EssaiLonglonganManca

Dampak Kebijakan Proteksionisme Donald Trump terhadap Ekspor-Impor Indonesia di Era Kepemimpinan Prabowo Subianto

Avatar of dimadura
665
×

Dampak Kebijakan Proteksionisme Donald Trump terhadap Ekspor-Impor Indonesia di Era Kepemimpinan Prabowo Subianto

Sebarkan artikel ini
Gambar Ilustrasi Ekonomi Dunia Pasca Donald Trump
Gambar Ilustrasi Ekonomi Dunia Pasca Donald Trump Terpilih sebagai Presiden Amerika 2024 (Istimewa/Doc. Dimadura)

cropped cropped dimadura logo2 1 150x150 1LONGLONGAN, MANCA – Pada Pemilu 2024 yang telah digelar beberapa hari kemarin, Donald Trump kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, menandai kembalinya kebijakan proteksionisme dengan slogan America First. Kebijakan ini berpotensi mempengaruhi ekonomi global, termasuk hubungan perdagangan antara Indonesia dan AS.

Di satu sisi, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, menghadapi tantangan untuk memperkuat perekonomiannya dalam situasi ini. Sementara di sisi lain, Donald Trump, sebagai pemimpin negara yang terkenal dengan negara adikuasa, kebijakan-kebijakannya tentu akan memberikan dampak terhadap ekonomi dunia.

KONTEN PROMOSI | SCROLL ...
Pasang iklan bisnis dimadura
PASANG BANNER, HUBUNGI KAMI: 082333811209

Dalam esai sederhana ini, penulis hendak menyajikan analisa sederhana sebagai tawaran peta strategi optimal bagi Indonesia–soal dampak kebijakan proteksionisme ala Donal Trump, kaitannya dengan kemungkinan-kemungkinan yang bisa mempengaruhi neraca ekspor-impor Indonesia 2024.

Kebijakan Trump dan Dampaknya pada Ekonomi Global 

Proteksionisme dan Perdagangan Internasional

Kebijakan proteksionisme Trump, yang meliputi kenaikan tarif impor dan renegosiasi perjanjian dagang internasional, berisiko melemahkan kerja sama multilateral.

Bhagwati (2002) dalam Free Trade Today menyatakan, bahwa proteksionisme dapat merugikan negara berkembang seperti Indonesia, yang bergantung pada ekspor komoditas ke AS, karena negara-negara akan lebih memprioritaskan ekonomi domestik daripada hubungan perdagangan internasional.

Perubahan Pola Rantai Pasok Global

Krisis pandemi dan perang dagang AS-China sebelumnya telah mempercepat restrukturisasi rantai pasok global. Gereffi (2020) dalam Global Value Chains and Development menunjukkan bahwa negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, memiliki peluang untuk lebih terintegrasi dalam rantai pasok regional. Namun, kebijakan proteksionis Trump diprediksi dapat menghambat upaya tersebut.

Neraca Analitik Ekspor-Impor Indonesia 2024

Berikut adalah perkiraan neraca ekspor-impor Indonesia berdasarkan proyeksi tren 2024:

Tabel Prediksi Neraca Analitik Ekspor Impor Indonesia 2024 (Doc. Dimadura)
Tabel Prediksi Neraca Analitik Ekspor Impor Indonesia 2024 (Doc. Dimadura)

Uraian

1. Pertanian: Kelapa sawit tetap menjadi komoditas unggulan meskipun tantangan terkait persyaratan lingkungan internasional semakin ketat. Sertifikasi keberlanjutan seperti ISPO dan RSPO akan menjadi faktor kunci akses pasar.

2. Energi: Indonesia sebagai eksportir utama batubara dan gas alam mendapatkan manfaat dari permintaan global yang tinggi. Namun, fluktuasi harga dapat mempengaruhi surplus perdagangan energi.

3. Manufaktur: Defisit terjadi pada sektor manufaktur akibat kurangnya daya saing dan investasi di teknologi tinggi. Menurut Krugman (1991) dalam Geography and Trade, keberhasilan sektor ini sangat bergantung pada daya saing logistik dan infrastruktur.

4. Teknologi dan Mesin: Defisit terbesar berasal dari ketergantungan pada impor barang modal yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur nasional.

Tawaran Strategi untuk Era Pemerintahan Prabowo Subianto

Penguatan Industri Hijau

Indonesia memiliki keunggulan dalam bahan baku kendaraan listrik seperti nikel. Laporan IMF (World Economic Outlook, 2023) mengindikasikan bahwa transisi energi global akan meningkatkan permintaan nikel hingga 40% dalam lima tahun ke depan. Pemerintah harus memfokuskan investasi pada sektor ini untuk meningkatkan nilai tambah ekspor.

Diversifikasi Pasar Ekspor

Ketergantungan pada pasar tradisional seperti AS dan China harus dikurangi. Pasar Afrika dan Amerika Latin memiliki potensi besar bagi Indonesia, terutama untuk produk pertanian dan tekstil. Menurut teori Heckscher-Ohlin dalam International Trade (1933), diversifikasi pasar yang didasarkan pada keunggulan faktor produksi dapat meningkatkan daya saing ekonomi.

Efisiensi Logistik

Tingginya biaya logistik menjadi hambatan utama dalam ekspor-impor Indonesia. Modernisasi pelabuhan dan digitalisasi sistem logistik dapat mengurangi biaya hingga 10–15%. Hal ini sejalan dengan pandangan Porter (1990) dalam The Competitive Advantage of Nations yang menyatakan bahwa efisiensi logistik merupakan kunci utama dalam menciptakan keunggulan nasional.

Kerja Sama Multilateral

Sebagai anggota RCEP, Indonesia harus memanfaatkan akses pasar ke negara-negara anggota lainnya. Perjanjian ini mencakup lebih dari 30% PDB dunia dan membuka peluang besar untuk diversifikasi pasar.

Tantangan dan Peluang

Kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh Donald Trump memberikan tantangan besar bagi ekonomi global, termasuk Indonesia. Namun, dengan strategi yang tepat, pemerintahan Prabowo Subianto dapat memanfaatkan peluang untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian ekonomi.

Penguatan sektor hijau, diversifikasi pasar ekspor, dan reformasi logistik adalah langkah-langkah penting yang harus diambil untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.


Referensi:

1. Bhagwati, Jagdish. Free Trade Today. Princeton University Press, 2002.
2. Gereffi, Gary. Global Value Chains and Development. Cambridge University Press, 2020.
3. Krugman, Paul. Geography and Trade. MIT Press, 1991.
4. IMF. World Economic Outlook 2023. International Monetary Fund, 2023.
5. Porter, Michael. The Competitive Advantage of Nations. Free Press, 1990.
6. Heckscher, Eli, dan Bertil Ohlin. International Trade. Cambridge University Press, 1933.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *