CongkopObituari

Serial Pejuang Kemerdekaan RI Asal Sumenep, Bagian 6: KH Abd Mannan Jazuli

Avatar Of Dimadura
643
×

Serial Pejuang Kemerdekaan RI Asal Sumenep, Bagian 6: KH Abd Mannan Jazuli

Sebarkan artikel ini

Oleh: Tadjul Arifien R.

20250628 173325

Cropped Cropped Dimadura Logo2 1 150X150 1OBITUARI, DIMADURADi kala KH Abd Mannan Jazuli berusia 24 tahun, tepatnya bulan Pebruari 1946, melaksanakan perkawinannya dengan putri mantan Kades Ambunten Timur.

Satu minggu kemudian, beliau ditunjuk menjadi ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia Ambunten. Kemudian bergabung dengan barisan Sabilillah dan dipercaya sebagai pimpinan.

Wilayah operasinya meliputi Kecamatan Dasuk, Pasongsongan dan Rubaru. Putra Kiai Haji Jazuli, Pangelen, Dasuk, tersebut pernah menjadi santri di Ponpes Tambilangan, di bawah asuhan Kiai Syamsudin bin Dahlawi, selanjutnya mondok di Guluk-guluk, asuhan Kiai Abdullah Sajjad.

Kemudian melanjutkan belajar bersama Kiai Amir dan Kiai Asim dari Guluk-guluk, di Ponpes Tebuireng, Jombang, di bawah asuhan Hadratussyeikh Kiai Hasyim Asy’ari.

Semasa di pondok, beliau selalu tekun mengikuti pelajaran sehingga mampu menguasai beberapa ilmu dalam agama Islam.

Kala pendudukan Jepang, KH Abd Mannan Jazuli berada di Ponpes Latee, Guluk-guluk. Sautu hari disuruh berkumpul di pondok daerah Lubangsa untuk mendengarkan penerangan dari Pemerintah Jepang.

Pembicara Jepang adalah Fathorrahman (Haji) dari Kopedi, orang pribumi yang pro Jepang, dia menjelaskan tentang kemajuan bangsa Dai Nippon.

 

Kh Abd Mannan Jazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ishlah, Kecamatan Dasuk, Sumenep (Foto: Tadjul Arifien R./Doc. Dimadura)
Kh abd mannan jazuli, pengasuh pondok pesantren al-ishlah, kecamatan dasuk, sumenep (foto: tadjul arifien r. /doc. Dimadura)

Setelah selesai penjelasan, KH Abd Mannan Jazuli bertanya: “Menurut qaidah Islam, siapakah yang masuk golongan kafir harbi?” Fathor Rahman tidak mau menjawab dengan alasan pertanyaannya bernuansa politik.

Setelah selesai acara, beliau dipanggil oleh K. Khasin Ilyas dan dimarahi, karena pertanyaannya mengundang kecemburuan dan membuat marah orang Jepang.

Setelah beberapa hari ada kabar bahwa beliau diincar tentara Jepang untuk diciduk/ditangkap, tapi waktu itu tentara Jepang kalah pada Sekutu, sehingga tidak terjadi sesuatu.

Ketika beliau menjadi pimpinan Sabil, Kiai Aliwafa Ambunten kedatangan K. Ach. Zaini Miftah, utusan K. Zainal Arifin, Tarate, Sumenep, menyampaikan pesan bahwa kalau tentara Belanda masuk Sumenep, agar tidak melakukan perlawanan karena sesuai dari hasil istikharoh Kiai Tarate.

Beliau merasa masghul karena seakan tidak ada gunanya berlatih tempur/beladiri berbulan-bulan. Maklum, karena waktu itu beliau masih berjiwa muda.

Kemudian disadari, bahwa kalau melawanpun akan sia-sia bahkan pihaknya akan banyak korban, karena persenjataan Belanda lebih lengkap dan cukup canggih.

Selama melaksanakan tugas sebagai pimpinan barisan Sabilillah, beliau sering ditawan oleh tentara Belanda tapi tetap tegar menghadapinya.

Di waktu jadi tahanan penjajah, tidak lepas dari pemeriksaan, tekanan ataupun penyiksaan, itupun anggap sebagai konsekuensi dari perjuangan membela bangsa dan negara.

Beliau sempat tersentak kala mendengar berita tentang gugurnya gurunya, yakni K. Abdullah Sajjad, dari Pak Muslimah, yang satu ruangan dalam tahanan.

Alhamdulillah, beliau masih bisa menikmati masa kemerdekaan.

Pengasuh Ponpes Al-Ishlah, Dasuk, Kh Abd Mannan Jazuli (Foto: Istimewa/Doc. Dimadura)
Pengasuh ponpes al-ishlah, dasuk, kh abd mannan jazuli (foto: istimewa/doc. Dimadura)

Pada tahun 1982 hingga 1992, KH Abd Mannan Jazuli terpilih menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Sumenep.

Sekalipun selalu sibuk dalam perjuangannya, publik figur kelahiran tahun 1922 tersebut tetap aktif mengasuh Pondok Pesantren Al-Ishlah, Kecamatan Dasuk.


Sumber / Referensi:

  • KH. Abd. Manan Djazuli, 2009, Perjalanan Hidup KH Abd Manan Djazuli, Al Ishlah, Dasuk
  • Sulaiman, 1993, Masalah Pokok Sarasehan, Dewan Harian Cabang Angkatan 1945,
  • Tadjul Arifien R, 2022, Perjuangan Rakyat Sumenep, Pustaka INDIS