GhâncaranHeadlinePangkèngSastra

Dialog Imajiner Nyai Eva – Krisna Maharta

Avatar Of Dimadura
952
×

Dialog Imajiner Nyai Eva – Krisna Maharta

Sebarkan artikel ini
Dialog Imajiner Nyi Eva - Krisna Maharta (Foto: Mazdon / Doc. Dimadura)
Oretan: Rusydiyono
-------------------

“Malam pertama. Assalamualaikum, Cinta,” ucap Krisna mengawali pertemuan yang penuh dengan bunga-bunga.

“Waalaikum salam, Kanda,” jawab Nyai Eva dengan nada manja, sembari menutup jendela yang sedari siang dibiarkan terbuka.

KONTEN PROMOSI | SCROLL ...
Harga Booking Di Myze Hotel
Contact Me at: 082333811209

Sebelum berlayar menuju pulau nan indah, tak sengaja Krisna Maharta menatap foto sosok laki-laki yang masih terpajang di kamar itu. Wajah Krisna langsung tertunduk, seakan merenung. Seketika suasana di kamar, yang penuh dengan pajangan bunga-bunga plastik, menjadi hening.

Melihat lelaki yang sudah mengikrarkan janji suci padanya di depan penghulu, Nyai Eva langsung bertanya, “Ada apa, Kanda? Wajahnya kok langsung murung begitu?”

“Tidak ada apa-apa, cuma saya merasa telah menjadi pemisah kuatnya bangunan cinta kasih antara dirimu dengannya,” jawab Krisna Maharta.

“Sudahlah, pernikahan kita ini bukan untuk menyingkirkan cinta kasihnya, tetapi untuk melanjutkan perjuangan dan cita-cita luhurnya yang belum tercapai selama ini, sampai Yang Maha Kuasa menjemputnya.”

Nyai Eva pun melanjutkan pembicaraannya.

“Saya menikah denganmu bukan untuk menggeser kedudukannya di sisi keluarga ini. Tak ada niatan begitu, sedikit pun tak ada. Karena bagiku, suami adalah teman sehidup semati. Bahkan semuanya berdoa hingga akhirat nanti.”

“Sudahlah, suamiku, kita tak perlu larut dalam permasalahan ini. Saya yakin beliau meridhai, karena kita mengawalinya dengan niatan suci, bukan dengan cara keji yang melanggar syariat Ilahi.”

“Mari kita jalani lembaran ini dengan penuh kesabaran, saling mendoakan, saling melengkapi. Karena sejatinya hidup memang begitu. Tidak melupakan di kala kita menemukan yang menurut kita lebih baik. Tidak menggunjing di luaran apabila ada sesuatu hal yang menurut mata kita tidak sesuai dengan yang diinginkan.”

“Suami istri layaknya teman, sahabat, yang tidak mudah meninggalkan lalu pindah ke lain hati. Suami istri adalah mitra, yang selalu berupaya tidak saling merugikan. Suami istri adalah tim yang selalu siap memberi dan menerima masukan, sebagai benteng diri agar tidak selalu merasa paling benar.”

“Dan yang paling penting, suamiku, suami istri adalah kotak rahasia yang orang lain tidak mengetahui, kecuali kita yang menyebarkan rahasia itu. Suami istri tak ubahnya organisasi, yang ketua, sekretaris, dan anggotanya hanya kita berdua. Sehingga segala sesuatunya harus dibangun atas dasar kebersamaan demi tercapainya visi-misi yang sudah disepakati. Begitulah, suamiku.”

“Panjang amat analoginya,” kata Krisna Maharta merespons untaian kata mutiara hikmah kekasih dambaan hatinya.

“Jangan lupa, Sayang, katanya suami istri itu saling mengingatkan. Kalau begitu, saya mau mengingatkan. Sekarang sudah jam 2 malam. Sebentar lagi subuh, lho.”

“Masak? Ayo…”

“Jangan lupa sholat dua rakaat dulu.”

Setelah itu, angin pun berdesir dengan kencangnya.

Rumput-rumput liar ikut menari mengikuti iramanya.

Reranting patah karena getarannya.


Banuaju, 6 Desember 2024


NB: Tulisan di atas sepenuhnya termasuk karya fiksi naratif berbentuk dialog imajiner, yang mengangkat tema hubungan rumah tangga dan makna pernikahan.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *