BudayaGharduSumenep

Profil Grup Musik Tongtong Raden Ageng

Avatar Of Dimadura
349
×

Profil Grup Musik Tongtong Raden Ageng

Sebarkan artikel ini
Koordinator Grup Musik Tongtong Raden Ageng, Syaiful Anwar, Pose Bersama 2 Penari Usai Tampil Di Pra Acara Panen Hadiah Simpedes Bri Sumenep 2024 (Foto: Mazdon/ Doc. Dimadura)
Koordinator Grup Musik Tongtong Raden Ageng, Syaiful Anwar, Pose Bersama 2 Penari Usai Tampil di Pra Acara Panen Hadiah Simpedes BRI Sumenep 2024 (Foto: Mazdon/ Doc. Dimadura)

Cropped Cropped Dimadura Logo2 1 150X150 1GARDU, BUDAYA – Gema musik tradisional membelah udara pagi yang cerah di alun-alun kota Sumenep, Minggu, 12 Januari 2025. Suasana Panen Hadiah Simpedes BRI Semester I 2024 pun terasa semakin semarak dengan penampilan Grup Musik Tongtong Raden Ageng.

Perpaduan denting perkusi khas Madura, gerakan lincah para penari, dan hiburan can-macanan menciptakan tontonan yang memukau para pengunjung.

KONTEN PROMOSI | SCROLL ...
Harga Booking Di Myze Hotel
Contact Me at: 082333811209

Di tengah antusiasme penonton, grup ini menjadi representasi semangat pelestarian budaya. Penampilan mereka menyiratkan dedikasi yang tak hanya menghibur, tetapi juga meneguhkan identitas budaya Madura di tengah arus modernitas.

Dukung Program Pemerintah

Kehadiran Tongtong Raden Ageng merupakan buah dari inisiatif Kepala Desa Marengan Daya, Untung Sigiono, S.Pd., yang mendorong warganya agar lebih peduli pada tradisi lokal.

Grup yang berdiri sejak 2023 ini sejalan dengan program pemerintah daerah dalam mempromosikan seni dan budaya sebagai bagian dari pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal.

Koordinator grup, Syaiful Anwar—akrab disapa Ipung—mengungkapkan bagaimana grup ini ikut menyemarakkan suasana seni di Sumenep.

“Kami mendukung pemerintah, ikut meramaikan Sumenep dengan beragam karakter musik tradisional tongtong. Pastinya setiap daerah kan punya khas cara memainkan perkusi dengan karakter masing-masing,” tuturnya kepada media ini, diwawancara seusai tampil.

Latihan rutin dua kali seminggu di markas sederhana mereka di Desa Marengan Daya menjadi ajang memperkuat kebersamaan dan keterampilan. Tradisi ini dijaga agar tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, sekaligus bukti bahwa budaya lokal memiliki tempat yang istimewa.

Semangat Generasi Muda

Tongtong Raden Ageng membuktikan bahwa tradisi tetap bisa menarik perhatian generasi muda. Grup yang terdiri dari 40 anggota ini sebagian besar diisi oleh anak-anak muda yang membawa energi baru dalam setiap penampilan mereka.

Hiburan tambahan berupa can-macanan—replika harimau yang dimainkan empat orang—menjadi daya tarik tersendiri.

Muh. Adim Mardiyono, pemilik can-macanan, menjelaskan bahwa awalnya hiburan ini dibuat hanya untuk mengisi waktu luang. “Awalnya hanya iseng untuk mengisi waktu luang, tapi ternyata menambah kemeriahan grup ini,” ungkapnya.

Keberadaan anak muda dalam grup ini bukan sekadar formalitas. Mereka menjadi motor penggerak yang menghadirkan inovasi dalam seni tradisional, menjadikannya relevan di tengah tantangan zaman yang terus berubah.

Menghidupkan Tradisi, Membangun Ekonomi

Bagi Tongtong Raden Ageng, pelestarian tradisi tidak berhenti pada aspek seni. Grup ini juga menjadikan musik tongtong sebagai peluang ekonomi yang memberikan manfaat nyata bagi anggotanya.

Dalam satu kali tampil, mereka mematok tarif Rp3,5 juta untuk siang hari dan Rp4,5 juta pada malam hari. Jika melibatkan can-macanan, ada tambahan biaya sebesar Rp300 ribu per unit.

Meski biaya produksi alat musik dan dekorasi mencapai Rp80 juta, Ipung menegaskan bahwa investasi ini sepadan.

“Dekor ini pesan, di Pasongsongan juga ada, saya pesannya ini di Legung. Sistemnya borongan, bahan dan sebagainya sudah dari sana. Sekitar Rp65 jutaan itu lah. Sisanya, alat-alatnya itu sekitar Rp15 juta itu dah,” ungkap Ipung.

Penampilan mereka telah menghiasi berbagai acara lokal, mulai dari hajatan hingga kegiatan sosial seperti suntikan balita.

“Orang ngundang biasanya, yang paling lumrah ya itu, untuk hajatan, tujuh belasan, sunnatan, suntikan balita itu kadang,” cerita Ipung.

Grup ini tidak sekadar melestarikan seni tradisional, tetapi juga menunjukkan bahwa tradisi mampu memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan.

Dengan menggabungkan semangat kolektif dan kreativitas, Tongtong Raden Ageng menghidupkan kembali seni tradisional yang sempat tergerus zaman, menjadikannya relevan sekaligus menguntungkan.

Penampilan mereka di acara Panen Hadiah Simpedes menjadi bukti bagaimana tradisi yang dikelola dengan baik dapat menghadirkan manfaat budaya dan ekonomi.

Di tangan generasi muda, seni tongtong Raden Ageng terus hidup sebagai simbol kebanggaan dan harapan bagi masyarakat Sumenep.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *