MateriSaketheng

Tidak Ada di Shahih Bukhari, Ternyata Hadis tentang Puasa Syawal Hanya Ada 7 dalam Kitab 9 Imam

Avatar of dimadura
143
×

Tidak Ada di Shahih Bukhari, Ternyata Hadis tentang Puasa Syawal Hanya Ada 7 dalam Kitab 9 Imam

Sebarkan artikel ini
Gambar Ilustrasi Tidak Ada Hadis tentang Puasa Syawal dalam Shahih Bukhari, Nasa'i dan Muwattha' Imam Malik
Gambar Ilustrasi: Kitab 9 Imam, Tidak Ada Hadis tentang Puasa Syawal dalam Shahih Bukhari, Nasa'i dan Muwattha' Imam Malik (Arsip DimaduraID)

IMG 20230304 014921 202 e1680177139947Materi, DimaduraID–Merangkum Ensiklopedi Hadits, ternyata hadis yang menjelaskan keutamaan puasa di Bulan Syawal hanya ada 7 dalam kitab 9 imam, selain Shahih Bukhari, Sunan Nasa’i dan Kitab Muwattha’ Imam Malik.

7 hadis tentang keutamaan Puasa Syawal itu diriwayatkan oleh 6 imam, antara lain dalam Shahih Muslim pada nomor hadis 1984, kemudian di Sunan Abu Daud (2078), Sunan Ahmad (22459), Hadis Tirmidzi (690), Ibnu Majah (1706 dan 1734) dan dalam Sunan Darimi (1689).

KONTEN PROMOSI | SCROLL ...
Pasang iklan bisnis dimadura
PASANG BANNER, HUBUNGI KAMI: 082333811209

Sementara dalam Sunan Nasa’i, hadis tentang Bulan Syawal justru hanya ada 3 hadis. Masing-masing menjelaskan tentang: 1) sunnah iktikaf di Bulan Syawal, 2) masuknya hari raya idulfitri, dan yang terakhir ke- 3) tentang hari dimana Nabi Muhammad menikah dan berkumpul dengan Siti Aisyah.

Demikian pula dalam Kitab Muwattha’ karya Imam Malik. Riwayat hadis tentang bulan Syawal dalam 2 jilid kitab tersebut hanya menjelaskan 2 perkara sunnah, yakni tentang iktikaf dan umroh di bulan Syawal.

Kemudian dalam Shahih Bukhari, sama sekali tidak ditemukan riwayat tentang keutamaan puasa syawal. Hanya ada 3 riwayat hadis yang keseluruhan menyebutkan tentang sunnah iktikaf di bulan Syawal.

7 Hadis tentang Keutamaan Puasa Syawal

Berikut redaksi sajikan 7 hadis tentang keutamaan puasa di bulan Syawal menurut riwayat 6 imam, yakni Imam Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Imam Abdullah bin Abdurrahman ad-Darimi.

Tidak ada salahnya sebagai referensi tambahan, berikutnya redaksi juga sertakan 3 riwayat hadis tentang bulan Syawal yang termaktub dalam Shahih Bukhari.

Baik, inilah 7 hadis tentang Puasa Syawal yang termaktub dalam Shahih Muslim dan 5 imam lainnya yang telah disebutkan di atas.

1. Shahih Muslim Nomor 1984

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَعِيلَ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِي سَعْدُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتِ بْنِ الْحَارِثِ الْخَزْرَجِيِّ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ أَخُو يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَخْبَرَنَا عُمَرُ بْنُ ثَابِتٍ أَخْبَرَنَا أَبُو أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ بِمِثْلِهِ و حَدَّثَنَاه أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ قَالَ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِه

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa’id dan Ali bin Hujr, semuanya dari Isma’il. Ibnu Ayyub berkata. Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far, telah mengabarkan kepadaku Sa’d bin Sa’id bin Qais dari Umar bin Tsabit bin Harits Al Khazraji dari Abu Ayyub Al Anshari radhiallahu’anhu, bahwa ia telah menceritakan kepadanya. Sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan, kemudian diiringi dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.”

Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami bapakku, telah menceritakan kepada kami Sa’ad bin Sa’id saudaranya Yahya bin Sa’id, telah mengabarkan kepada kami Umar bin Tsabit, telah mengabarkan kepada kami Ayyub Al Anshari radhiallahu’anhu, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda dengan hadits semisalnya.

Dan telah menceritakannya kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Mubarak dari Sa’ad bin Sa’id, ia berkata, Aku mendengar Umar bin Tsabit berkata, Aku mendengar Abu Ayyub radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda dengan hadits yang serupa.

2. Sunan Abu Daud Nomor 2078

حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Sa’ad bin Sa’id dari ‘Umar bin Tsabit dari Abu Ayyub Al Anshari berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa puasa Ramadan kemudian dilanjutkan enam hari di bulan Syawal, terhitung puasa sepanjang masa.”

3. Sunan Tirmidzi Nomor 690

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ وَفِي الْبَاب عَنْ جَابِرٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَثَوْبَانَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي أَيُّوبَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ اسْتَحَبَّ قَوْمٌ صِيَامَ سِتَّةِ أَيَّامٍ مِنْ شَوَّالٍ بِهَذَا الْحَدِيثِ قَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ هُوَ حَسَنٌ هُوَ مِثْلُ صِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ

قَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ وَيُرْوَى فِي بَعْضِ الْحَدِيثِ وَيُلْحَقُ هَذَا الصِّيَامُ بِرَمَضَانَ وَاخْتَارَ ابْنُ الْمُبَارَكِ أَنْ تَكُونَ سِتَّةَ أَيَّامٍ فِي أَوَّلِ الشَّهْرِ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ إِنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ مِنْ شَوَّالٍ مُتَفَرِّقًا فَهُوَ جَائِزٌ قَالَ وَقَدْ رَوَى عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ وَسَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذَا وَرَوَى شُعْبَةُ عَنْ وَرْقَاءَ بْنِ عُمَرَ عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ هَذَا الْحَدِيثَ وَسَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ هُوَ أَخُو يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيِّ

وَقَدْ تَكَلَّمَ بَعْضُ أَهْلِ الْحَدِيثِ فِي سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ حَدَّثَنَا هَنَّادٌ قَالَ أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ عَنْ إِسْرَائِيلَ أَبِي مُوسَى عَنْ الْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ قَالَ كَانَ إِذَا ذُكِرَ عِنْدَهُ صِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ مِنْ شَوَّالٍ فَيَقُولُ وَاللَّهِ لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ بِصِيَامِ هَذَا الشَّهْرِ عَنْ السَّنَةِ كُلِّهَا

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Sa’d bin Sa’id dari Umar bin Tsabit dari Abu Ayyub dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang berpuasa Ramadan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, maka hal itu sama dengan puasa setahun penuh.”

Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Jabir, Abu Hurairah dan Tsauban. Abu ‘Isa berkata, hadits Abu Ayyub adalah hadits hasan shahih. Sebagian ulama menyukai untuk berpuasa enam hari di bulan Syawal berdasarkan hadits ini.

Ibnu Al Mubarak berkata, pendapat itu baik seperti halnya berpuasa tiga hari di pertengahan tiap bulan, Ibnu Al Mubarak melanjutkan, telah diriwayatkan di sebagian hadits, bahwa puasa ini lanjutan dari puasa Ramadan, Ibnu Mubarak memilih dan lebih menyukai berpuasa enam hari di awal bulan berturut-turut namun tidak mengapa jika ingin berpuasa enam hari tidak berurutan.

(Perawi) berkata, ‘Abdul Aziz bin Muhammad, telah meriwayatkan hadits ini dari Shafwan bin Sulaim, sedangkan Sa’ad bin Sa’id meriwayatkannya dari Umar bin Tsabit dari Abu ‘Ayyub dari Nabi ﷺ. Begitu juga Syu’bah meriwayatkan hadits ini dari Warqa’ bin Umar dari Sa’ad bin Sa’id.

Sa’ad bin Sa’id ialah saudaranya Yahya bin Sa’id Al Anshari, para ahlul hadits mencela Sa’ad bin Sa’id dari segi hafalannya. Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al Ju’fi dari Isra’il Abu Musa dari Hasan Al Bashri beliau berkata:

“Jika disebutkan padanya puasa enam hari di bulan Syawal dia berkata, demi Allah, sungguh Allah telah ridha kepada puasa enam hari di bulan Syawal sebanding dengan puasa setahun penuh.”

4. Sunan Ibnu Majah Nomor 1706

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصَوْمِ الدَّهْرِ

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dari Sa’d bin Sa’id dari Umar bin Tsabit dari Abu Ayyub ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa berpuasa Ramadan kemudian mengikutinya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka itu senilai puasa satu tahun.”

5. Sunan Ibnu Majah Nomor 1734

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ الدَّرَاوَرْدِيُّ عَنْ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُسَامَةَ بْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ أَنَّ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ كَانَ يَصُومُ أَشْهُرَ الْحُرُمِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُمْ شَوَّالًا فَتَرَكَ أَشْهُرَ الْحُرُمِ ثُمَّ لَمْ يَزَلْ يَصُومُ شَوَّالًا حَتَّى مَاتَ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ash Shabbah berkata, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz Ad Darawardi dari Yazid bin Abdullah bin Usamah bin Al Had dari Muhammad bin Ibrahim bahwa Usamah bin Zaid melakukan puasa pada bulan-bulan haram. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya:

“Berpuasalah di bulan Syawal. Maka kemudian, ia tidak lagi berpuasa di bulan-bulan haram dan tidak pernah berhenti puasa Syawal hingga meninggal.”

6. Musnad Ahmad Nomor 22459

حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Sa’ad bin Sa’id dari ‘Umar bin Tsabit dari Abu Ayyub Al Anshari berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa puasa Ramadan kemudian dilanjutkan enam hari di bulan Syawal, terhitung puasa sepanjang masa.”

7. Sunan Darimi Nomor 1689

حَدَّثَنَا نُعَيْمُ بْنُ حَمَّادٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ وسَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتَّةً مِنْ شَوَّالٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ

Telah menceritakan kepada kami Nu’aim bin Hammad, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad, telah menceritakan kepada kami Shafwan dan Sa’d bin Sa’id dari Umar bin Tsabit dari Abu Ayyub dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:

“Barang siapa berpuasa bulan Ramadan kemudian mengiringinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka yang demikian itu seperti puasa satu tahun.”

3 hadits tentang Bulan Syawal dalam Shahih Bukhari

Selanjutnya, berikut ini 3 hadits tentang Bulan Syawal dalam Shahih Bukhari yang–sebagaimana telah dijelaskan di pengantar–menjelaskan tentang keutamaan sunnah iktikaf di Bulan Syawal.

1. Hadis Nomor 1892

حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَكُنْتُ أَضْرِبُ لَهُ خِبَاءً فَيُصَلِّي الصُّبْحَ ثُمَّ يَدْخُلُهُ فَاسْتَأْذَنَتْ حَفْصَةُ عَائِشَةَ أَنْ تَضْرِبَ خِبَاءً فَأَذِنَتْ لَهَا فَضَرَبَتْ خِبَاءً فَلَمَّا رَأَتْهُ زَيْنَبُ ابْنَةُ جَحْشٍ ضَرَبَتْ خِبَاءً آخَرَ فَلَمَّا أَصْبَحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى الْأَخْبِيَةَ فَقَالَ مَا هَذَا فَأُخْبِرَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَالْبِرَّ تُرَوْنَ بِهِنَّ فَتَرَكَ الِاعْتِكَافَ ذَلِكَ الشَّهْرَ ثُمَّ اعْتَكَفَ عَشْرًا مِنْ شَوَّالٍ

Telah menceritakan kepada kami Abu An-Nu’man, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, telah menceritakan kepada kami Yahya dari ‘Amrah dari ‘Aisyah radhiallahu’anha berkata:

“Nabi ﷺ beriktikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan dan aku membuatkan tenda khusus untuk beliau, dan setiap beliau selesai dari salat Subuh beliau masuk ke dalam tenda tersebut. Kemudian Hafshah meminta izin kepada ‘Aisyah untuk juga membuat tenda, maka ‘Aisyah mengizinkannya, lalu Hafshah membuatnya.”

“Ketika Zainab putri dari Jahsy melihatnya ia pun membuat tenda yang lain buatnya. Pada pagi harinya Nabi ﷺ melihat tenda-tenda tersebut lalu berkata, “Apa ini?” Lalu beliau diberitahu. Maka Nabi ﷺ berkata, “Apakah kalian melihat kebaikan ada padanya (dengan membuat tenda-tenda ini)?”

Akhirnya beliau meninggalkan iktikaf pada bulan itu lalu beliau ber’tikaf sepuluh hari pada bulan Syawal.

2. Hadis Nomor 1893

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلَمَّا انْصَرَفَ إِلَى الْمَكَانِ الَّذِي أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ إِذَا أَخْبِيَةٌ خِبَاءُ عَائِشَةَ وَخِبَاءُ حَفْصَةَ وَخِبَاءُ زَيْنَبَ فَقَالَ أَالْبِرَّ تَقُولُونَ بِهِنَّ ثُمَّ انْصَرَفَ فَلَمْ يَعْتَكِفْ حَتَّى اعْتَكَفَ عَشْرًا مِنْ شَوَّالٍ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Yahya bin Sa’id dari ‘Amrah binti ‘Abdurrahman dari ‘Aisyah radhiallahu’anha berkata:

“Nabi ﷺ hendak beriktikaf. Ketika beliau menuju tempat khusus untuk iktikaf beliau, beliau melihat ada tenda-tenda, yaitu tendanya ‘Aisyah, Hafshah dan Zainab. Maka beliau berkata, “Apakah kalian melihat kebaikan ada padanya (dengan membuat tenda-tenda ini)?”

Akhirnya beliau pergi dan tidak jadi iktikaf. Kemudian beliau ber’tikaf sepuluh hari pada bulan Syawal.

3. Hadis Nomor 1904

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ أَبُو الْحَسَنِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا الْأَوْزَاعِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَتْنِي عَمْرَةُ بِنْتُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ أَنْ يَعْتَكِفَ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ فَاسْتَأْذَنَتْهُ عَائِشَةُ فَأَذِنَ لَهَا وَسَأَلَتْ حَفْصَةُ عَائِشَةَ أَنْ تَسْتَأْذِنَ لَهَا فَفَعَلَتْ فَلَمَّا رَأَتْ ذَلِكَ زَيْنَبُ ابْنَةُ جَحْشٍ أَمَرَتْ بِبِنَاءٍ فَبُنِيَ لَهَا

قَالَتْ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى انْصَرَفَ إِلَى بِنَائِهِ فَبَصُرَ بِالْأَبْنِيَةِ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا بِنَاءُ عَائِشَةَ وَحَفْصَةَ وَزَيْنَبَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَالْبِرَّ أَرَدْنَ بِهَذَا مَا أَنَا بِمُعْتَكِفٍ فَرَجَعَ فَلَمَّا أَفْطَرَ اعْتَكَفَ عَشْرًا مِنْ شَوَّالٍ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muqatil Abu Al Hasan, telah mengabarkan kepada kami ‘Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Al Awza’iy berkata, telah menceritakan kepada saya Yahya bin Sa’id berkata-

Telah menceritakan kepada saya ‘Amrah binti ‘Abdurrahman dari ‘Aisyah radhiallahu’anha bahwa Rasulullah ﷺ memberitahu bahwa beliau akan beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.

Lalu ‘Aisyah radhiallahu’anha meminta izin kepada beliau (untuk membuat bangunan (tenda) khusus) maka dia diizinkan. Kemudian Hafshah meminta ‘Aisyah radhiallahu’anha agar memintakan izin kepada beliau untuknya lalu dilakukan oleh ‘Aisyah radhiallahu’anha.

Ketika melihat hal itu, Zainab binti Jahsy memerintahkan pula untuk membuatkan tenda, maka tenda itu dibuat untuknya. ‘Aisyah radhiallahu’anha berkata:

“Adalah Rasulullah ﷺ bila telah selesai dari salat, beliau kembali ke tempat khusus iktikaf. Maka beliau melihat ada banyak tenda, lalu berkata, “Apa ini?” Mereka menjawab, “Ini tenda-tenda milik ‘Aisyah, Hafshah dan Zainab.”

Maka beliau bersabda: “Apakah mereka mengharapkan kebajikan dengan tenda-tenda ini? Aku tidak akan beriktikaf.”

Maka beliau pulang ke rumah. Setelah Idulfitri beliau iktikaf sepuluh hari di bulan Syawal.


Baca Artikel dan Berita DimaduraID lebih mudah di Google News. Mator sakalangkong!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *