NEWS SUMENEP – Pemkab Sumenep melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah (Kabag Kesra Setda) setempat menggelar acara bertajuk “Gema Takbir Idul Adha 1445 Hijriah”.
Takbir akbar ini berlangsung penuh hikmat di Lapangan Kesenian Sumenep (LKS) atau yang terkenal dengan Lapangan Gotong Royong, Minggu malam tanggal 16 Juni 2024.
Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan musik dan tari sufi dari Sanggar Kabula Maulana, Grup Tari Samman Ar-Rabbani asal Matanair, dan grup drumband serta pawai obor oleh siswa-siswi SDN Pangarangan.
Hadir dalam cara ini, Wabup Sumenep Dewi Khalifah, Sekda Edi Rasiyadi, Kapolres AKBP Henri Noveri Santoso, Dandim 0827 Inf Yoyok Wahyudi, jajaran pimpinan OPD, Forkopimcam dan Forkopimda di lingkungan Pemkab Sumenep.
BACA JUGA: Sumenep Punya 3500 Agen BRILink, Pinca Heru: BRI Selalu Ada Kapan dan Dimanapun
Dalam sambutannya, Bupati Sumenep melalui Wabup Dewi Khalifah mengajak hadirin untuk bersama-sama mendoakan para jamaah haji, khususnya jamaah haji asal Kabupaten Sumenep agar diberi kelancaran dan menjadi haji mabrur.
“Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT, dan tentunya kita mari doakan bersama para jemaah haji Sumenep, jemaah haji Indonesia dan seluruh dunia yang sedang berkumpul, bergeser dari Padang Arafah menuju ke Mina, mudah-mudahan diberikan kesehatan dan keselamatan dari Allah dan mendapatkan predikat haji yang mabrur,” tutur Nyai Eva penuh harap.
Wabup Dewi Khalifah lanjut menyampaikan hikmah dan sejarah Hari Raya Kurban atau Idul Adha.
Makna hari raya kurban ini, jelas dia, bisa dipahami ketika kita menilik keteladanan Nabi Ibrahim as. yang bermimpi diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putra kesayangannya, Nabiyullah Ismail as.
Perintah itu datang justeru dalam kondisi Nabi Ibrahim lama tidak mendapatkan keturunan, dan ketika sudah dikaruniai putra bernama Ismail, Allah lalu memerintahkan lewat mimpi agar menyembelihnya.
“Setelah lama menikah, puluhan tahun tidak dikaruniai anak, kemudian Allah mengujinya setinggi apa rasa ketakwaan, kecintaan dan pengorbannya kepada Allah,” kisahnya.
Nabiyullah Ismail pun ridha atas apa yang disampaikan sang ayah. Ia menjawab, bahwa jika itu memang kehendak Allah, maka dirinya senang hati menerimanya dengan ikhlas.
Dari keteladanan itu, lanjut Wabup Dewi Khalifah, kita sebagai umat Muslim juga dituntut agar belajar tentang keikhlasan, kesabaran, dan rasa tawakal.
“Bahwa apa yang kita miliki, bisa saja suatu waktu Allah ambil, dan kita harus ridha dan ikhlas dengan segala yang Allah titipkan kepada kita,” pesannya.***
Respon (1)