PangkèngSastra

Kumpulan Puisi Caknun Emha tentang Puasa dan Idulfitri

Avatar of dimadura
218
×

Kumpulan Puisi Caknun Emha tentang Puasa dan Idulfitri

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI: Kumpulan Puisi Caknun Emha tentang Puasa dan Idulfitri (Istimewa)
ILUSTRASI: Kumpulan Puisi Caknun Emha tentang Puasa dan Idulfitri (Istimewa)

cropped cropped dimadura logo2 1SASTRA, DIMADURA –Sebelum mengarungi laut penghayatan Caknun Emha Ainun Nadjib dalam puisi-puisinya tentang puasa dan idulfitri, mari kita mulai pelayaran ini dengan tadarus puisi pengantar berikut.

KALAU

Kalau lampumu tak bersumbu dan tak berminyak, jangan bayangkan api.

KONTEN PROMOSI | SCROLL ...
Pasang iklan bisnis dimadura
PASANG BANNER, HUBUNGI KAMI: 082333811209

Kalau gelasmu retak, jangan mimpi tuangkan minuman.

Kalau mentalmu rapuh,
jangan rindukan rasukan tenaga dalam.

Kalau kaca jiwamu masih kumuh
oleh kotoran-kotoran dunia,
jangan minta cahaya akan memancar
dengan jernih atasmu.

Jadi, bertapalah dengan puasamu.
Bersunyilah dengan i’tikafmu. Membeninglah dengan ruku’ dan sujudmu.

Puasa mengantarkanmu menjauh dari kefanaan dunia, sehingga engkau mendekat ke alam spiritualitas.

Demikian kata Emha, sebagaimana dikutip dimadura dari laman resmi Caknun, Senin 8 April 2024.

Bagi Caknun, berpuasa adalah perbuatan baik yang sangat tinggi dan khusus nilainya, sehingga Tuhan memfirmankan, “puasamu untuk-Ku”. Karena kebaikan lebih mulia dibanding kegembiraan, maka menurutnya lebih rasional jika kita menyebut bulan puasa dengan Hari Raya Ramadlan.

“Tidak berarti salah menyebut Hari Raya Idul Fitri, tetapi rasanya kurang sopan kepada Tuhan kalau yang kita rayakan adalah kebebasan untuk makan-makan. Sebab la tidak pernah menyatakan: makanmu untuk-Ku,” jelas MH Ainun Nadjib lebih gamblang.

Puasa, lanjut Caknun, adalah sesungguhnya naluri dan akal sehat. Puasa merupakan muatan terpenting dari kehidupan.

Bukankah sebagai makhluk puasa, engkau senantiasa mengontrol perut dengan pagar yang bernama rasa kekenyangan?—tatkala nafsu makanmu mengalami kebutaan terhadap kapasitas makanan yang secara alamiah engkau butuhkan?

Puasa membimbing pelakunya agar tidak mengumpulkan anugerah kesejahteraan Allah di gudang pribadi atau kelompoknya sendiri, melainkan mendistribusikan ke semua orang.

Metodenya bukan dengan mengambil sebanyak-banyaknya lantas sebagian disumbangkan, melainkan dengan menciptakan tatanan agar perolehan kesejahteraan sesama manusia bisa berimbang.

Demikian sekelumit dawuh Caknun tentang puasa. Selanjutnya mari kita tadarus panjang puisi Caknun lainnya tentang puasa dan idulfitri.

Puisi Puasa Caknun

1. Puasa Baginda

Aku duduk di beranda rumah selepas berbuka

Ketika mendadak muncul seorang tua renta

Yang kalau kuperhatikan pancaran wajahnya

Jangan-jangan beliau inilah

Baginda Ayub Nabiyullah

Aku berdiri seketika, membungkuk hormat kepadanya

Agak gemetar badanku, tapi bismillah siap betegur sapa “Apakah kau sudah berbuka puasa?” beliau bertanya “Puji Tuhan, atas rizki dan perkenan-Nya” jawabku terpana

Wajah sepuh beliau merekah senyumnya, dan berkata

“Sungguh sangat berbeda puasamu dibanding puasaku”

“Mohon maaf”, kataku, “hamba belum faham maksud Baginda”

“Puasaku”, kata Baginda, “adalah puasa yang kujalani tanpa kepastian akan berbuka”

2016

2. Puasa Rindu dan Nafsu

Wahai Allah Maha Penuntun perjalanan kami Yang berkenan selama Ramadlan ini men-tajalli Duduk perkasa bersinggasana di atas galaksi Mohon terimalah lapar dahaga persembahan kami

Hari-hari dan malam-malam Ramadlan kami masuki Dengan hati yang dipenuhi oleh semangat kerinduan Agar mendapatkan laba berkah sebanyak-banyaknya Untuk kepentingan kejayaan dan kekayaan dunia kami

Lapar dahaga sepanjang hari kami setorkan Menjelang berbuka kami semua menadahkan tangan Kemudahan hidup dan rejeki melimpah kami harapkan Dengan nafsu dan keserakahan demi tercapainya kepentingan-kepentingan keduniaan

2016.

3. Puasa Cemas

Aku cemas memasuki hari-hari puasa Roboh hatiku, lumpuh akalku, dikepung oleh suara-suara

“Benarkah yang kau lakukan seharian tadi adalah puasa Seberapa mendalamkah kalau memang itu adalah sungguh puasa Yakinkah bahwa yang kau puasakan tadi adalah puasa”

“Bagaimana kalau ternyata Yang kau jalani hanyalah rasa berpuasa Beberapa saat kau turun dari mobilmu Kau pinjam becak untuk sekilas merasakan betapa berat menggenjot pedalnya dengan kedua kakimu

Takkan pernah kau benar-benar menjadi tukang Becak Takkan pernah kau benar-benar menjadi orang puasa”

2016

4 Puasa Hanya Sekedar

Hanya sekedar tiap tahun berpuasa sebulan Hanya sekedar tiap hari lima kali bersembahyang Kemudian zakat dan haji bagi yang berkemampuan Hamba menagih sorgaMu, ya Allah
Betapa murah harga Jannah Yang kholidina fiha abada, yang teduh hijau tua Yang Engkau janjikan tiada kematian di dalamnya Yang penghuninya mendapatkan segala yang diinginkannya
Hamba beli Jannah dengan kerja yang begitu mudah Urusan kita hamba persempit menjadi hanya hubungan individual dengan Allah Sementara kehidupan di Bumi sudah rusak serusak-rusaknya Dan hamba lupa tidak Engkau tugaskan kami kecuali sebagai Khalifah
2016.

5 Puasa Intan Berlian

Ya Allah halangilah langkah hamba Yang berpuasa menempuh perjalanan Menuju hari raya yang bergelimang dunia Kemudian melampiaskan kerendahan sesudahnya

Ya Allah tuntunlah hamba mempuasai dunia Waspada terhadap kepalsuan dan gegap gempita Puasa dari segala yang tak sejati Bertahan dari serbuan apapun yang tak abadi

Ya Allah peliharalah buruk rupa dunia Dalam rahasia di balik panca indera Jadikan setiap takjilku sehambar batu Simpanlah dulu intan berlian di gudang-Mu

2016

6 Puasa RamadlanMu

Sedalam-dalamnya hamba mohon ampun kepadaMu Karena kepada bulan Ramadlan hamba tak merasa rindu Juga tak ada kesedihan tatkala ia nanti meninggalkanku Hamba tak takut kehilangan dia sehingga tak sebutirpun menetes airmataku

Wahai Allah yang menghamparkan kemerdekaan Untuk mengajari hamba memahami keterbatasan Hamba dekap Ramadlan di siang dan malam sepanjang kehidupan

Puasa adalah karibku, muhasabah utama perjuangan hidup hingga matiku
Sedalam-dalamnya hamba matur sembah nuwun kepadaMu RamadlanMu tidak perlu mendatangi atau meninggalkanku

RamadlanMu berdetak di jantungku dan mengaliri darahku Hamba bertaruh nyawa melawan siapapun yang coba-coba merebutnya dariku

2016

7 Puasa Tempat Yang Dirahasiakan

Kutanyakan kepada diriku sendiri Siapa yang menyuruhmu Mengambil jarak dan sikap puasa Yang begitu ketat kepada dunia
Apa yang membuatmu Keluar dari Stadion Perebutan Mundur dari Ring Pertarungan Minggir dari Arena Balap Karier

Atas pertimbangan apa

Tak kau bangun Kantor Profesionalisme

Tak kau buka pintu Transaksi Materialisme

Tak kau pasang Papan Brand dan Status

Kenapa kau angkat kaki Dari Pasar Tipu Menipu Politik Dari Istana Khurafat Perekonomian Serta dari Instalasi Hologram Kebudayaan

Kenapa kau tak punya Toko Agama Restoran Kitab Suci, Warung Rasul dan Nabi Jaringan Perdagangan Infaq dan Shadaqah Juga Biro Eceran Ayat, Hadist dan Tafsir

Kudesak dan kutuntut diriku sendiri la sangat ketakutan dan hampir pingsan Ia menjawab gemetar Dengan suara yang hampir tak terdengar:

“Aku ini sangat lemah dan penakut Aku ngeri dan amat ketakutan kepada Nafsu Tak berani aku berkelahi melawannya Maka tunggang langgang aku lari darinya

Aku sama sekali tidak punya kekuatan Untuk memanggul ambisi dan keinginan Untuk menarik Gerobak Pelampiasan Tolong biarkan aku sembunyi di tempat yang dirahasiakan”

2016.

8 Puasa Mengikis Diri

Selalu kepada Ramadlan aku belajar puasa Jasad isim sifat bulatan af’al-ku dari Dzat Maha Rahasia nilainya, komprehensi dan strategi ilmunya Kandungan kemuliaan dan muatan idulfitri-nya Kubiarkan Tuhan menyimpannya di bilik rahasia

Sekarang sedikit mulai terkuak satu dua jawaban Kenapa aku dilarang duduk di bangku sekolahan Kenapa diperintahkan membuka pintu gerbang Arena universitas yang baru akan didirikan Dengan perpustakaan buku-buku dari masa depan

Kanjeng Nabi menuturkan Ramadlan adalah Madrasah Tidak makan minum sama sekali bukan masalah Mengendalikan nafsu bukanlah perjuangan atau jasa Tak pula serakah pahala, atau pamrih kepada berkah Ini belajar mengikis diri, sampai yang ada hanya Allah

2016

9 Puasa Hanya di Bulan Ramadlan

Kalau berpuasa hanya di bulan Ramadlan Kemudian boleh tidak berpuasa di bulan-bulan lainnya Maka hancur lebur dan segera pasti berakhir kehidupan Karena sebelas bulan angkara murka halal dilampiaskan

Kalau berpuasa hanya menahan nafsu minum dan makan Kalau puasa tidak menjadi prinsip utama kehidupan Tidak menyertai manusia sepanjang siang dan malam Dan bukan pedoman utama dalam membangun peradaban

Kalau dalam sidang Kabinet prinsip puasa tidak dihadirkan Dan di dalam musyawarah demokrasi dan pembangunan Maupun kurikulum pendidikan dan disain peradaban Puasa tidak diideologikan dan tidak menjadi dasar pertimbangan

Maka wahai ummat manusia alami dan nikmatilah Betapa Iblis adalah futurolog yang cemerlang: “Untuk apa Engkau ciptakan manusia, wahai Tuhan Toh pekerjaan utama mereka adalah merusak alam dan berbunuh-bunuhan”

2016

10 Puasa Barat dan Utara

Agar kepada anak cucu aku tak lalim dan berdosa Tak apa aku berpuasa sepanjang masa Tanpa mengharap akan tiba hari raya di dunia Kalau perlu kuganjal perutku dengan batu derita

Hari ini Bumi telah dikuasai hampir sepenuhnya Oleh suatu jenis makhluk yang luar biasa rakusnya Membangun istana dan gedung-gedung hubbud-dunya Memakan semua jenis kekayaan dunia

Semacam Dajjal Ya’juj Ma’juj tapi berwajah manusia Amat canggih tipu muslihatnya kepada penghuni dunia Menguasai manusia, bangsa-bangsa, tanah beserta isinya Berabad-abad dari Barat, kini bergabung dengan Utara

Akankah kita mengamuk atau meledakkan bom bunuh diri Apakah karena Bumi tak bisa kita selamatkan, Tuhan akan murka

Diteguhkan oleh kekasihNya dan kekasih kita bersama Bahwa yang la tagih adalah aqidah, akhlak dan kesetiaan cinta kita kepadaNya

2012-2016

11 Puasa Maha Pemerintah

Sangat terang benderang bahwa puasa Membuat setiap sel tubuhku memperkuat dirinya Nasibku telentang tak bisa berpaling dari Tuhan Sejarahku hanya berisi hal-hal yang kutertawakan

Siang ini mungkin karena cengeng kepada lapar Hatiku melamun dan fikiranku mengigau Ramadlan ini sepadatan hari-hari di tengah waktu Bagaikan riwayat Negara yang membuatku kacau

Di dalam Ramadlan, yang hanya sebulan dalam setahun Tuhan meminta para hamba berpuasa untukNya Di dalam Negara, yang terus menerus di segala tahun Pejabatnya memaksa rakyat lapar dahaga buat mereka

Wahai Tuhan, Engkaulah Maha Pemerintah kami semua Karena rahmat dan tanggungjawabMu tiada putusnya Adapun di Negeri ini sejumlah orang selalu kami upah Kami sebut dan lantik mereka menjadi Pemerintah Kami beri hak untuk memerintah kami dan menjadi lintah

2016

12 Puasa Bertahan Jadi Manusia

Sejak dulu aku sibuk mencari makna Ramadlan Ternyata nilainya terletak pada bulan-bulan di luarnya

Dulu hatiku bergetar setiap kali tiba Ramadlan Kuperlakukan sebagai kekasih yang datang bertandang

Apalagi Allah sangat intim berbisik di telingaku “Ibadah lainnya untukmu, tapi puasamu untukku”

Lalu kekasihNya bilang “Ramadlan adalah Madrasah” Sebulan penuh jiwaku dihimpun untuk bersekolah

Belajar dan meneguhkan kembali perjanjian dengan Tuhan Sebelum aku dijaninkan di rahim Ibunda untuk dilahirkan

Ramadlan menyediakan pelatihan bagi jasad dan jiwa Agar sementara waktu aku bertahan jadi manusia

Syariat puasa kujalani sebagi tarekat sepanjang zaman Agama sejati di kedalaman, rahasia cinta di balik penderitaan

Merawat diri agar jangan sampai menjadi Malaikat Tak juga hewan, Iblis, Setan, Dajjal, Dewa atau Raseksa

Tugasku menjadi setitik cipratan dari misteri dirinya Berlari melingkar hingga saat sirna dalam keagungan Nya
2016

13 Puasa Bertolak Pinggang kepada Iblis

Karena Iblis Setan diikat selama bulan Ramadlan Aku berani mendatangi mereka dengan bertolak pinggang Aku bertanya: “Blis, kenapa kau tega menipu manusia?”

la menjawab: “Demi Allah, sesungguhnya Yang menghancurkan manusia Adalah kegagahan mereka sendiri

Aku membantah: “Ah, jangan main-main, Blis” la melanjutkan: “Mereka amat berani menaklukkan dunia Agar berguna bagi tercapainya kepentingan mereka Mereka sangat perkasa menunggangi kehidupan Agar mengabdi kepada apa yang mereka perlukan

Mereka tidak takut untuk memperalat Tuhan Diberi jabatan sebagai kepala biro pengabulan doa-doa Mereka mewajibkan Tuhan menjadi faktor produktif Demi terwujudnya pelampiasan nafsu mereka”

Aku membantah lagi: “Bukankah kamu, Iblis Yang menggoda dan mempengaruhi mereka”

Iblis menjawab: “Mulai besok pagi Pelajarilah sejarah ummat manusia secara lebih teliti Supaya tahu bahwa nafsu manusia sudah tumbuh subur Sebelum kudatangi mereka Dan itu membuatku batal melakukan apa-apa”

2012-2016

14 Puasa Takkan Kulepas Biar Sehari

Ramadlan silahkan datang dan pergi Tapi puasa takkan kulepas biar sehari Sebab kehancuran selalu menanti Jika sedetik saja aku lepas kendali

Puasa bukan urusan rindu Atau menangis takut kehilangan Puasa adalah permusuhan dengan nafsu Perang siang malam tak berkesudahan

Pasukanku dilantik oleh syahadat Seluruh prajurit didisiplinkan oleh shalat Strateginya dimatangkan oleh zakat Simpan rahasia haji hingga akhirat

Ramadlan menyekolahiku selama sebulan Sesudah idulfiri aku memasuki masa ujian Menyibak dunia yang penuh halusinasi Bergelimang tipu muslihat, iri dan dengki

Ramadlan silahkan datang dan pergi Tapi puasa takkan kulepas biar sehari Sebab jika sesaat saja aku lepas kendali Di hadapan Allah aku tak berwajah lagi

2016

15 Puasa Tak Mau Berpuasa

Yang aku tak mau berpuasa Adalah pasrah diri bersimpuh di kakiMu

Yang aku tak mau berhenti berbuka

Adalah nikmatnya menyerah kepadaMu

Yang kubiarkan diriku melampiaskannya

Adalah keyakinanku akan kasih sayangMu

Yang takkan pernah mau aku menahannya

Adalah ketergantunganku pada cintaMu

Wahai Engkau Maha pangkal dan ujung rahasia

Andaikan Kau buang aku dari sejarah dan kehidupan Atau Kau batalkan ada-ku menjadi tiada

Aku rebah menyerah tanpa menawar suatu apa

Bahkan jika harus aku puasai ruang dan waktu

Atau Kau coret aku dari dunia maupun akhiratMu

Tak tersisa hak atau tuntutan apapun dariku

Karena seluruh kehidupan ini sepenuh penuhnya milikMu

2016

16 Puasa Kalau Memang Setan Dipenjara

Kalau memang selama Ramadlan Setan dipenjara Para Malaikat memborgol kaki dan tangan mereka Kenapa kau tinggalkan Ramadlan ketika Idulfitri tiba Lantas kau tunggu sebelas bulan untuk kembali berpuasa

Kenapa tiap hari, bulan dan tahun tak kau Ramadlankan Kenapa kau abaikan puasa dalam menempuh kehidupan Kau berbuka terus dalam politik dan kebudayaan Kau tak berpuasa dalam berkarier dan menumpuk kekayaan

Kenapa tak kau Ramadlankan dirimu sendiri Kenapa pembangunanmu tak berpuasa Kenapa kau sakiti Ibu Pertiwi dengan pesta pora Kenapa kau lalimi anak cucu dengan berfoya-foya

Engkau bergembira selama Ramadlan Setan dipenjara Karena kau incar selama sebelas bulan di luarnya Kau lampiaskan keserakahan hingga merajalela Sambil kau sebut-sebut Setan kambing hitamnya

2012-2016

17 Puasa Seribu Lailatul Qadar

Apa yang tidak Lailatul Qadar? Yang mana yang bukan Lailatul Qadar Baginda Izroil belum Engkau perintahkan Untuk mencabut ruh dari jasadku malam ini Apa gerangan itu jika bukan Lailatul Qadar

Setiap helai rambutku adalah Lailatul Qadar Di dalam setiap titik dari setiap helai rambutku Terkandung keindahan seribu bulan Setiap detak jantungku, setiap denyut darahku Adalah Lailatul Qadar yang aku berhutang kepadaMu

Apa yang bukan malam seribu berkah Yang mana yang bukan malam seribu berkah Rembulan membayang, matahari merekah Bumi berthawaf, para Malaikat bershaf-shaf Perintah jihad-Mu dari Qaf ke Qaf ke Qaf

Air senantiasa mengalir ke bawah Cahaya menaburi gunung dan kawah-kawah Dedaunan bergoyang, sapuan angin berdendang Maha Sabar Engkau terus menunda adzab Kepada duta-dutaMu di Bumi yang makin tak beradab

Hamba kelaparan apabila rizki tak Engkau limpahkan Hamba telanjang jika pakaian tak Engkau anugerahkan Hamba berpuasa menggunakan lapar dan dahaga-Mu Hamba berbuka memetik bebuahan dari pohon-Mu Hamba beridulfitri di puncak kasih sayang puasa-Mu

Jika bagiku itu semua bukan Lailatul Qadar-Mu Jika untukku itu semua bukan taburan berjuta rahmah-Mu Jika padaku itu semua bukan kedermawanan-Mu Aku lebih rendah dari bongkahan batu-batu Aku gagal menjadi ahsanu taqwim-Mu

2016

Puasa 18: Yang Bukan Mukjizat-Mu

Apabila yang tampak padaku Hanya Engkau Yang Itu Karena kupikir ada yang selain Engkau Karena kusangka ada yang bukan Engkau

Apabila tak kutemukan Engkau Pada wajah semua dan setiap hamba-Mu Pada wujud alam semesta jagat raya ciptaan-Mu Pada bulatan dan detail mikro makro makhluk-Mu

Apabila masih ada yang tak ghoib pada hidupku Apabila masih ada yang tampak oleh mripatku Yang bagiku bukan mukjizat-Mu Maka gagallah aku sebagai hamba-Mu

Apabila masih ada yang terdengar oleh telingaku Apabila masih ada yang teraba oleh seluruh inderaku Yang tak kusadari sebagai keajaiban dahsyat-Mu Maka tinggal neraka yang tersisa padaku

2016

Puasa 19: Apabila Cintaku Hanya Cintaku

Apabila cintaku hanya terdiri atas cintaku Tanpa ada apapun lainnya kecuali cintaku Apabila di dalam cintaku terkandung hanya diriku Tak ada alam semesta dan semua makhluk sesamaku

Apabila cintaku kepadaMu Hanya bermuatan cintaku kepadaMu Apalagi ternyata ia bukan cinta sejatiku Melainkan pamrih kepentinganku kepada-Mu

Apabila di dalam mencintai-Mu aku tak perduli Pada apapun selain diri dan kemauanku sendiri Apabila buta dan kebodohanku memonopoli-Mu Kurebut Engkau sebagai alat dari kepentinganku

Apabila segala sesuatu selain ego-ku Adalah gangguan bagi cintaku kepadaMu Maka takkan terdengar olehku Lailatul Qadar Tak terpandang olehku Malam Seribu Bulan

Apabila di dalam cinta kupisahkan Engkau Dari semua titah-Mu yang memenuhi jagat raya Yang menghuni wilayah dalam maupun luar cakrawala Yang terjangkau oleh ilmu maupun yang tersembunyi di keremangan rahasia

Maka pengkhianatlah aku, wahai Tuhanku Maka durhakakah hamba, wahai Maha Cinta Sungguh itulah ajhalul-jahl kesesatan hamba Gagal menyatu ke dalam Tauhid Cinta

2016

20 Hilang Puasa dari Ramadlan

Riuh rendah Ramadlan diraya-rayakan Sampai puasa wajahnya hilang Gegap gempita pesta Ramadlan Puasa tak diperdalam

Orang shiyam tanpa shoum Puasa dendam makan dan minum Bulan Ramadlan dipuja disanjung Puasa tak diingat sepanjang tahun

Pak Ustadz dan Mbah Kiyai Sesekali mohon terangkan kepada kami Apa beda antara puasa di bulan Ramadlan Dengan puasa siang malam sepanjang zaman

Bulan ramadlan bulan pengendalian Bulan bukan Ramadlan bulan pelampiasan

Habis-habisan Agama diperjual-belikan Sampai hilang puasa dari Ramadlan

2016

Puasa 21: Ramadlan di Negeriku

Ramadlan di Negeriku sungguh betapa indahnya Dirayakan dengan riuh rendah dan gegap gempita Pesta beragam makan minum alangkah nikmatnya Membengkak demand-nya, meningkat supply-nya Ramadlan bukan puasa makna dan hakekatnya

Puasa di Negeriku adalah perjuangan lapar dahaga Tujuan jangka pendeknya adalah kenikmatan berbuka Kemudian ia merupakan akses yang melimpah ruah Untuk mendapatkan pahala, laba, keuntungan dunia Ditambah i’ tikaf insyaallah kita menjadi kaya raya

Ramadlan di Negeriku adalah pasar segala pasar Peak-time, a golden market of komoditas Agama Tuhan, Nabi, Islam, Ustadz, Ustadzah, Hadits, Qur’an Robot-robot mungil penghapal buku tebal Firman Menjadi icon utama kapitalisme keduniawian

2016

Puasa 22: Berwajah Cahaya

Sebuah sosok tinggi besar tiba-tiba datang di depanku Langsung aku berpikiran dan menyangka ini pasti Iblis Tapi dengan suara yang sangat garang la malah menyapaku: “Hai Iblis!”

Aku hampir pingsan, napasku terhenti, kesadaranku menipis Bahkan serasa seluruh diri dan keberadaanku akan sirna terkikis Tapi keberanikan diri bertanya: “Kenapa kau panggil aku Iblis?” Tak kusangka ia balik tanya: “Apa kau yakin kau bukan Iblis?”

Aku dididik oleh kebiasaan untuk melihat buruknya diriku Untuk senantiasa tajam menemukan kebaikan orang lain Tapi harus peka terhadap sekecil apapun dosa-dosaku Maka aku menjawab: “Benar, sangat mungkin aku ini Iblis”

Seluruh sosok makhluk itu berwarna putih dan berwajah cahaya Sangat besar ia sampai tak terjangkau olehku tepian jasadnya “Meski Ramadlan di sekitarmu penuh kemewahan”, katanya “Bukankah harus kau syukuri bahwa itu adalah kadar kesadaran mereka tentang puasa”

“Siapakah selain Iblis yang gembira menikmati kelemahan manusia Yang selalu mengejek betapa konyolnya mereka dan mentertawakannya?”

Kucoba menjawab: “Di balik tawaku sesungguhnya aku berduka Karena tak kusangka semudah ini aku mempermainkan mereka”

2016

Puasa 23: Sosok Hitam Kelam

Pada i’tikaf keduaku sepanjang kelamnya malam Ketika kubenamkan diri ke relung paling dalam Dari kesunyian yang hampir mendekati ketiadaan Yang hadir padaku adalah sosok yang hitam kelam

Ini mungkin Iblis yang tenggelam dibungkus oleh kutukan Sebab wajah cahaya yang mendatangiku tadi malam Yang mengajakku memafhumi batas-batas kemanusiaan Pastilah dari golongan yang bukan Iblis atau Setan

Tetapi yang dikatakan oleh sosok hitam kelam ini Sungguh membuatku bingung dan ragu-ragu sendiri “Lailatul Qadarkah yang saat ini sedang kau nanti-nanti Dengan iftirasy dan duduk bersila semalaman di sini

Bagian mana dari seluruh ada-mu di kehidupan ini Yang bukan Lailatul Qadar, yang tidak gaib dan bukan misteri Yang mana dari anugerah Allah atas setiap yang kau alami Yang bukan nikmatnya rahasia dan dahsyatnya misteri

Alangkah serakahnya kau dan kebanyakan manusia Limpahan rahmat yang kau tak sanggup menghitungnya Belum seperseribunya kau takjub dan mensyukurinya Kini kau tuduh Allah tak mencukupimu dengan berkahNya

Kau tagih Lailatul Qadar dengan nafsu dan khayal fatamorgana Kau paksa Allah menurunkannya berupa kekayaan dunia Kau kutuk kemiskinan harta dunia sebagai bencana Sedang Muhammadmu memilih kehidupan jelata dan papa”

2016

Puasa 24: Pesta Lailatul Qadar

Seorang sahabat lamaku yang kami bersaudara sejak dulu kala Tiba-tiba sudah berada di kamarku di tengah malam buta la bawa selembar baju batik Pekalongan, menyuruhku memakainya Kemudian menyeretku pergi ke suatu kampung yang entah di mana

“Kalau kau pakai baju ini, semua penduduk senang menerima”, katanya Ternyata sedang dilangsungkan perayaan yang bukan main meriahnya Mereka sebut Pesta Lailatul Qadar yang mereka syukuri berkahnya Malam Seribu Bulan menaburi mereka tanpa ada yang tak mendapatkannya

Ada pentas tarian yang formasinya menirukan bentuk alam semesta Ada yang baca AlQur’an dengan nada dan irama yang belum pernah aku mendengar sebelumnya

Ada orkestra Kalimah Thayyibah yang amat dahsyat aransemennya Anak-anak kecil berlomba membentuk tubuhnya seperti deretan huruf-huruf Hijaiyah

Aku bertanya apakah masyarakat Jin juga diwajibkan berpuasa Sahabatku menjawab: “Dalam firmanNya Allah subahanahu wata’ala Tidak memaksudkan perintah puasa secara khusus kepada manusia Alladzina amanu itu bisa siapa saja, baik Jin maupun manusia”

Apakah Lailatul Qadar diturunkan oleh Allah kepada mereka semua? “Bagi kami masyarakat Jin yang engkau bisa melihat mereka Perkenan Allah menghidupkan kami beserta anugerahNya apa saja Semua adalah Lailatul Qadar, gembira atau duka, miskin atau kaya”

2016

PUASA 25: Cermin

Maha bijaksana Allah yang melatih kanak-kanak manusia Untuk membiasakan diri menjadi pemerintah atas dirinya Diktator kepada nafsunya, otoriter mambatasi keinginannya Memaksa jasadnya untuk lapar dahaga dari pagi hingga senja Membangun martabat agar tak ditindas oleh makan minumnya

Allah Sang Maha Guru yang menata barisan kaum remaja Menjadi Pasukan ‘Aqil Baligh yang mengenali medan syariatNya Merambah keluasan alam semesta hingga batas cakrawala Menguasai lingkup wilayah kekuasaan yang dibatasi oleh akalnya Menangkap dan memenjarakan musuh-musuh di dalam dirinya

Allah Panglima Maha Panglima yang menantang orang dewasa Agar sepanjang usia membuktikan martabat kemanusiaannya Siang malam meneguhkan kesetiaan terhadap kekhalifahannya Merumuskan terapan puasa di setiap langkah dan perilakunya Tak perduli di bulan Ramadlan atau di waktu kapanpun saja

Jika sampai dewasa manusia bertahan pada kanak-kanaknnya Bila sampai tua manusia berhenti pada kekerdilan keremajaannya Kalau sampai matinya manusia tak pernah menjadi dewasa Ketika Izrail datang mereka masih menjadi budak nafsunya Bercerminlah kembali kenapa Malaikat mempertanyakan penciptaan manusia

2016

26 Puasa Merdeka atau Patuh

Kutanyakan kepada seorang anak kecil di kampung sahabatku itu “Kamu sekolah di mana?”, ia menjawab “di Madrasah Ramadlan” “Kamu diajari apa di Madrasah itu?”, “Syahadat”, “Kamu sudah hafal?”

“Kami tidak disuruh menghafalkan. Kami hanya terus menerus ditanya Kemudian setiap syahadat jawaban yang kami ajukan, mereka kejar kami untuk membuktikan”

Karena bingung, kucari anak-anak lain yang mulai beranjak remaja “Guru kami di Madrasah tidak mengajarkan apa-apa”, jawab mereka “Kami langsung diuji”, “Maksudmu tanpa pelajaran langsung ujian?”

“Ujian adalah kami dimerdekakan untuk harus menemukan pekerjaan Dengan semua penduduk kampung yang memberi penilaian, untuk diluluskan atau diberi kesempatan untuk mengulang”

“Kalau tak sanggup membangun pekerjaan, maka kami dipekerjakan Siapa tak sanggup memanggul kemerdekaan, baginya tinggal satu kemungkinan, yakni berpegang pada tali kepatuhan”

Aku mengeluh kepada sahabatku, “Di masyarakat manusia Pelajaran Syahadat ialah mengajarkan dua kalimat pengakuan Kepada Tuhan dan Sang Nabi Utusan, yang tanggungjawabnya ditempuh melalui ucapan”

Sahabatku tersenyum, “Aku tidak tahu bagaimana keadaan kaum Jin secara keseluruhan. Juga tak kumiliki bahan untuk menilai saudaraku ummat manusia. Sebab kami tak sepandai mereka Manusia berani menjangkau ketakterbatasan untuk paham Satu angka Sedangkan kami sebelum meyakini Satu, tidaklah berani menatap Dua Mungkin karena itu di banyak firmanNya, Tuhan menyebut kami di angka pertama, baru kemudian manusia”

2016

Puasa 27: Cinta Palsu

Akhirnya aku berlari menemui kaum dewasa Mendapatkan jawaban yang makin kabur kejelasannya Madrasah di alam pendidikan masyarakat mereka

Tak ada kelas-kelas atau tingkatan-tingkatannya Sebab siapa saja bisa naik turun jatuh bangun kapan saja Berdasarkan kadar khusyu atau ketidakwaspadaannya

Di dalam kurikulum syariat Allah

Sepanjang kaifiyah thariqat bentanganNya Setiap saat hakekat bisa dibuka atau mendadak buta Makrifat tengah malam bisa jadi dlulumat ketika pagi tiba Jika shalat puasa zakat haji tak saling menemukan dirinya Maka makhluk yang bersyahadat pasti palsu cintanya

Malanglah kaum Jin yang meng-ada tanpa mencapainya Tapi lebih malang lagi abad mutakhir peradaban manusia Tak mampu merdeka dari padatan ruang alam semesta

Terpenjara berkepanjangan di hunian garis lurus waktunya Mengejar keinginan tanpa kunjung mengerti kebutuhannya Ambruk ke Islam tidak karena sikap pasrah, melainkan karena menyerah kalah di ujung kebuntuannya

2016

Puasa 28: Borgol Telah Dilepaskan

Mungkin karena iri kepada yang kusaksikan di kampung sahabatku itu Serta tak kuat ditekan oleh kesedihan dan rasa hina atas diriku sendiri Maka dengan berbagai alasan, kepada mereka aku berpamitan Dan sahabatku ternyata tak tega membiarkanku pulang sendirian

Di tengah perjalanan, kami malah tersesat di tengah kerumunan orang Mereka melingkar bergandengan tangan, menangis amat memilukan Salah seorang dari mereka membacakan semacam puisi duka derita Tentang begitu sedihnya hati mereka berpisah dari Bulan Ramadlan

“Teganya kau tinggalkan kami semua, wahai bulan suci Ramadlan Kau biarkan kami kembali terkapar di tengah medan perang Padahal nafsu kami sangat besar dan kuat untuk bisa kami lawan Tanpa kau, kami tenggelam dalam pelampiasan dan keserakahan”

“Sekarang tak ada lagi indahnya teriakan ‘Imsak’mu, wahai Ramadlan Kami terbebas dari kewajiban untuk menahan dan mengendalikan Kami merdeka untuk melampiaskan, menyebarkan kedhaliman Mengikis nilai-nilai Tuhan, menghancurkan kehidupan, karena dari. kaki tangan kami, borgol telah dilepaskan”

2016

Puasa 29: Wajah Berlumuran Dunia

Aduhai semua orang rindu Ramadlan Dan amat berduka kalau ditinggalkan Mengapa gerangan aku malah ketakutan

Kalau ia datang Aku minggir ke keremangan Aku sembunyi di balik ketiadaan

Jangan sampai tercium olehnya Bebauan dari hidupku Yang busuk luar dalam

Kalau memang tak terelakkan Untuk berpapasan dengan Bulan Ramadlan Telah kusiapkan wajah berlumuran dunia

Yang memancarkan nafsu angkara murka Keserakahan di pandangan mata Ambisi dan kehinaan: tanduk kembarku di kepala

Wahai puasa, sembunyilah di belakang punggungku Sesudah sebulan tak makan minum pagi hingga senja Mereka membuangmu dalam kehidupan nyata

2016

Puasa 30: Puasa Selezat-lezatnya

Wahai Allah yang Maha Pensyukur Atas setiap hamba yang bersyukur Terimakasihku kepadaMu tidaklah terukur

Setiap tahun, setiap bulan, setiap hari, setiap saat Bersama Ibu, Ayah dan seluruh keluarga Kami tak pernah tak menikmati hariraya

Maka wahai Maha Dzat yang terang benderang Pantulan cahaya wajahMu di kegelapan Yang betapa indah nyanyianMu di kesenyapan

Mohon ridla telah kutemukan Idulfitri Adalah inti puasa hidupku ini sendiri Puasa adalah nikmat yang tertinggi

Puasa adalah keselamatan paling sejati Tatkala kupergoki riuh rendah dunia ini Hanyalah hologram dan simulasi

2016

Puasa 31: Tak Pandai Berpuasa
Tetes, Fitri 3

Kami tak pandai berpuasa
Hanya sejenak menunda makan minum
Tak sampai menyentuh lapisan
Nafsu yang lebih dalam
Tak sampai meluas ke akhlak zaman
Pengelolaan sosial atau kebijakan Negara
Betapa mungkin sejatinya fithri akan tiba

Puasa kami sebatas puasa hewan
Perjuangan hanya sampai ke badan
Sedikit jasad dan keduniawian
Tak sampai akal bekerja
Untuk mempuasai zaman
Menyiapkan keselamatan masa depan
Bahkan tak juga besok, lusa atau bulan depan

Maka apakah ada pilihan
Selain memohon rahmat penerimaan
Atas ribuan kali sahur dan berbuka
Yang tak berpengaruh apapun
Atas perbaikan kehidupan
Bahkan setiap kali menjalani puasa
Fokus tujuan kami adalah mempersiapkan makan

 

Puisi Idulfitri Caknun

(1) Dan Fitri Ditinggalkan

Idul Fitri telah tiba
Kembali ke Fitri inilah saatnya
Apakah ia sedang menantikan kita
Di manakah alamatnya

Allahu Akbar wa lillahil-hamd
Puluhan juta orang bergerak
Melintasi ribuan jalanan
Berduyun-duyun, berserak-serak

Ternyata rumah Fitri di kampung halaman
Diasuh oleh Ibu Bapak dan Nenek Moyang
Betapa indahnya suasana kampung halaman
Dengan keluarga sanak famili bersalam-salaman

Satu dua hari kemudian puluhan juta orang
Meninggalkan petilasan masa silam
Kembali ke fatamorgana masa depan
Dan Fitri ditinggalkan

2016

(2) Menshalati Idulfitri

Saudara-saudara kita yang terluka hatinya Karena ditinggalkan oleh Ramadlan kekasihnya Alhamdulillah segera pulih dari sakitnya Begitu selesai sebulan berpuasa Tampak langsung cerah ceria wajahnya

Idulfitri cukup dishalati pagi-pagi bersama Itupun tidak harus, sebab tidak wajib hukumnya Yang utama dan dinanti-nanti adalah hari raya Sebulan penuh dipaksa membatasi makan minumnya Sekaranglah saat menebus dendam lapar dahaga

Sebelas bulan tak lagi ada kewajiban berpuasa Sebelas bulan tak terkait lagi dengan tema puasa Jangan ada yang menyuruh-nyuruh menahan diri Jangan ada ceramah dengan tema membatasi Kuda nafsu kita lepas setelah sebulan dalam kendali

Syukur Negara bertoleransi kepada rakyat yang berpuasa Tapi sesungguhnya Negara tak ada kaitannya dengan puasa Dan puasa tidak punya otoritas apa-apa terhadap Negara Pemeliharaan kekuasaan dan perjuangan menumpuk harta Tidak diundang-undangkan untuk diintervensi oleh puasa

Maka saudara-saudara kita selalu merindukan Ramadlan Bulan penuh berkah dan bergelimang ampunan Tuhan Terutama Lailatul Qadar malam seribu rembulan Dosa-dosa dan keserakahan selama sebelas bulan Dihapus oleh kemurahan Allah dalam semalam

2016

(3) Fitri Dipekerjakan

Untuk mencapai kefitrian Sebaiknya melangkah ke depan Ataukah harus balik ke belakang

Kalau hidayah kata idulfitri diperhatikan Di perjalanan kita ada yang hilang Berpuasa sebulan untuk kembali menemukan

Kita tak percaya kepada kampung halaman Kita berhijrah ke kota-kota metropolitan Kabarnya di sana ada pendatang Yang menawarkan masa depan

Kita semua ingin mendunia Jangan beku menetap di desa Tak apa jadi budak orang asing di kota Asal Kakek Nenek setahun sekali kita sapa

Bangsa yang ini bukan anak Bapaknya Melainkan boneka-boneka mainan para penjajahnya Sejarah hari ini bukan lanjutan yang kemarinnya Melainkan peternakan milik orang Barat dan Utara

Itulah yang paling fitri saat ini dari diri kita Setahun sekali kita dikasih cuti agar sesekali terasa Bahwa dahulu kala kita pernah benar-benar ada

Demikianlah untuk mencapai kefitrian Tak perlu kita berpikir atau melakukan pencarian Karena fitri kita hari ini sekedar dipekerjakan

2016

(4) Setiap Idulfitri Datang

Setiap Idulfitri datang, hatiku was-was rasanya Yakni kawatir kehilangan orang-orang bertaqwa Yang bermunculan khusus setiap Ramadlan tiba Semua makhluk seakan mendadak bertaqwa Di seluruh Negeri, kota dan desa Merayakan Tuhan Yang Maha Esa

Semua teve masuk Islam Mal, hotel, restoran dan pasar Berwajah Islam selama sebulan Tuhan laku keras tak terkirakan Lagu-lagu qasidah dan lantunan Qur’an Diperdengarkan di setiap sudut ruang

Nabi dan Rasul ditampilkan di Café-café Para Ustadz indah menari di layar-layar teve Lailatul Qadar amat sangat dinantikan Kalau bisa berupa limpahan kekayaan Syukur juga kenaikan pangkat dan jabatan Dan semoga korupsi kita disembunyikan oleh Tuhan

2016

(5) Idulfitri Cumbu Rayu

Idulfitri adalah rebah pasrah cintaku Oleh cumbu rayu bulan madu rahasiaMu

Engkau wanti-wanti wahai Kekasih Bahwa puasaku hanya untukMu

Lapar hidupku, dahaga perjalananku Adalah sesaji khusus cintaku kepadaMu

Padahal tak sesuatupun Kau butuhkan Cintaku hidup matiku tak Kau perlukan

Maka wanti-wanti-Mu itu apa gerangan Selain ajakan kencan yang Kau rahasiakan

2016

(6) Tak Cukup Usia

Sebab puasa Subuh-Maghrib bukan perjuangan Maka Idulfitri pun bukanlah hari pelampiasan Puasa itu pekerjaan biasa-biasa saja Tidak hebat dan bukan jasa

Allah kasih api, kita mengendalikannya Hidup dirasuki nafsu, kita mengelolanya Puasa itu meneliti sejatinya kenikmatan Yang disembunyikan dibalik lapar dahaga

Puasa harus kulaksanakan sepanjang zaman Rahasia nilainya, strategi ilmu kesehatannya Kandungan kemuliaan dan muatan rahasianya Kugenggam erat-erat sepanjang kehidupan

Pun puasa tidak diperuntukkan bagi orang kaya Agar mereka menghayati kemiskinan Karena kemiskinan bukan daerah wisata Yang hanya di bulan Ramadlan dibuka pintunya

Kepada manusia yang fuqara di hadapanNya Pahala berlimpah dijanjikan melalui puasa Tapi tak cukup untuk bersyukur seluruh usia Sehingga tak sempat kutagih pahala kepadaNya

2016

Itulah sejumlah puisi Caknun atau MH Ainun Nadjib tentang Puasa dan Idulfitri. Rerata puisi tersebut ditulis pada Ramadhan tahun 2026 silam. Semoga bermanfaat!

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *