NEWS DIMADURA, SUMENEP -Kepala Dinas Pendidikan Sumenep, Jawa Timur, Agus Dwi Saputra, menegaskan bahwa pendidikan di era digital harus fokus pada tiga komponen utama: karakter, kompetensi, dan literasi.
Hal ini disampaikan dalam rangka menghadapi tantangan pendidikan di tengah derasnya arus informasi yang sulit dibendung.
Menurut Agus, pendidikan karakter menjadi fondasi utama yang harus seimbang antara akhlak dan kinerja, diikuti oleh penguatan kompetensi ilmu pengetahuan serta literasi yang tidak sekadar membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman, berpikir kritis, dan kemampuan mengelola informasi.
“Kita ingin menghasilkan generasi yang tidak hanya baik secara akhlak, tetapi juga rajin dan berkinerja tinggi. Jangan sampai mereka jujur tapi malas, atau rajin tapi tidak memiliki integritas,” ujar Agus, Selasa (18/02/25).
Agus menjelaskan, literasi dalam konteks kekinian tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman mendalam, berpikir kritis, serta kemampuan menangkap dan mengelola informasi dengan benar.
“Seringkali kita membaca informasi tidak tuntas, seperti saat membaca pesan di WhatsApp yang terlalu panjang. Ini menjadi tantangan tersendiri,” tambahnya.
Untuk menguatkan pendidikan karakter, ia mengaku, Dinas Pendidikan Sumenep telah mengintegrasikan program Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam kurikulum sekolah dasar.
Melalui P5, siswa tidak hanya diajarkan tentang nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, tetapi juga diajak untuk menghargai perbedaan, berpikir kritis, dan bekerja sama.
“Anak-anak diajarkan untuk menerima perbedaan, baik dalam agama, latar belakang, maupun pemikiran. Ini adalah bagian dari pembentukan karakter,” ujar Agus.
Selain itu, Agus menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak. Menurutnya, waktu anak di sekolah hanya sekitar 8 jam sehari, sementara 16 jam lainnya dihabiskan di rumah.
“Pendidikan karakter yang utama justru dimulai dari rumah. Orang tua harus memiliki kedekatan dengan anak agar mereka mau bercerita dan terbuka tentang apa yang dialami di sekolah,” jelasnya.
Untuk memastikan sinergi antara sekolah dan orang tua, ia mendorong sekolah-sekolah untuk membangun komunikasi yang efektif dengan keluarga siswa.
Beberapa sekolah bahkan telah memiliki penghubung khusus, seperti pengurus kelas, yang bertugas menjembatani komunikasi antara guru dan orang tua.
“Istri saya dulu juga pernah menjadi pengurus kelas. Ini adalah salah satu upaya untuk memastikan orang tua terlibat aktif dalam pendidikan anak,” ujar Agus.
Dengan langkah-langkah ini, Agus berharap pendidikan di Sumenep dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkarakter kuat dan mampu menghadapi tantangan di era digital.
“Kita ingin anak-anak tidak hanya instan dalam hasil, tetapi juga memahami proses. Ini adalah kunci untuk membangun generasi yang tangguh,” pungkasnya.***