CONGKOP, DIMADURA – Peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia yang jatuh setiap 3 Mei menjadi momentum reflektif bagi para insan pers, tak terkecuali di Kabupaten Sumenep. Jurnalis senior Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumenep, Ibnu Hajar, menyampaikan pesan mendalam kepada rekan-rekan seprofesi untuk kembali meneguhkan marwah jurnalistik.
“Sebagai wartawan senior, saya berharap teman-teman insan pers mampu menegakkan benang merah jurnalisme,” ungkapnya kepada media ini, Sabtu (3/5).
Menurutnya, jurnalisme bukan sekadar menulis berita, tetapi tentang tanggung jawab etik dan pemahaman mendalam terhadap aturan main profesi.
Ibnu mengingatkan pentingnya penguasaan terhadap kode etik jurnalistik dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
“Wartawan-wartawan sekarang paling tidak dituntut menguasai itu semua,” tegasnya.
Ia menilai, hal tersebut menjadi benteng penting untuk menjaga martabat dan kepercayaan publik terhadap profesi wartawan.
Di tengah meningkatnya sorotan terhadap media, mulai dari tudingan framing hingga isu berita pesanan, Ibnu mengajak agar para jurnalis menjadikan Hari Pers Sedunia sebagai momen untuk mempertegas posisi pers sebagai pilar keempat demokrasi.
“Mari kita tunjukkan bahwa kita betul-betul adalah pilar keempat dari demokrasi, khususnya di Indonesia,” katanya.
Ia juga menyoroti kondisi media lokal di Sumenep yang menurutnya sangat berkembang.
“Banjir media dan banjir wartawan, ya. Tapi paling tidak ini harus bisa memberikan edukasi kepada masyarakat,” ucapnya.
Baginya, keberadaan banyak media bisa menjadi keuntungan bagi daerah jika insan pers mampu menyajikan berita yang akurat, faktual, dan terpercaya, bukan sekadar opini.
Tidak hanya kepada wartawan, Ibnu juga menyampaikan pesan kepada pejabat publik dan birokrat agar bersikap terbuka terhadap media.
“Mereka, para wartawan itu, memberikan edukasi luar biasa. Jadi tolong jangan dipersulit,” pesan Ibnu.
Ia menyayangkan jika ada pihak yang menghalangi kerja jurnalistik, khususnya saat melakukan liputan investigatif.
Tak lupa, Ibnu juga meminta masyarakat agar tidak memandang wartawan sebagai momok.
“Nggak! Nggak! Wartawan itu bukan momok. Mereka hadir untuk memberi harapan melalui informasi yang mendidik,” tegasnya.
Dalam konteks era digital saat ini, Ibnu menilai kehadiran media sosial dan media online semestinya bisa mendorong minat baca masyarakat. Namun, ia juga menegaskan bahwa ini menjadi tantangan tersendiri bagi wartawan untuk tetap relevan dan profesional.
Di Hari Pers Sedunia 2025 ini, Ibnu Hajar berharap para jurnalis, khususnya di Sumenep, kembali menguatkan komitmen terhadap nilai-nilai jurnalisme yang luhur—sebagai penjaga kebenaran dan suara publik.
“Sekarang informasi sudah masuk ke ruang-ruang publik yang tersembunyi sekalipun. Jadi tantangannya lebih berat. Tapi justru ini jadi pemacu kita untuk menyuguhkan yang terbaik kepada pembaca,” pungkasnya.***