NEWS DIMADURA, SUMENEP –Pemuda Desa Kebunan, Kabupaten Sumenep, menggelar acara “Cator Perkusi Arabat Tradisi (CPAT)” dengan tajuk “Mabecce’ Tengka, Lebat Karya” di lapangan Desa Kebunan, Jawa Timur, Kamis malam (25/12/2024).
Acara tersebut bertujuan menjadi refleksi akhir tahun sekaligus ajang silaturahmi para pegiat seni musik perkusi di wilayah Sumenep.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber Ayos Arif, Koordinator Departemen Musik dan Tradisi Dewan Kesenian Sumenep.
Turut hadir meramaikan acara ini, berbagai kelompok musik daul dan paguyuban musik tongtong, komunitas seni, sanggar, organisasi kepemudaan, hingga organisasi mahasiswa seperti BEM Sumenep.
Acara yang berlangsung hingga larut malam dengan apresiasi yang luaslr biasa dari para peserta.
Dhia Fitria, Ketua Umum Pemuda Desa Kebunan, mengutarakan bahwa acara ini akan menjadi langkah awal pemuda desanya untuk berkontribusi di dunia seni musik lokal.
“Kami ingin menutup tahun 2024 dengan terobosan baru, yakni membentuk grup musik daul baru di bawah Departemen Seni Budaya dan Olahraga Pemuda Desa Kebunan. Selain itu, kami juga menginisiasi pengadaan alat musik daul dan tongtong,” ujarnya.
Menurut Dhia, acara ini sekaligus menjadi ajang bagi komunitasnya untuk memperkenalkan grup musik tongtong yang baru dibentuk.
“Alhamdulillah, kehadiran sekitar 27 grup musik tongtong tadi malam memberikan semangat baru. Dukungan dari komunitas seni dan teman-teman organisasi mahasiswa juga sangat berarti bagi kami,” tambahnya.
Kolaborasi antar grup musik dan diskusi hangat bersama pegiat seni tersebut menurutnya telah menghasilkan banyak ide baru untuk pengembangan musik perkusi di Sumenep.
“Kami optimistis untuk melanjutkan tradisi ini di masa mendatang,” ucapnya.
Acara ditutup dengan penampilan kolaboratif bertajuk “Ngareyong Abareng”, di mana beberapa grup musik tongtong bersatu membawakan komposisi spesial.
Sementara Ayos Arif, selaku narasumber memaparkan—– pentingnya acara ini sebagai refleksi perkembangan musik perkusi di Madura, khususnya di Sumenep.
“Cator Perkusi Arabat Tradisi ini menjadi ruang kilas balik untuk melihat perkembangan musik perkusi sebagai warisan masalalu. Kami tadi malam berdiskusi tentang orkestrasi musik perkusi, eksplorasi pola dasar, hingga kontrol dinamika alat musik,” ujar Ayos.
Ia berharap acara serupa dapat terus berlanjut, baik di tingkat komunitas maupun perguruan tinggi.
“Kami ingin mengajak teman-teman mahasiswa untuk membawa musik perkusi ke dunia kampus, seperti program “Percussion Goes to Campus,” katanya.***