NEWS, SUMENEP — Pagelaran Festival Ketupat Sumenep 2024 disemarakkan dengan lomba merangkai orong ketupat, dipusatkan di area wisata Pantai Lombang, Selasa siang tanggal 16 April 2024.
Seni merangkai orong ketupat sendiri merupakan tradisi nenek-moyang orang Madura tiap kali hendak menyambut Lebaran Ketupat.
Setiap tahun setelah merayakan lebaran Idulfitri, masyarakat empat kabupaten di Madura yakni Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan, biasanya akan berpuasa syawal selama 6 hari lalu menutupnya dengan Hari Raya Ketupat.
Di era tahun 1990-an, saat hendak menyambut Lebaran Ketupat, setiap keluarga di perkotaan maupun pedesaan di Madura biasanya akan berkumpul untuk membuat orong ketupat secara berjemaah.
Para orang tua akan mengajarkan kepada anak-anak mereka bagaimana cara merangkai berbagai macam bentuk orong ketupat; seperti topa’ masèghit, topa’ toju’, topa’ menara, topa’ masaghi empa’, dan lain sebagainya.
BACA JUGA:
- Momen Festival Ketupat & Layangan LED 2024, Para Pedagang di Pantai Lombang Panen Cuan
- 54 Layangan LED Hiasi Langit Lombang, Wabup Dewi Khalifah: Alhamdulillah, Cuaca dan Angin Bersahabat!
- Dirut BPRS Bhakti Sumekar Berharap 40 Kios Binaannya di Pantai Lombang Bisa Ikut Tumbuh Bersama Calender Event of Sumenep 2024
Namun belakangan, seiring berkembangnya zaman dan semakin canggihnya teknologi yang membuat masyarakat lebih suka pada hal-hal yang instan, tradisi seni merangkai orong ketupat pun perlahan mulai jarang ditemukan kecuali di beberapa pelosok pedesaan.
Saat hendak memasak soto atau kaldu misalnya, rerata masyarakat Sumenep pada khususnya, dan Madura pada umumnya, kini sudah lebih suka menggunakan bahan lontong.
Sebab, selain cara membuatnya lebih praktis, hasilnya pun dianggap lebih empuk daripada menggunakan rajutan janur atau daun kelapa muda. Soal harum isian ketupat dan lontong saat masak, keduanya jelas punya khas aroma masing-masing.
Lomba Merangkai Orong Ketupat
Inilah salah-satu alasan mengapa Pemkab Sumenep coba menghadirkan kembali seni tradisi nenek-moyang dalam pagelaran Festival Ketupat dan Layangan LED tahun 2024.
Pantauan dimadura, para peserta lomba merangkai orong pada Festival Ketupat Sumenep 2024 tampak bersemangat. Misi lomba ini menargetkan siapa yang paling cepat dan paling kreatif dalam membuat orong ketupat.
Wabup Sumenep, Dewi Khalifah, juga tampil mendampingi peserta lomba. Perempuan nomor satu di Kabupaten Sumenep itu coba bernostalgia akan masa kanaknya dimana ia bersama keluarganya doeloe sempat membuat orong topa’ bersama-sama.
Lomba Adu Cepat dan Kreatif
Lomba merangkai orong ketupat ini diikuti oleh sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Badan Usaha Miik Daerah (BUMD), dan Pemerintah Kecamatan Batang-Batang Kabupaten Sumenep.
Para peserta yang ikut diwajibkan mengenakan baju khas Madura; baju sakera untuk peserta laki-laki, dan bju kebaya untuk para peserta wanita.
Mereka tampak anggun dan penuh semangat saat berkreasi membuat orong ketupat dalam durasi waktu selama 30 menit.
Pemenang adalah mereka yang berhasil menyelesaikan orong ketupat tepat waktu dengan hasil sajian kreasi orong ketupat yang bagus dan bernilai seni tinggi.
“Jadi ini ada yang membuat rangkaian ketupat persegi empat, ada pula yang mempercantiknya dengan model ketupat masèghit, menara, dan lain-lain seperti yang kita lihat bersama tadi,” kata Nyi Eva, sapaan akrab Wakil Bupati Sumenep.
“Seni merangkai orong ketupat ini adalah tradisi nenek-moyang orang Sumenep, atau Madura dan Jawa pada umumnya setiap tahun di Lebaran Ketupat,” sambung Wabup Dewi Khalifah.
BACA JUGA:
- Lebaran Ketupat: Sejarah, Tradisi, dan Filosofinya menurut Ajaran Sunan Kalijaga
- 13 Tradisi Wajib Orang Madura saat Momen Lebaran
- Tellasan Ghi’ Jhâman Kona, Naskah Serradhânnèppon Radhin Abdurrahman Sastrasubrata
Menyimpan Makna Filosofis
Menurut Wabup Dewi Khalifah, tradisi merangkai orong ketupat ini sebenarnya menyimpan pesan silaturrahmi yang dianjutkan dalam Islam.
“Ada filosofi di dalamnya untuk mempererat persaudaraan, sebagaimana yang diajarkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga,” ungkap Nyi Eva.
“Oleh karena itu, ini adalah tradisi yang harus tetap ada, harus kita rawat dan jaga bersama agar tidak punah,” imbuh perempuan nomor satu di Kabupaten Sumenep itu.
Nyi Eva berharap, peserta lomba membuat orong ketupat pada momen Festival Ketupat tahun depan tidak hanya diikuti oleh delegasi per-OPD, BUMD dan Camat.
“Untuk lomba-lomba selanjutnya nanti, peserta juga harus menyasar kalangan masyarakat lainnya, misalnya delegasi dari lembaga sekolah, organisasi kepemudaan dan lainnya,” sebutnya.
Sebab, seni merangkai orong ketupat ini merupakan turun-menurun di Madura, “tentunga anak-anak sekarang juga harus bisa,” pungkasnya.***