CONGKOP, WAWANCARA — Kiai Abdul Adim Yasin tak hanya membudidayakan melon. Ia sedang membangun mimpi besar: menjadikan Pasongsongan sebagai pusat pertanian modern yang menginspirasi Indonesia. Dari Keraton Langit Corporation, ia memimpin ratusan petani muda untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
Berikut ini wawancara jurnalis media ini dengan Penggerak Petani Milenial di Kecamatan Pasongsongan, Kiai Abdul Adim Yasin, Pimpinan Keraton Langit Corporation, Senin (5/5/2025).
Di mana, sejak kapan, dan mengapa tertarik pada budidaya pertanian modern?
Di Desa Lebbeng Barat, Kecamatan Pasongsongan. Kami tertarik dengan dunia tani ya sejak lahir, karena kita makan tani sejak lahir ya, kan…
Mengapa tertarik menekuni bidang pertanian?
Jadi biasanya ketika membahas pertanian, maka seakan-akan nampak kotor, berlumpur, nampak hina, kolot atau kuno. Tapi ada satu hal yang tidak disadari oleh semuanya bahwa semua apapun jabatannya, apapun posisinya, di Indonesia ini, baik jadi presiden, jadi menteri, jadi bupati, jadi gubernur, jadi DPR sekalipun, semuanya menikmati hasil pertanian. Sehingga dikatakan Kiai Haji Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, bahwa pertanian itu adalah masalah hidup dan mati. Jadi harus diperjuangkan.
Dan saat ini di berbagai pelosok negeri di seluruh nusantara, masih bertahan di bahasa ketahanan pangan. Lalu kapan menuju kemandirian pangan? Kapan menuju kedaulatan pangan? Jadi, semuanya harus bangkit mulai dari akar rumput dari petani sendiri, anak-anak muda apapun background-nya, sarjana manajemen misalnya, bisa bergerak di marketingnya, di produksi hasil pertanian; sarjana agama, ikut mensosialisasikan di forum-forum keagamaan; terus sarjana ekonomi dengan ilmu ekonominya juga bergerak di pertanian. Terutama pejabatnya, karena selama ini mereka selalu hadir dengan anggaran yang besar di ruangan ber-AC, yang dibahas adalah kami di bawah, yang selalu bersama-sama lumpur dan tanah.
Mulai sejak kapan bergelut di bidang agrobisnis dan kenapa tertarik dengan dunia pertanian?
Sejak lahir, karena sejak waktu itu, tidak bisa dipungkiri, kami sudah menikmati hasil pertanian.
Profesi ayah dan ibu sendiri?
Bertani, semuanya bertani.
Saat ini, melon ini ada varietas tertentu atau seperti apa keunggulannya?
Sebetulnya melon itu adalah salah satu solusi untuk bagaimana petani itu menjadi petani yang inovatif, yang bisa menciptakan solusi yang solutif, agar tidak hanya terpaku kepada padi, jagung, dan tembakau, tapi juga bisa menghidupkan dan menggerakkan potensi-potensi alam yang ada di lingkungan para petani. Karena saya rasa, berdasarkan bukti yang sudah nyata, tanah-tanah yang ada di Kabupaten Bindara Saod (Sumenep, Madura, red) ini karakternya spesifik-aromatik.
Buktinya, tembakau terbaik dunia ada di Sumenep. Sumenepnya, mohon maaf, ada di Pasongsongan. Jadi tidak menutup kemungkinan melon juga bisa terbaik, padi juga bisa, kelengkeng juga bisa.
Sejauh ini, melon yang dibudidaya?
Sementara ini kami fokus di budidaya melon Alissa. Selanjutnya kami pindah ke varietas-varietas yang lebih berkelas. Karena kami sadar, ketika kita masuk di supermarket, kita masuk di Giant, kita masuk di Alfa, kita masuk di Indomaret, ternyata yang dipajang mahal itu adalah karya petani kami.
Jadi kami mengharapkan, yang dipajang di super-supermarket atau minimarket yang ada di Kabupaten Bindara Saod saat ini, tidak mendatangkan dari luar, tapi langsung dari petani Sumenep sendiri, yang kualitasnya tidak kalah dengan daerah-daerah luar.
Keunggulan melon yang Jenengan tekuni, geluti, saat ini?
Ya, menurut yang sudah merasakan, Melon Alissa ini ada manisnya, ada hambarnya, juga ada kriuk-kriuknya dan lembutnya juga, sehingga ngangenin. Terlalu manis juga lengnget (lekas enek).
Ada berapa hektar atau, berapa luas lahan yang sedang Jenengan kelola?
Kami sementara masih menanam di… kalau tidak salah hampir 1.000 batang. Tapi di 1.000 batang itu bagaimana ada puluhan bahkan harus bisa mengedukasi yang lain, sehingga ada ratusan ribu batang dengan lahan yang secukupnya.
Dengan lahan yang kecil, tapi dengan edukasi yang benar, sehingga para pemuda tergerak dengan konsep menggunakan platform media sosial, dengan menghadirkan para petani-petani muda milenial, sehingga mereka masif untuk mensponsorkan, memunculkan gerakan pertanian, untuk mendukung Asta Cita Presiden Prabowo-Gibran, untuk swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional.
Biaya pembuatan green house seperti yang sedang Jenengan kelola?
Tergantung banyaknya tanam berapa. Kalau yang ada saat ini itu sekitar Rp500 jutaan ya. Mahal memang, makanya kami masih sedang merencanakan pembuatan green house serupa, tapi dari bambu. Masih kita rancang.
Buka Channel Youtube: TV Keraton Langit
Upaya yang dilakukan untuk mendorong spirit petani milenial?
Di sini kami hadir dengan menghadirkan para petani muda milenial. Sekarang kan sudah zaman TikTok, zamannya Facebook. Bagaimana seorang petani itu bukan hanya membudidaya tetapi juga bisa menjadi pengusaha, memasarkan dengan memanfaatkan platform media sosial.
Salah satunya, nama platform yang Jenengan kelola?
Ya itu, Keraton Langit Corporation.
Ada masukan, suntikan modal dari pemerintah setempat?
Modal ada dua macam. Satu, bisa dari pribadi petani. Dua, bisa kerja sama dengan pemerintah. Nah, ketika sudah sampai pada dukungan pemerintah, perlu dukungan yang lebih masif lagi. Masih banyak lahan-lahan kering dan lahan-lahan tidur.
Seandainya didatangkan semacam pemberdayaan dari pemerintah, semisal bor-bor air, nanti akan menjadi tanah hidup yang luar biasa.
Yang paling utama dibutuhkan petani saat ini?
Pertama, pemerintah harus hadir di sini untuk mendukung bagaimana nasib-nasib para petani. Itu sudah ada, tapi belum maksimal.
Nama lengkap dan pendidikan terakhir?
Nama saya, Abdul Adim Yasin. Pendidikan terakhir, Sarjana Pendidikan Islam di STAI Al-Khairat, Pamekasan.
Ada komunitas mungkin, namanya?
Ada, yaitu Komunitas Keraton Langit, sebuah komunitas yang bergerak di bidang inovasi pertanian.
Ada berapa jumlah anggota?
Sementara masih 235 kelompok tani. Masing-masing kelompok tani ada 30 anggota sendiri. Tinggal dikalikan, ada 10 desa yang sedang kami genjot, dan kami baru memulai dari se-Kecamatan Pasongsongan.
Harapan dan pesan kepada para petani milenial?
Untuk terus belajar, untuk terus mendongkrak inovasi-inovasi yang inovatif, sehingga hadirlah solusi yang solutif, sehingga memanfaatkan potensi alam yang kaya. Dengan konsep leluhur, bahwa Sumenep itu sebetulnya kaya dengan potensi alamnya.
Apa harapan Jenengan pada sektor pertanian di Kabupaten Sumenep?
Saya berharap bagaimana logo Kabupaten Bindara Saod ini, yang dikenal dengan logonya ‘Kuda Terbang’, itu jangan hanya dianggap sebatas logo saja. Bagaimana bisa berpikir lebih jauh pada filosofi kuda terbang. Dengan pertanyaan sederhana, “Seekor kuda kok bisa terbang?”
Artinya, kita harus bisa terbang, harus meraih cita-cita walaupun setinggi langit sekalipun, walaupun sedalam bumi kita harus menggali, walaupun seluas bumi menghampar.
Makanya, itu mengapa saya beri nama komunitas kami dengan Keraton Langit. Keraton lambang kedigjayaan Kabupaten Sumenep. Langit, bahwa kita harus punya mimpi setinggi langit.
Kami memegang konsep mengubah tanah menjadi emas. Bagaimana tanah-tanah para petani itu bisa disulap menjadi emas dengan hasil pertanian yang mensejahterakan.
Salah satu model pertanian modern yang menurut Jenengan bagus dan kita bisa tiru, model pertanian di Jepang, Cina, atau seperti apa?
Kita awali dengan kedaulatan pangan. Selama ini kita tergantung kepada pupuk-pupuk bersubsidi atau pupuk berkualitas tinggi non-subsidi yang mahal untuk dijangkau petani. Sehingga kami berupaya untuk menghadirkan pupuk racikan sendiri. Tujuannya, meminimalisir modal usaha para petani dan bisa meningkatkan hasil produksi pertanian.
Kami telah menciptakan sebuah serum, pupuk organik cair, yang kami namakan Organik Sakti.
Bisa dibeli di mana?
Sementara, kami bagikan secara gratis. Di bagian tahap pertama, kami kemarin membagikan sebanyak 800 liter untuk para petani yang tergabung di kelompok tani yang tersebar di 10 desa di Kecamatan Pasongsongan.
Kenapa? Karena petani, ketika ada hal-hal baru, mereka pasti maunya nyoba dulu nih. Jadi kami bagikan. Kalau sudah berhasil, kami jual dengan harga murah, untuk bisa meminimalisir modal usaha, agar mereka para petani bisa tergugah dan terus bersemangat untuk juga bisa berkreasi, berinovasi, dan mengetuk-tularkan pengetahuan mereka kepada generasi muda, calon petani milenial yang kreatif, inovatif, produktif.***