatiran kita jika peserta didik tidak seantusias harapan kita dan lain-lain. Namun kita tidak akan pernah tahu kalau belum mecoba. Kita akan terus terjebak dalam kotak ‘stagnan’ bila tak berani ambil langkah pembaharuan.
Pada umumnya everyone is teacher ini berpaku pada satu orang membuat pertanyaan-yang lain menjawab, namun ketika praktik kami melakukan modifikasi langkah-langkah atau tahapan. Kami menambahkan slogan Play and Learn agar kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan.
Awal pembelajaran dimulai dengan salam, tanya kabar dan jokes kecil untuk membangun suasana yang santai setelah pergantian jam pelajaran.
Selanjutnya kami mulai tanya jawab berhadiah snacks. Pertanyaan yang diajukan adalah materi yang kami pelajari di minggu sebelumnya untuk membasahi ingatan mereka. Ini memacu peserta didik untuk mempelajari lagi materi yang sudah didapatkan.
Tahap berikutnya, kami membiasakan peserta didik untuk melakukan kegiatan literasi. Hal ini dipermudah dengan adanya rubrik inspirasiku di buku paket siswa, sehingga kami tidak perlu menyiapkan sebelumnya.
Di bab ini, kisah yang ditampilkan adalah kekhusyukan sahabat nabi dalam melaksanakan salat. Peserta didik menikmati kegiatan ini karena kisahnya menarik dan pendek.
Setelah waktu untuk membaca habis, kami meminta salah satu peserta didik untuk menceritakan ulang di depan kelas, sementara yang lain menyimpulkan hikmah dari cerita tersebut. Kegiatan ini melatih kepercayan diri dan keberanian mengungkapkan pendapat para peserta didik.
Selanjutnya kami membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Tugas pertama adalah mereka memilih satu anggota sebagai ketua.
Tugas kedua menyediakan 5 pertanyaan tentang “perilaku ketakwaaan, menghindari keburukan dan menjalankan salat dengan istikamah” yang akan diajukan ke kelompok lain. Tugas ketiga, mereka berbaris sesuai instruksi ketua.
Tugas keempat, masing-masing kelompok menyediakan meja. Tugas kelima adalah mereka bertukar kertas pertanyaan dengan kelompok di sebelahnya. Konsep Play and Learn siap dimulai!
Guru memberikan aba-aba agar peserta didik yang berdiri di barisan depan berlari menuju meja, mengambil satu kertas pertanyaan dan menulis jawabannya di kertas yang disediakan.
Tiap peserta didik mempunyai waktu 60 detik untuk menjawab. Setelah waktu habis, maka semua peserta didik harus berhenti menulis dan segera kembali ke posisi awal untuk digantikan oleh peserta yang lain. Kegiatan ini terus berulang sampai peserta didik yang paling belakang.
Setelah semua peserta didik mendapatkan bagian menjawab pertanyaan, guru meminta ketua kelompok membacakan pertanyaan yang didapat dan jawaban yang ditulis oleh anggotanya. Kemudian kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
Jika terjadi diskusi yang berlarut-larut, maka guru bisa menjadi moderator untuk mencari titik tengah.
Langkah terakhir di kegiatan inti teknik everyone is teacher: let’s play and learn adalah menempelkan hasil kerja kelompok di papan info kelas.
Hal ini merupakan bentuk apresiasi terhadap usaha mereka. Display karya seperti ini juga bertujuan agar dapat dilihat oleh peserta didik lain, sehingga dapat memperluas pengetahuan mereka.
Sebagaimana ungkapan Kimberly Steele on Education World:
A room without bulletin boards is barren. Students need to have something to look at besides bare walls. Bulletin boards teach, inform, inspire, and add a feeling of hominess to the classroom.
Setelah siswa secara bergilir mengunjungi dan membaca display hasil kerja masing-masing kelompok, kami membuat kesepakatan untuk istikamah salat wajib di awal waktu dengan tidak terburu-buru dan sebisa mungkin khusyu’ selama satu pekan.
Pertemuan selanjutnya, kami akan menceritakan hal baru yang kami rasakan dari keistikamahan tersebut.
Tak lupa, kami melakukan asesmen guna mendapatkan data/informasi dari proses dan hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja dan perkembangan peserta didik dari pertemuan sebelumnya. Penilaian yang dilakukan pada KBM ini meliputi tiga kriteria, yaitu cepat, tepat dan kompak.
Terakhir, kami melakukan refleksi tentang kegiatan yang dilalui dan membuat kesimpulan tentang materi yang mereka pelajari.
Kesimpulan
Beberapa hal yang terangkum dari kegiatan refleksi ini adalah:
- Seru karena bisa belajar sambil bermain, bermain tapi tetap belajar.
- Mengetahui hikmah salat, yakni diantaranya :
- Tertanamnya akidah tauhid dalam jiwa seseorang.
- Hubungan antara manusia dengan-Nya akan terjalin baik.
- Kedamaian, keamanan, dan keselamatan dari Allah Swt. akan diperoleh olehnya serta mengantarkan mereka pada kesuksesaan dan pengampunan dari segala kesalahan.
- Memperkuat jiwa seseorang dalam hubungan dengan Allah Swt.
- Memperoleh ketenangan jiwa dan menjauhkan diri dari kelalaian.
- Melatih hidup disiplin dan taat aturan peraturan baik peraturan kerja maupun peraturan dalam kehidupan ini.
- Membiasakan seseorang pada perbuatan/ perkataan yang baik dan bermanfaat.
- Menumbuhkan akhlak mulia seperti amanah, jujur, dan upaya menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar
Penutup dan Harapan
Dari rangkaian pembelajaran di atas, kami berharap peserta didik tumbuh menjadi pribadi yang dekat dengan Allah, sabar, dan teguh pendirian dalam menjalani kehidupan di masyarakat kelak.
Semoga saat mereka melalui waktu yang berat, mereka ingat ayat ini: Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha (Allah tidak membebani seseorang melaikan sesuai dengan kesanggupannya).***