SakethengTareka

Pemkab Sumenep Hadirkan Tarian Sufi di Malam Idul Adha 1445 H, Ini Sejarah dan Filosofi Warna Kostum Penari Sufi

Avatar Of Dimadura
711
×

Pemkab Sumenep Hadirkan Tarian Sufi di Malam Idul Adha 1445 H, Ini Sejarah dan Filosofi Warna Kostum Penari Sufi

Sebarkan artikel ini
20240617 034300 1

Logo Dimadura.idTARÈKA DIMADURA – Pada malam Hari Raya Kurban 1445 H, Pemerintah Kabupaten Sumenep menggelar acara bertajuk “Gema Takbir Idul Adha” dengan menghadirkan sejumlah penampilan.  Di antaranya adalah tarian sufi dari Sanggar Kabula Maulana, berkolaborasi dengan tari samman dari Grup Musik Ar-Rabbani Matanair.

Nah, pada kesempatan ini redaksi hendak menyajikan apa itu tarian sufi, bagaimana sejarahnya, dan apa filosofi warna kostum yang dipakai oleh penari Whirling Dervish atau Darwis Berputar.

KONTEN PROMOSI | SCROLL ...
Harga Booking Di Myze Hotel
Contact Me at: 082333811209

Di bawah ini redaksi sajikan filosofi masing-masing warna kostum tersebut. Tertapi sebelumnya, ada baiknya jika kita mengenal terlebih dahulu kapan dan bagaimana sejarah munculnya tarian sufi.

Sejarah Tarian Sufi

Tarian Sufi, khususnya yang dikenal sebagai tarian Darwis Berputar (Whirling Dervish), memiliki sejarah yang kaya dan mendalam, terkait erat dengan tradisi mistik Islam yang disebut Tasawuf atau Sufisme. Berikut adalah gambaran sejarah tarian Sufi:

Kolaborasi Tarian Sufi Dan Tari Samman Di Acara Gema Takbir Idul Adha 1445 H Yang Digelar Pemkab Sumenep, Minggu Malam Tanggal 16 Juni 2024 (Foto: Mazdon)
Kolaborasi tarian sufi dan tari samman di acara gema takbir idul adha 1445 h yang digelar pemkab sumenep, minggu malam tanggal 16 juni 2024 (foto: mazdon)

Asal Usul dan Konteks Sufi

1. Sufisme:

Sufisme adalah cabang mistik dalam Islam yang berfokus pada pencarian langsung akan pengalaman spiritual dan hubungan dengan Tuhan. Praktik-praktiknya termasuk meditasi, doa, dan ritual khusus seperti tarian dan musik.

Sufisme berkembang sekitar abad ke-8 dan 9 di Timur Tengah, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui praktik spiritual yang mendalam.

Rumi dan Ordo Mevlevi

2. Jalaluddin Rumi:

Tarian Darwis Berputar sangat terkait dengan Jalaluddin Rumi, seorang penyair, ulama, dan mistikus Sufi dari abad ke-13 yang hidup di Konya, yang sekarang adalah bagian dari Turki.

Rumi mendirikan Ordo Mevlevi, yang juga dikenal sebagai Darwis Berputar. Ia dikenal dengan puisi-puisinya yang mendalam tentang cinta dan persatuan dengan Tuhan.

3. Asal Tarian Berputar:

Menurut tradisi, tarian berputar dimulai ketika Rumi, yang tenggelam dalam ekstasi spiritual, melihat tukang emas memukul emas di pasarnya dan mendengar ritme yang menyebabkan dia mulai berputar dalam keadaan trans. Tarian ini kemudian berkembang menjadi ritual yang lebih terstruktur dalam praktik Ordo Mevlevi.

Struktur Tarian Darwis Berputar

4. Ritual Semâ:

Tarian ini disebut Semâ, yang berarti mendengar atau mendengarkan dalam bahasa Arab dan Turki. Semâ adalah upacara yang terdiri dari musik, nyanyian, dan gerakan berputar.
– Dalam Semâ, para darwis berputar mengelilingi pusat lingkaran, mengikuti irama musik dan nyanyian, sebagai simbol perputaran planet mengelilingi matahari dan perputaran jiwa manusia mengelilingi Tuhan.

Makna Spiritual

5. Simbolisme:

Tarian ini melambangkan perjalanan mistik menuju kesempurnaan, di mana darwis berusaha untuk meninggalkan ego dan mencapai persatuan dengan Tuhan.
– Gerakan berputar melambangkan kosmos dan kehidupan yang terus berputar serta harmoni alam semesta.

Penyebaran dan Pengaruh

6. Penyebaran:

Tarian Darwis Berputar menyebar dari Konya ke berbagai bagian dunia melalui para pengikut Rumi dan anggota Ordo Mevlevi.

Praktik ini telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan, menunjukkan pengaruh dan pentingnya dalam budaya dan spiritualitas dunia.

Praktik Modern

7. Saat Ini:

Tarian Darwis Berputar masih dipraktikkan oleh anggota Ordo Mevlevi di Turki dan di berbagai komunitas Sufi di seluruh dunia.

Selain fungsi religiusnya, tarian ini juga sering dipertunjukkan dalam konteks budaya dan pariwisata sebagai simbol kekayaan spiritual dan budaya Turki.

Tarian Sufi bukan hanya sebuah pertunjukan artistik, tetapi juga sebuah ritual spiritual yang mendalam, mencerminkan perjalanan mistik dan pencarian persatuan dengan Yang Maha Kuasa.

Filosofi 3 Warna Kostum Penari Sufi

Baju dalam tarian Sufi, terutama yang dikenal dalam praktik tarian whirling dervish atau tarian darwis berputar, memiliki makna simbolis yang mendalam. Berikut penjelasan tentang makna warna-warna baju tersebut:

1. Hitam:

Penari Sufi Dengan Kostum Warna Hitam Tampil Pada Malam Idul Adha 1445 H Dalam Acara Yang Diadakan Pemkab Sumenep, Minggu 16 Juni 2024 (Foto: Mazdon)
Penari sufi dengan kostum warna hitam tampil pada malam idul adha 1445 h dalam acara yang diadakan pemkab sumenep, minggu 16 juni 2024 (foto: mazdon)

Baju berwarna hitam sering kali dipakai di awal pertunjukan. Warna hitam melambangkan kematian ego dan nafsu duniawi. Ini adalah simbol dari kegelapan yang ada sebelum seseorang menemukan pencerahan dan spiritualitas.

Dalam konteks Sufi, hitam mewakili keadaan awal jiwa yang penuh dengan kegelapan dan ketidaktahuan sebelum mencapai pencerahan spiritual.

2. Merah:

Penari Sufi Dengan Kostum Warna Merah Tampil Pada Malam Idul Adha 1445 H Dalam Acara Yang Diadakan Pemkab Sumenep, Minggu 16 Juni 2024 (Foto: Mazdon)
Penari sufi dengan kostum warna merah tampil pada malam idul adha 1445 h dalam acara yang diadakan pemkab sumenep, minggu 16 juni 2024 (foto: mazdon)

Warna merah jarang digunakan dalam kostum darwis, tetapi ketika digunakan, merah dapat melambangkan cinta ilahi dan semangat spiritual yang menggelora.

Warna ini juga dapat menunjukkan darah atau pengorbanan, yang dalam konteks spiritual bisa berarti pengorbanan ego dan keduniawian untuk mencapai persatuan dengan Tuhan.

3. Putih:

Setelah melepaskan jubah hitam, darwis biasanya mengenakan pakaian putih saat berputar.

Penari Sufi Dengan Kostum Warna Putih Tampil Pada Malam Idul Adha 1445 H Dalam Acara Yang Diadakan Pemkab Sumenep, Minggu 16 Juni 2024 (Foto: Mazdon)
Penari sufi dengan kostum warna putih tampil pada malam idul adha 1445 h dalam acara yang diadakan pemkab sumenep, minggu 16 juni 2024 (foto: mazdon)

Warna putih melambangkan kemurnian, pencerahan, dan kebangkitan spiritual. Ini adalah simbol dari keadaan jiwa yang telah dibersihkan dari ego dan keinginan duniawi, dan sekarang berada dalam keadaan suci dan menyatu dengan Tuhan.

Pakaian putih ini juga melambangkan kafan, sebagai pengingat bahwa darwis hidup setiap hari seolah-olah itu adalah hari terakhir mereka, selalu siap untuk bertemu dengan Sang Pencipta.

Dalam tarian darwis, perubahan dari baju hitam ke putih mencerminkan perjalanan spiritual dari kegelapan menuju cahaya, dari ketidaktahuan menuju pengetahuan, dan dari dunia materi menuju dunia spiritual. Ini adalah proses transformasi dan pencerahan yang merupakan inti dari praktik Sufi.***

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *