KOSAKATA DIMADURA – Dalam artikel ini kita akan menjelajahi tiga macam arti okara.
Ya, Okara ternyata tidak hanya berarti sebuah kalimat atau rangkaian kosakata dalam bahasa Madura, melainkan juga bermakna varian olahan dari ampas tahu hingga nama untuk jurnal akademik.
Tiga macam arti okara ini bisa menjadi referensi valid untuk penulisan artikel sekaligus juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Balai Bahasa untuk pembaharuan isi kosakata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Merangkum berbagai sumber, berikut ini tiga arti okara dan penjelasannya berdasarkan topik bahasan.
1. Okara sebagai bahasa
Kata “Okara” dalam Bahasa Madura berarti sebuah kalimat yang dapat dimangerti maksud dan tujuannya.
Okara sebagai bahasa memiliki tiga arti yang berbeda. Pertama, “Okara” dapat merujuk pada kalimat atau ucapan yang digunakan orang Madura untuk menyapa atau berkomunikasi dengan orang lain.
Orang Madura dimaksud meliputi masyarakat Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan dan daerah-daerah tapal kuda di Pulau Jawa yang mayoritas penduduknya menggunakan bahasa Madura dalam percakapan sehari-hari.
Kedua, “Okara” juga dapat mengacu pada kata-kata atau frasa yang digunakan untuk memberikan semangat dan dukungan kepada seseorang. Ini menunjukkan bagaimana Bahasa Madura memiliki cara tersendiri dalam memotivasi dan memberikan dorongan kepada sesama.
Ketiga, “Okara” juga bisa berarti dialog atau percakapan yang menarik dan menghibur. Ini mencerminkan betapa hidupnya keberagaman sosial dan interaksi antarindividu di Madura, dimana percakapan yang menarik dan menghibur menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakatnya.
Dengan mengetahui tiga arti Okara dalam Bahasa Madura di atas, kita dapat melihat kekayaan dan kompleksitas bahasa serta budaya yang dimiliki oleh masyarakat Madura.
Penggunaan kata Okara menjadi sebuah representasi penting dalam memahami nilai-nilai kehidupan sosial, etika berkomunikasi, serta hubungan antarindividu di Madura.
Sebagai pemeluk kebudayaan yang beragam, penting bagi kita untuk menghargai dan mempelajari berbagai makna dan nuansa yang terkandung dalam kosakata seperti Okara.
Dalam era globalisasi ini, upaya untuk menjaga dan melestarikan keanekaragaman bahasa dan budaya menjadi tanggung jawab kita bersama, sehingga kekayaan dan warisan budaya dari daerah-daerah seperti Madura dapat terus dilestarikan dan dihargai oleh generasi masa depan.
2. Okara sebagai makanan
Poster resep olahan makanan dari ampas tahu atau Okara (Sumber: Pinterest Anita Jacobson | Daily Cooking Quest)
Sebagaimana disebutkan dalam pengantar, Okara juga berarti sebagai ampas tahu yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu, dan seringkali dianggap sebagai produk sampingan yang tidak memiliki nilai.
Padahal, bahan makanan yang sering kali diabaikan atau dianggap sebagai limbah ini, ternyata memiliki kandungan serat, protein dan nutrisi tinggi lainnya sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang sehat dan bergizi.
Salah satu keunggulan okara adalah kandungan seratnya yang tinggi. Serat adalah komponen penting dalam diet kita yang membantu menjaga kesehatan pencernaan, mengurangi risiko penyakit jantung, dan mengontrol kadar gula darah.
Dalam satu porsi okara, kita dapat mendapatkan sejumlah besar serat yang dibutuhkan tubuh. Selain itu, okara juga mengandung protein nabati yang tinggi, sehingga cocok untuk vegetarian atau vegan yang mencari sumber protein non-hewani. Protein dalam okara dapat membantu membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, serta menjaga kekuatan otot.
Okara juga memiliki kemampuan untuk menyerap rasa dan aroma dengan baik, sehingga dapat diolah menjadi berbagai hidangan lezat. Okara dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam adonan roti, kue, atau pancake untuk memberikan tekstur yang lembut dan meningkatkan nilai gizinya.
Selain itu, okara juga dapat dijadikan bahan dasar untuk membuat burger nabati, kue kering, atau bahkan dimasukkan ke dalam sup atau tumisan sayuran untuk meningkatkan kandungan nutrisinya.
Selain manfaat kesehatan dan nilai gizi yang tinggi, penggunaan okara juga berdampak positif terhadap lingkungan. Dengan memanfaatkan okara sebagai bahan makanan, kita dapat mengurangi limbah dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Nah, mengingat produksi tahu yang kini kian masif, mengurangi limbah ampas tahu dengan memanfaatkannya menjadi okara dapat menjadi solusi yang baik untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan.
Karena itu, beberapa produsen makanan dan restoran mulai memasukkan okara ke dalam menu mereka. Dengan inovasi dan kreativitas, okara dapat diolah menjadi berbagai hidangan yang enak dan menyehatkan.
3. Okara dalam dunia akademik
Diantara paramaos barangkali sempat googling mencari artikel tentang okara, dan saat scroll ke bawah, ternyata salah satu hasil penelusuran yang ditampilkan Google adalah Okara sebagai nama jurnal akademik.
Ya, selain sebagai bahasa dan makanan, kosakata Okara juga dipakai sebagai nama jurnal akademik salah satu perguruan tinggi di Pamekasan, IAIN Madura.
Mengutip laman resmi e-journal IAIN Madura, Jurnal OKARA merupakan jurnal kebahasaan dan kesusastraan dengan ruang lingkup penelitian asli antara studi teoretis dan praktis tentang isu-isu terkini perihal linguistik, sastra, dan pengajaran bahasa.
Dijelaskan, nama “OKARA” tersebut berasal dari bahasa Madura “okara” yang berarti “kalimat”. Ini mencerminkan fokus utama dan ruang lingkup jurnal yang mencakup pembahasan sebagaimana dalam gambar berikut.
Screenshoot isi Okara’s history of ejournal IAIN Madura
Jurnal OKARA terbit pertama kali pada tahun 2006 silam. Terbit dua kali dalam setahun, yakni pada bulan Mei dan November oleh Pusat Pengembangan Bahasa, Institut Agama Islam Negeri Madura (sebelumnya STAIN Pamekasan).
Mulai tahun 2015, OKARA diterbitkan secara online dengan nomor registrasi online: E-ISSN: 2442-305X. Tahun ini, OKARA menjadi anggota Crossref. Oleh karena itu, semua artikel yang diterbitkan akan memiliki nomor DOI yang unik.
Jurnal tersebut kemudian diindeks di DOAJ (Directory of Open Access Journal) pada 21 Juli 2017 dan diterima untuk dimasukkan ACI (ASEAN Citation Index) pada 9 November 2018.
Setahun setelahnya, dimulai dari Volume 12, Nomor 1, 2018. OKARA menerbitkan artikelnya dalam bahasa Inggris dan Arab. Menyusul transformasi institusi dari STAIN Pamekasan menjadi IAIN Madura, mulai dari Volume 13, Nomor 1, 2019.
Ya, Okara, sebuah kata yang mungkin terdengar sudah biasa, tapi ternyata ia memiliki makna yang mendalam bagi insan akademik.
Jurnal Okara ini menawarkan platform penting untuk publikasi hasil penelitian para insan akademik. Okara tentu menjadi wadah yang inklusif dan mendorong terciptanya kolaborasi dan pertukaran ide di antara para akademisi.
Salah satu keunggulan dari Jurnal Okara adalah kualitas publikasinya. Sebagai jurnal akademik yang dihormati, Okara mengedepankan proses seleksi yang ketat dalam penilaian artikel yang diajukan.
Setiap artikel yang masuk ke dalam jurnal ini melalui tahap review oleh para pakar di bidangnya, sehingga memastikan kualitas dan validitas informasi yang disampaikan.
Dengan demikian, paramaos dapat mempercayai bahwa artikel-artikel yang terdapat di Jurnal Okara adalah karya-karya berkualitas dan berkontribusi terhadap perkembangan pengetahuan di bidang lingusitik.
Ya, itulah 3 macam arti Okara berdasarakan peruntukannya, yakni sebagai bahasa, makanan dan nama jurnal salah satu perguruan tinggi yang ada di Pamekasan, Madura. Sekian, mator sakalangkong!