KomunitasRoma

Tanah Sumenep Bisa Jadi Emas?

Avatar Of Dimadura
429
×

Tanah Sumenep Bisa Jadi Emas?

Sebarkan artikel ini
Abdul Alim Yasin Pose Bersama Kaum Petani Perempuan Di Sawah Lebeng Barat Sumenep (Foto: Istimewa/Doc. Dimadura)
Abdul Alim Yasin Pose Bersama Kaum Petani Perempuan di Sawah Lebeng Barat Sumenep (Foto: Istimewa/Doc. Dimadura)

Cropped Cropped Dimadura Logo2 1 150X150 1NEWS SUMENEP, DIMADURA – Sebuah pertanyaan retoris yang menggugah dilontarkan Abdul Adim Yasin, tokoh utama di balik lahirnya Komunitas Keraton Langit, Pasongsongan, Sumenep.

“Kalau dari tanah bisa tumbuh semangka, melon, labu, lalu kita jual, dan menghasilkan uang, apa bedanya dengan emas?” katanya kepada media ini, Kamis (8/5).

Ungkapan tersebut ia sampaikan sebagai motivasi diri (self motivation), sekaligus sebagai wujud representasi dari semangat baru para petani milenial di Sumenep yang menurutnya harus mulai mengubah cara pandang terhadap pertanian.

Melalui kerja kolaboratif, riset varietas unggulan, hingga penguasaan rantai distribusi, tanah di kawasan pesisir Sumenep kini benar-benar berubah menjadi ‘ladang emas’.

Sejak tahun 2020, tuturnya lebih lanjut, komunitas yang ia bangun bersama para petani muda telah membuktikan bahwa sektor pertanian bisa sangat menguntungkan jika dikelola dengan pengetahuan dan strategi.

Disampaikan bahwa mereka tak hanya menanam, tapi juga mengembangkan bibit sendiri, memperkuat branding, hingga membangun sistem pasar berbasis komunitas.

“Dulu kami tidak tahu menanam itu bisa sebesar ini hasilnya. Sekarang kami bisa jual semangka dan melon sampai ke Jakarta. Kami juga sedang bangun kemitraan dengan ritel modern,” ungkapnya.

“Banyak pelanggan dari Surabaya, Kalimantan, Banyuwangi, Nganjuk, Jember dan kota-kota besar lainnya yang membeli dengan sistem COD atau langsung transfer ke rekening manajer kami,” imbuhnya.

Komunitas ini telah sukses memproduksi komoditas hortikultura unggulan seperti Melon Allisa, Semangka Rubi Langit, dan Labu Japan Sky. Bahkan, sebagian produk mereka sudah diikat dengan kontrak pembelian jangka panjang dari pasar retail modern.

Kunci sukses mereka terletak pada penggunaan teknologi seperti greenhouse, pemupukan organik terstandar, dan sistem pemasaran digital. Ditambah lagi, semangat gotong royong antaranggota komunitas turut memperkuat rantai produksi dari hulu ke hilir.

Lebih dari sekadar cuan, proyek pertanian ini juga mengembalikan kebanggaan generasi muda terhadap tanah kelahiran. Mereka yang semula memimpikan kerja di kota atau luar negeri, kini justru pulang kampung dan bertani dengan semangat wirausaha baru.

“Tanah di Sumenep ini luar biasa. Bukan karena kita orang desa lalu kalah. Kita buktikan, dari desa, kita bisa punya produk, punya pasar, bahkan punya merek dagang sendiri,” tandas Adim.***