NEWS DIMADURA, SUMENEP–Festival Ketupat 2025 yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura Jawa Timur, di Pantai Slopeng, berlangsung meriah dengan nuansa budaya khas Madura yang kental.
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, menyebut tradisi tersebut sebagai simbol eratnya nilai kebersamaan dalam masyarakat.
Kegiatan yang mengangkat tradisi Tellasan Topak itu diikuti sekitar 1.500 undangan dan masyarakat umum.
Sejak pagi, area wisata Pantai Slopeng telah dipenuhi pengunjung yang antusias menyambut perayaan yang dipenuhi ragam pertunjukan seni, lomba kuliner, dan simbol-simbol budaya.
Acara ini dibuka pada pukul 08.00 WIB dengan perlombaan menyajikan dan merangkai ketupat. Dan dihadiri Bupati Fauzi bersama jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) yang disambut hangat oleh tarian tradisional serta alunan musik sronen.
Setelah itu, rombongan kemudian meninjau jalannya lomba dan disambut pertunjukan musik tongtong, yang semakin menghidupkan suasana.
Kegiatan diawali dengan doa bersama, serta laporan kegiatan oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar), serta penampilan tari pesisir sebagai representasi budaya pesisir Madura.
Dalam kesempatan itu, Bupati Fauzi menegaskan pentingnya menjaga tradisi Tellasan Topak sebagai bagian dari identitas dan warisan leluhur.
Ia menekankan bahwa budaya ketupat bukan sekadar kuliner, melainkan sarana mempererat tali silaturahmi di tengah masyarakat.
“Ketupat dalam Tellasan Topak bukan hanya soal makanan. Ini tentang duduk bersama, membangun kebersamaan, berbagi cerita, dan merawat nilai kekeluargaan di ruang publik yang menyatukan,” ujar Bupati. Senin (7/4/2025).
Bupati berharap, Festival Ketupat menjadi bagian tak terpisahkan dari agenda budaya tahunan, sekaligus wadah edukasi kultural bagi generasi muda.
“Tradisi ini adalah identitas kita. Jangan sampai tergerus zaman. Mari kita jaga agar tetap hidup, lestari, dan diwariskan kepada anak cucu kita,” pungkasnya.
Puncak acara ditandai dengan prosesi “Topak Lober” arak-arakan gunungan ketupat dan tumpeng yang diiringi musik sronen serta pembacaan doa oleh tokoh agama.
Sebagai simbol dimulainya tradisi perebutan ketupat, Bupati bersama Ibu Nia Kurnia Fauzi menarik janur kuning di hadapan para tamu.
Kemudi acara tersebut ditutup dengan pelepasan dara oddag (merpati putih) oleh Bupati dan Forkopimda sebagai lambang harapan dan perdamaian untuk seluruh masyarakat Sumenep. ***