Pupuk Cinta Budaya di Sekolah, Disbudporapar Sumenep Edukasi Pelajar Kepulauan dan Daratan Soal Museum dan Sejarah
NEWS SUMENEP, DIMADURA – Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Sumenep terus mendorong generasi muda mencintai sejarah dan budaya lokal melalui program edukatif bertajuk Sosialisasi Museum Tahun 2025.
Mengusung tema “Peran Sekolah dalam Melestarikan Museum”, kegiatan ini menyasar lembaga pendidikan di wilayah kepulauan dan daratan Sumenep, berlangsung sejak 16 Mei hingga 11 Juni 2025.
Program ini menyambangi tujuh sekolah menengah di berbagai kecamatan. Rangkaian pertama dilaksanakan pada 16 Mei di SMU 1 Arjasa dan SMKN 1 Arjasa.

Keesokan harinya, tim melanjutkan kegiatan di MA Al-Hidayah Arjasa dan SMU Muhammadiyah 3 Arjasa. Sosialisasi kemudian berlanjut ke SMA YAS’A pada 5 Juni, MA Al-Karimiyah pada 10 Juni, dan ditutup di MA Itmamunnajah pada 11 Juni 2025.
Kepala Disbudporapar Sumenep, Mohamad Iksan, menegaskan bahwa museum bukan hanya ruang pamer benda sejarah, melainkan juga tempat belajar yang hidup bagi generasi muda.
“Program ini merupakan bentuk dari perkenalan museum kepada para siswa. Kami ingin menumbuhkan kecintaan terhadap sejarah dan warisan budaya lokal sejak usia sekolah,” ungkapnya kepada media ini, Kamis (19/6/2025).

Menurutnya, museum memiliki peran penting dalam menjaga memori kolektif bangsa.
Dengan mengenal museum, siswa diharapkan mampu memahami sejarah serta dapat merasakan jejak budaya yang membentuk identitas daerah mereka. Terlebih, Sumenep memiliki Museum Keraton yang kaya koleksi dan sarat nilai historis.
Sosialisasi ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Feri Wijayanto dan Rhiyananta Catur Y., yang secara interaktif membagikan materi tentang sejarah Keraton Sumenep, koleksi penting museum, serta pentingnya pelibatan pelajar dalam pelestarian kebudayaan.
Amatan media ini di sejumlah lokasi kegiatan, kegiatan tidak hanya berupa pemaparan materi, diselingi juga dengan pemutaran video dokumenter, tanya jawab, dan diskusi aktif.
Antusiasme para pelajar begitu tinggi. Mereka tampak menyimak dengan penuh perhatian dan tak ragu bertanya soal sejarah lokal yang jarang mereka temui di buku pelajaran.

Beragam gaya penyampaian dilakukan untuk menyesuaikan suasana sekolah masing-masing. Di beberapa sekolah, suasana sosialisasi berlangsung formal di ruang aula, lengkap dengan dekorasi dan perangkat proyektor.
Sementara di tempat lain, kegiatan berlangsung lebih santai namun tetap khidmat, seperti di pelataran sekolah dengan latar panggung sederhana dan kipas angin besar.
“Dengan turun langsung ke sekolah, kami ingin membangun koneksi emosional siswa terhadap museum. Museum bukan tempat asing. Itu bagian dari rumah sejarah mereka sendiri,” tambahnya.

Ia juga berharap agar para guru turut berperan aktif menanamkan nilai budaya dan sejarah kepada siswa melalui kunjungan museum, diskusi budaya, atau integrasi dalam mata pelajaran.
Program ini akan terus dikembangkan agar lebih banyak sekolah bisa dijangkau, terutama di pelosok kepulauan. Disbudporapar juga tengah menyiapkan program kunjungan langsung ke Museum Keraton Sumenep bagi pelajar, agar mereka dapat mengalami sendiri kekayaan sejarah yang selama ini hanya dikenal lewat buku.
“Melalui upaya ini, Disbudporapar Sumenep ingin memastikan bahwa warisan sejarah bukan sekadar peninggalan, tapi sumber inspirasi dan identitas yang tumbuh bersama generasi muda,” jelas Kadis Mohamad Iksan menutup keterangan.***
Follow akun TikTok dimadura.id untuk update video berita terbaru.
Follow







