“kurikulum yang baik kurang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan karakter anak didik apabila gurunya tidak berkualitas baik dalam hal keilmuan terutama dalam akhlak dan tirakat”.
Pengantar
Kiai penulis yang bergelar Master of Humaniora (M.Hum) di Sunan Kalijaga ini mempunyai nama M Faizi. Merupakan tokoh yang unik karena selain beliau seorang kiai muda dan posisinya sebagai pengasuh pondok pesantren di Annuqayah, beliau juga seorang guru bahasa Indonesia dan dosen di INSTIK Annuqayah sampai sekarang. Tidak hanya dua peran itu, Kiai M Faizi juga dikenal sebagai seorang penulis produktif di bidang sastra dimana beberapa kali karyanya tembus di kancah internasional.
Sebagai seorang kiai, M Faizi sangat dihormati baik oleh santri-santrinya dan masyarakat. Berbeda dengan kiai-kiai yang lain, karakter humoris dan kesukaan salah satu pengasuh muda di Ponpes Annuqayah ini dapat dibilang agak nyentrik dan menjadikannya sebagai sosok yang sangat akrab dengan siapapun yang mengenalnya. Layaknya seorang kiai, M Faizi demikian istikamah ‘mulang’ kitab kuning untuk santri-santrinya di PP Annuqayah daerah Sawajarin, diantaranya adalah pengajian kitab Ushfuriyyah, Ta’limul Muta’allim, Risalatul Mu’awanah, dankitab Annuqayah karangan Imam Suyuti. Selain istikamah memberikan pengajian kepada santri, beliau juga meluangkan waktunya untuk memberikan pengajian kitab Risalatul Mu’awanah kepada para guru di Madrasah Annuqayah, kemudian pengajian kitab Jawahirul Kalamiyah untuk siswa-siswi di MTs 3 Annuqayah, pengajian hadis Riyadlus Shalihin untuk SMA 3 Annuqayah, Pengajian kitab Iddzotun Nasyi’in untuk MA 1 Annuqayah.
Selain itu, waktu M Faizi juga banyak digunakan dalam kegiatan-kegiatan atau majelis kultural masyarakat yang—dalam bahasa Madura—biasa disebut “kompolan”. Diantaranya adalah KompolanManaqib yang dilaksanakan setiap bulan sekali; mengikuti Manaqib Qadiriyah wan Naqsyabandiyah dilaksanakan setiap bulan sekali, dan Kompolan Sarwa yang dilaksanakan setengah bulan sekali. Selain kompolan rutin tersebut, M Faizi juga sering diundang masyarakat dalam rangka memberikan taushiyah hikmah nikah dalam acara walimatulursy, dan banyak lagi kegiatan kemasyarakatan lain yang tidak mungkin penulis sebut satu per satu dalam tulisan ini.
Sebagai seorang guru, Kiai M Faizi termasuk sosok guru yang rajin dan penuh inovasi. Di jenjang madrasah dan sekolah formal, beliau mengampu materi bahasa Indonesia. Sedangkan di perguruan tinggi, beliau seorang dosen pemateri Terjemah Bahasa Arab di Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Usuluddin pada Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA).
Kiai M Faizi adalah seorang penulis dan sastrawan yang namanya tidak asing lagi di dunia kesusastraan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Prestasinya di dunia sastra sudah diakui oleh semua kalangan terutama di Indonesia dan luar negeri. Begitu banyak buku kumpulan puisinya sudah diterbitkan, beliau juga mengikutsertakan beberapa puisi kedalam beberapa buku antologi bersama para penyair ternama. Tidak hanya buku antologi puisi yang beliau tulis, Kiai M Faizi juga menulis buku-buku anak. Proses kreatif lain di dunia kepenulisan adalah penerjemahan. Kiai M Faizi, Pernah menerjemahkan beberapa buku dari sumber bahasa Arab, baik dalam bentuk lepas (cerpen) atau utuh (buku). Kiai M Faizi juga acapkali menjuarai lomba-lomba kepenulisan. Ada yang di bidang puisi, ada pula yang berbentuk ulasan cerita pendek, esai kritik sastra serta penulisan buku. Di luar ajang lomba, Kiai M Faizi juga pernah mendapatkan anugerah bidang literasi dan sastra dari beberapa lembaga. Kiai M Faizi juga menyumbang beberapa esai keagamaan dan lainnya untuk buku bunga rampai. Semua karya dan prestasi akan penulis urai lebih lengkap di bagian bawah tulisan ini.
Dari secercah sosok Kiai M Faizi di atas, kita dapat memahami bahwa dibalik kesibukan beliau sebagai seorang kiai yang tetap istikamah mendidik dan mengajari santri, terjun dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan baik memberikan ceramah atau majelis-majelis rutin beliu, menjadi seorang guru dan dosen, beliau sering keluar masuk Madura jawa, pesantren ke pesantren, kampus ke kampus menjadi nara sumber seminar, membaca puisi, mengisi materi literasi dan sebagainya, namun beliau masih terus eksis menulis dan menghasilkan karya.
Kiai M Faizi tidak hanya mendidik lewat pengajian di pesantren, mengajar di dunia sekolah atau kampus, tetapi juga lewat karya. Ini yang tidak banyak dimiliki oleh sosok guru yang lain. Itulah yang mendorong saya untuk menghadirkan Kiai M Faizi kepada masyarakat NU, PERGUNU pada khususnya, dan publik Indonesia secara umum.
Lepas dari itu, di sini penulis akan lebih fokus pada pandangan M Faizi tentang dunia pendidikan dan keguruan.
Pendidikan dalam Kacamata Kiai M Faizi.
Dalam pandangan Kiai M Faizi, pendidikan sejatinya adalah proses memanusiakan manusia. Tidak semua orang bisa dan mampu melakukannya, karena pendidikan sejatinya sangat berhubungan dengan potensi yang terpendam dalam dirinya. Oleh karena itu,proses pendidikan membutuhkan ketekunan dan ketelatenan serta kesabaran, dalam hal ini benar apa yang disampaikan oleh Kiai M Faizi, bahwa pendidikan secara umum:[1]Menggali dan memupuk potensi dalam diri manusia untuk selanjutnya membuat manusia tersebut menyadari kemanusiaannya. Kiai M Faizi, juga menuturkan bahwa pendidikan tidak hanya dipelajari lewat nalar dan otak, namun juga tenaga dan disertai dengan taqorruban ilallah.
Terkait dengan pendidikan, Kiai M Faizi, membagi atau mengklafikasi pendidikan menjadi 2 model[2]. Pertama, pendidikan informal. Pendidikan informal berlangsung dalam kehidupan keluarga dan masyarakat dimana anak didik bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan. Kiai M Faizi, ketika diwawancarai, menuturkan bahwa pendidikan informal lebih condong kepada proses pembentukan mental kepribadian anak didik. Bahkan menurut beliau, dilingkungan keluarga dan masyarakat ini anak didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan melaui pendidikan yangkadang tidak disengaja bahkan tanpa disadari anak didik itu sendiri. Menurutpenuturan beliau, yang paling berpengaruh kepada anak didik adalah pendidikan informal. Dan yang paling ideal adalah dengan sistem asrama atau dikumpulkan seperti pesantren dan lainnya. Secara kepribadian, jika peserta didik diasramakan maka dia akan mudah dibentuk karakternya.Kedua, pendidikan yang berlagsung di sekolah. Pendidikan model ini adalah terjadinya proses pendidikan dengan disengaja dan disadari. Artinya semua sudah terkonsep, mulai dari tingkatan atau jenjang kelas, materi pelajarannya, gurunya, target, capaian, sampai kepada kurikulum dan evaluasinya.
Kiai M Faizi, mengkaitkan dasar dan tujuan pendidikan islam dengan Doktrin al-din al ‘aqlu ladinaliman la aqlalahu. Doktrin ini menurut Kiai M Faizi merupakan legitimasi untuk melakukan rasionalisasi ajaran agama atau—meminjam bahasa beliau—adalah hukum rasionalisasi. Beliau kemudian memberikan contoh dengan sangat sederhana dan mudah dipahami seperti ‘jika ingin juara dan cepat mengerti maka harus bersungguh-sungguh. Walaupun ada kasus pengecualian seperti ada orang yang tidak bersungguh-sungguh tapi dia juara dan cepat faham, dan ini adalah fenomena pengecualian. Pada realitasnya, yang terjadi seringkali orang mengambil contoh pengeculian, padahal dirinya sendiri bukan pengecualian sebagaimana yang dimaksud tadi.Danini menurut beliau logika berfikir yang keliru dan banyak terjadi,padahal dalam “qoidah fiqh” keputusan hukum itu diambil dari kasus kebanyakan, bukan dari kasus pengecualian.Dalam hal ini, beliau juga memberikan pemahaman bahwa agama tidak saja memuat masalah-masalah yang rasonal ansich, melainkan juga mengandung masalah-masalah yang suprarasional yang ada di luar jangkauan akal manusia.[3]
Kaitannya dengan pendidikan adalah sekolah/madrasah. Sekolah ini sederhananya adalah tempat anak didik belajar dan modelnya berjenjang, mulai dari RA/TK, MTs/SMP, MA/MAK/ SMA sampai terkahir PT (perguruan tinggi). Kiai M Faizi menyampaikan kepada penulis bahwa sekolahhakikatnya adalah tempat memperbaiki budi pekerti. Logikanya adalah apabila tempat yang dijadikan tempat memperbaiki budi pekerti tidak mengusung budi pekerti makaia akan menjadi masalah. Contohnya: bahan yang dijadikan bangunan sekolah mulai dari gedung dan lain sebagainya harus benar-benar bersih dari korupsi, tidak boleh ada kasus manipulasi jumlah murid untuk mendapatkan lebih banyak lagi bantuan baik berupa uang atau lainnya.[4]
Guru Menurut M Faizi
Dalam pandangan M Faizi, guru menempati posisi penting dalam proses belajar mengajar. Bahkan menurutnya, sosok guru lebih hebat dan lebih penting dari pada kurikulum dan buku. Beliau juga mengatakan dengan tegas bahwa kurikulum yang baik kurang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan karakter anak didik apabila gurunya tidak berkualitas baik dalam hal keilmuan terutama dalam akhlak dan tirakat. Oleh karena itu, guru harus memenuhi empat prasyarat sebagaimana berikut:[5]
Pertama, Ketauladanan yang dalam bahasa arab disebut Uswah. Uswah ini meliputi sikap, bicara, berpakaian intinya segala sesuatu yang bisa dilihat atau didengar langsung dari anak didik. Beliau mengatakan bahwa anak didik akan mudah mencontoh kepribadian guru mulai dari cara berbicara, bersikap, berpakaian dan lain sebagainya karena anak didik dapat melihat langsung sosok gurunya.
Kedua, Keikhlasan. Ikhlas adalah poin penting yang harus ada dalam diri sang pendidik, yaitu guru. Guru berbeda dengan berbisnis atau berdagang yang orientasinya adalah materi, namun guru di sini sangat berhubungan dengan orang lain. Guru adalah sosok yang mempunyai tanggung jawab besar dan luar biasa karena guru tidak hanya sekedar menyirami anak didik dengan ilmu namun lebih dari pada itu mencetak kepribadian anak didik sehingga memiliki moral dan akhlak yang baik. Disamping itu perlunya kejernihan niat dalam berkhidmat di dunia pendidikan.
Ketiga, Keahlian baik yang bersifat teoretik, metodologik, maupun teknik operasional. Dalam hal ini, beliau sangat menekankan mengikuti model yang sudah berjalan misal dibuat jenjang, kelas per kelas, dan lain sebagainya, mengingat batin sang guru sangat berbeda kapasitas spritualnya. Beliau mengatakan kalau batinnya sang guru kuat, maka model seperti apapun cara dia mengajar tidak menjadi masalah, karena batin sang guru sangat kuat mendoakan dan mentirakati murid-muridnya. Bahkan di era kekinian guru harus benar benar punya keahlian dalam mengajar kalau perlu harus ikut workshop keaktoran, misal bagaimana cara masuk kelas, bagaimana cara menghadapi murid, bagaimana cara menyapa murid, bagaimana cara berbicara dan lain sebagainya. Semuakeahlian itu harus dikuasai oleh guru. Ini dilakukan karena guru zaman kekinian sangat jauh berbeda dengan guru zaman dahulu, terutama kiai-kiai dipesantren dalam mendidik santrinya. Kiai M Faizi menuturkan kalau kiai-kiai dulu terutama kiai pesantren benar-benar tulus dalam mendidik santri. Bahkan kiai-kiai pesantren kala itu batinnya kuat sekali sebab mereka tidak hanya sekedar mengajar dan mendidik santri tetapi juga melakukan riyadah-riyadah khusus dan tirakat untuk para santrinya biar kelak santrinya mendapat ilmu barokah dan bisa menjadi penerang ketika sudah pulang kemasyarakat. Dan ini terbukti, kiai kiai dulu itu sebut saja yang masyhur di pulau Madura, yaitu di Bangkalan, ada mahaguru kiai Nusantara.Beliauadalah Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan. Beliau pada zamannya tidak mengenal kurikulum, tidak mengenal SKS, dan lain sebagainya, namun beliau sosok yang ahli ibadah. Tirakatknya luar biasa untuk para santri-santrinya sampai-sampai ada banyak karomah yang Allah berikan kepada beliau. Alhasil, santrinya semuanya luar biasa. Mereka menjadi kiai besar dan mempunyai pesantren didaerahnya masing masing.Salah satunya adalah tokoh pendiri organisasi terbesar di Indonesia, yaitu Hadhrotus Syaikh Hasyim Asy’ari (Pendiri NU) dan Kiai Muhammad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah).
Keempat, Pengabdian. Kadang orang salah kaprah dalam memahami ini. Tidak sedikit orang memposisikan khidmat berhadap-hadapan dengan upah. Padahal upah itu berdiri sendiri. Artinya, eksistensi guru hanya mengajarkan ilmunya untuk orang lain. Ikhlas dalam menyampaikan ilmu kepada orang lain harus benar-benar tertanam dalam jiwa seorang guru. Logikanya adalah diberi upah atau tidak bukan persoalan bagi seorang guru, diberi atau tidak diberi upah semangat mengajarkan ilmu kepada orang lain atau anak didik tetap membara dalam dirinya. Sedangkapan upah itu adalah kewajiban orang lain kepada guru.
Salah satu kegiatan yang dilakukan guru, selain mengajar, adalah evaluasi. Evaluasi ini dilakukan agar diketahui sejauh mana anak didik menyerap dan memahami ilmu atau materi yang disampaikan oleh sang guru. Terkait evaluasi ini, Kiai M Faizi menceritakan pengalaman beliau atau menceritakan cara beliau dalam memberikan evaluasi. Selamamenjadi guru, beliau memberikan evaluasi dan terkadang menguji secara lisan (untuk SLTP dan SLTA). Karena menurut beliau, dengan cara ini beliau jadi paham betul apakah murid-murid itu benar-benar mengerti akan apa yang beliau sampaikan atau ajarkan atau tidak. Dengan cara ini pula akan menghindari praktek mencontek yang kadang dilakukan oleh murid.[6]
Nasehat Kiai M Faizi dalam Konteks Keguruan
Nasehat Kiai M Faizi dalam kontek ke guruan adalah ketulusan niat dalam hati (batin). Beliau mengatakan bahwa guru tidak hanya mempunyai tugas mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik, tapi juga berupaya agar ilmu yang disampaikan kepada anak didik menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah.Poin penting yang harus dilakukan guru dalam mengajar agar ilmu supaya ilmu tersebutmenjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah adalah harus selalu memperbaharui niat dalam mengajar. Karena niat ini perkara batin yang sangat berpengaruh kepada ilmu yang diterima oleh anak didik. Beliaumengatakan bahwa barokah ilmu yang didapat oleh seorang murid, salah satunya, tergantung dari niat gurunya. Apabila guru dalam mengajar niatnya ikhlas karena Allah, maka dipastikan ilmu yang diterima oleh anak didik akan menjadi ilmu yang barokah. Demikian juga apabila niat sang guru dalam mengajar tidak benar-benar tulus dan ikhlas karena Allah,misal karena ada hal lain yang diharap dan bersifat materi, niscaya ilmu yang didapat anak didik tidak barokah. Dalam penuturannya, beliau sangat yakin sekali apabila sang guru ikhlas dan tulus maka ilmu yang didapat muridnya akan menjadi barokah sekalipun dari dzhohir sang guru tidak memenuhi standar sertifikasi, karena masalah sertifikasi itu hanya persoalan keadministrasian.[7]
Dalam hal ini, beliau menekankan setiap guru mau berangkat mengajar, harus sadar bahwa dirinya mengajar hanya semata untuk menuntut ridho Allah. Karenamenurut beliau, niat itubagaikan kepala jika amal perbuatan diibaratkan tubuhnya.[8]
Motto Kiai M Faizi
Motto beliau sangat sederhana, beliau menyebut dengan bahasa Madura yaitu “Sapa se laen,daddi”. Artinya:“siapa yang berbeda, dia akan menjadi/berhasil”, sederhana namun penuh inspirasi dan sangat dalam maknanya.
Biografi singkat
Nama : M Faizi
Nama orang tua
- Ayah : Abdul Adzim Khalid
- Ibu : Wardah Mahfudz
Sanad keilmuan
- MTs : PP. Annuqayah, Guluk-Guluk
- MA : PP. Annuqayah, Guluk-guluk
- MA : PP. Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo
- S1 Sastra Arab : IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
- S2 FIB : UGM, Yogyakarta
Rutinitas Sosial Keagamaan
Khidmat (perjuangan)di bidang sosial keagamaan.
- Manaqiban, dilaksanakan setiap bulan.
- Manaqib Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, dilaksanakansetiap bulan.
- Perkumpulan Dzikir Sarwa, dilaksanakan setengah bulan sekali.
- Pengajian kitabRisalatul Mu’awanah untuk para guru, dilaksanakan setiap setengah bulan sekali.
- Pengajian kitab Khutbah Jumat karya Kiai Muhammad Ilyas Syarqawi (sudah tamat, insya Allah diganti ‘Al-Busyro’ karya Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki) untuk jamaah alumni Ponpes Annuqayah, daerah kafe Kancakona, dilaksanakan setiap bulan.
- Pengajaran kitab Jawahirul Kalamiyahuntuk siswi di MTs3 Annuqayah
- Pengajaran kitab hadits‘RiyadusSholihin’ untuk siswi di SMA 3 Annuqayah
- Pengajian kitab Iddzotun Nasyi’inuntuk siswaMA 1 Annuqayah
- Mengampu materi Terjemah Bahasa Arab di Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk, Sumenep.
- Pengajian kitab Ushfuriyyahuntuk santri Annuqayah daerah Sabajarin yang dilakukan setiap setiap hari Ahad dan Senin (pagi).
- Pengajian kitab Ta’limul Muta’allimuntuk Santri Annuqayah daerah Sabajarin setiap hari Selasa dan Rabu (pagi).
- Pengajian kitab Risalatul Mu’awanah untuk santri Annuqayah daerah Sabajarin yang dilaksanakan 3 kali dalam satu minggu (sore)
- Pengajian kitab Annuqayahkarangan Imam Suyutiuntuk santri Annuqayah daerah Lubangsa, dilakukan 2 kali dalam satu minggu.
Karya dan Prestasi
Di tengah padatnya jadwal pengajian dan tugas akademik, berikut ini urutan buku-buku puisi yang sudah pernah diterbitkan oleh Kiai M Faizi:
- Madah Makkiyah (edisi terbatas 1997: non bonafid)
- 18+ (Diva Press, Jogjakarta, 2003);
- Sareyang (Pustaka Jaya, Jakarta, 2005);
- Rumah Bersama (Diva Press, 2007),
- PermaisuriMalamku (Diva Press, 2011)
- Kopiana (Ganding Pustaka, 2014)
- Qahwiyat ( “Kopiana” versi terjemahan bahasa Arab; Ganding Pustaka, 2016)
- Jalan Keempat (Diva Press, 2019)
Selain buku-buku tersebut, Kiai M Faizi, juga pernah mengikut sertakan beberapa puisi kedalam beberapa buku antologi bersama para penyair. Di Antara buku tersebut adalah;
- Risalah Badai (Ittaqa Press,1995);
- Fasisme: Antologi Puisi Jelek Yogyakarta (Kalam Elkama, 1996);
- Pertemuan (bersama Khosla Asy’ari danAbudllah al-Kuddus, 1997);
- Antologi Puisi Indonesia 1997 (KSI-Angkasa, 1997);
- Jakarta Dalam Puisi Mutakhir (Dinas Kebudayaan Jakarta, 2000), dan;
- Filantropi (Festival Kesenian Jogjakarta, 2001);
- Pelayaran Bunga (Festival Cak Durasim, 2007);
- Reasons for Harmony (Ubud Writers and Readers Festival-HiVos, 2008)
- Tuah Tara No Ate (Temu Sastrawan Indonesia ke IV, 2011)
- Equator,antologi Puisi 3 Bahasa; Indonesia-Inggris-Jerman (Yayasan CempakaKencana, 2011), dan
- Gregah ( Jogja Literary Festival, 2019)
Kiai M Faizi, juga menulis buku-buku khusus anak sebagaimana berikut:
- Walisongo (Tera Insani, 2009)
- Asmaul Husna (Tera Insani, 2008; KANAK 2018)
- Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul (Tera Insani, 2009)
- Doa-Doa SehariSemalam (KANAK, 2019)
Proses kreatif lain di dunia kepenulisan adalah penerjemahan. Kiai M Faizi, Pernah menerjemahkan beberapa buku dari sumber bahasa Arab, baik dalam bentuk lepas (cerpen) atau utuh (buku). Di antaranya adalah;
- Senandung Burung Pipit (denganHalabi Hamdi; Bayu Indra Grafika, 1995)
- Penggali Kubur (Khalil Gibran, Pustaka Jaya, 1999);
- Indahnya Kematian (Khalil Gibran, Diva Press, 2002);
- Majnun (Khalil Gibran, Pustaka Jaya, 2004,
- dan lainnya.
Meskipun tidak sering dan hanya beberapa kali, dalam hal kekaryaan di bidang kepenulisan, Kiai M Faizi juga pernah punya pengalaman dalam mengikuti lomba-lomba kepenulisan. Ada yang di bidang puisi, ada pula yang berbentuk ulasan cerita pendek, esai kritik sastra, serta penulisan buku. Inilah perlombaan yang pernah beliau ikuti.
- Juara pertama Lomba Cipta Puisi Tingkat Mahasiswa se-Daerah Istimewa Jogjakarta (1995) yang diselenggarakan oleh Panitia Seperempat Abad Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta;Memperoleh tropi/penghargaan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX;
- Juara ketiga (kelompok reguler) Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS) tahun 2005 antar guru bahasa dan sastra Indonesia tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Kegiatan Pembinaan Estetika – Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).
- Juara harapan ketiga Sayembara Penulisan Naskah BukuBacaan tahun 2006 yang diselenggarakan oleh Pusat Perbukuan Nasional, DEPDIKNAS,dan;
- Juara ketiga (kelompok khusus/non reguler) Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS) tahun 2007 antar guru bahasa dan sastra Indonesia tingkat nasional yang diadakan oleh Kegiatan Pembinaan Estetika – Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).
- Juara Pertama ILTF 2015 untuk “Jalan Keempat”.
Di luar ajang lomba, Kiai M Faizi, juga pernah mendapatkan anugerah dalam bidang literasi dan sastra dari beberapa lembaga. Berikut daftarnya:
- Anugerah penulis Muda Koran Madura (2015)
- Pelestari Tradisi dan Kreator Seni Sastra Gubernur Jawa Timur (2017)
- IKASUKA Award, dari Universitas Islam Negeri (UIN) SunanKalijaga (2018)
Adapun kegiatan sastra yang pernah Kiai M.Faizi ikuti, antara lain, adalah;
- “Temu Sastrawan Indonesia ke-4”, di Ternate, Maluku Utara, 25-29 Oktober 2011;
- “Pertemuan Penyair Nusantara VI” di Jambi, 28-31 Desember 2012;
- “Ubud Writers and Readers Festival 2008” di Bali;
- “Jakarta Berlin Arts Festival” di Berlin, Jerman, 24 Juni–3 Juli 2011, dan.
- “Jogja Literary Festival 2019”, di Jogjakarta.
Kiai M.Faizi, juga menyumbang beberapa esai keagamaan dan lainnya untuk buku bunga rampai, di antaranya (yang beliau ingat) adalah;
- Intelektualisme Islam (Diva Pustaka, 2003)
- NU Miring (Arruzz, 2009)
- Jimat NU (Arruzz, 2011)
- Traveling Note Competition (Diva Press, 2015)
- Komentar
Yang menarik dari Kiai M Faizi ini adalah sosoknya sebagai seorang kiai yang produktif menulis, beliau mempunyai kepribadiannya yang ‘nyentrik’ dan sederhana; beliau juga sering menjadi pemateri dalam banyak kesempatan. Lebih dari itu, yang menarik bagi saya dari sosok kiai yang satu ini adalah kesukaan atau hobi meneliti hal-hal sepele dan menuliskannya dalam sejumlah genre sastra, esai, kolom dan sebagainya dengan deskripsi yang rigid.
Sebut saja misalnya, ketika bepergian ke luar Madura, atau saat sekadar pergi berziarah ke makam-makam ulama, Kiai M Faizi pasti selalu siap siaga dengan alat rekam atau catatan. Di sepanjang perjalanan, seolah tak boleh ada yang terlewatkan, iabahkan sempat mencatat jumlah kelokan, turunan, dan tanjakan. Selain itu,jarak dan waktu berikut kejadian-kejadian sepele pun tak pernah luput dari perhatian.
“Setiap perjalanan adalah karya. Setiap ide yang melintas pantas diabadikan. Setiap sesuatu yang dapat menghibur dan bermanfaat kenapa harus disia-siakan dan tidak disampaikan.”
Demikian barangkali sekelumit kesan untuk penulis buku ‘Merentang Jarak Madura-Jerman’, ‘Celoteh Jalanan’, ‘Ruang Kelas Berjalan’ dan puluhan catatan lain dalam bentuk fiksi dan non fiksi karyanya, sebagaimana yang telah penulis lampirkan dalam tulisan ini.
Komentar Mazdon, salah satu santri Kiai M Faizi, eks Direktur PT Sinergi Mediatama Nusantara; Perusahaan media yang membawahi sinergimadura.com, sinergijatim.com, sinergipapers.com, newssinergi.com, dan YouTube SINERGI TV Official
[1] Wawancara dengan Kiai M.Faizi., M.Hum , di dikediamannya, sabtu, 12 september 2021
[2] Wawancara dengan Kiai M.Faizi., M.Hum , di dikediamannya, sabtu, 12 september 2021
[3] Wawancara dengan Kiai M.Faizi., M.Hum , di dikediamannya, sabtu, 12 september 2021
[4] Wawancara dengan Kiai M.Faizi., M.Hum , di dikediamannya, sabtu, 12 september 2021
[5] Wawancara dengan Kiai M.Faizi., M.Hum , di dikediamannya, sabtu, 12 september 2021
[6] Wawancara dengan Kiai M.Faizi., M.Hum , di dikediamannya, sabtu, 12 september 2021
[7] Wawancara dengan Kiai M.Faizi., M.Hum , di dikediamannya, sabtu, 12 september 2021
[8] Wawancara dengan Kiai M.Faizi., M.Hum , di dikediamannya, sabtu, 12 september 2021
Tulisan ini telah diterbitkan dalam bentuk buku berjudul “FIGUR GURU INSPIRATIF ; Potret Seni Mendidik Ala Guru Nahdlatul Ulama Jawa Timur” dan diterbitkan oleh Pimpinan Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PW. PERGUNU) Jawa Timur.
Surabaya, 10 Desember 2022
Dedi Eko Riyadi HS, M.Pd.I
(Peneliti & Penulis Buku GURU NU Inovati tokoh Kiai M Faizi)
Dating is a truly joyful experience. Sometimes we lose sight of this truth in our search for the right Online dating site