GHÂRḌU, BUDAYA – Selain mudik, ada sejumlah tradisi pada momen lebaran idulfitri dan hari raya ketupat yang hingga kini masih melekat di kalangan masyarakat 4 kabupaten di Madura.
Setiap tahun, masyarakat 4 kabupaten di Madura; yakni Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan, lumrah melaksanakan atau, boleh diistilahkan dengan—”memegang teguh” ragam tradisi tersebut.
Jika tidak melaksanakannya, momen lebaran idulfitri atau hari raya ketupat seolah kurang lengkap dan terkesan seperti waktu pada hari-hari biasa.
Apa saja tradisi yang seolah wajib ada bagi masyarakat di Madura saat momen lebaran tersebut?
Simak 13 Tradisi Wajib Orang Madura saat Momen Lebaran:
BACA JUGA:
- 3 Model Pembukaan Pidato Bahasa Madura
- 10 Kriteria Pidato Bahasa Madura yang Bagus, Salah-satunya Harus Jelas dan Terstruktur
- 5 Contoh Singkat Pembukaan dan Penutup Pidato Bahasa Madura
1. Nyabâ’ Kembhâng ka Kobhurân
Tradisi Nyabâ’ Kembhâng ka Kobhurân atau meletakkan bunga di atas kuburan lumrah dilakukan oleh tidak hanya orang Madura, melainkan juga oleh masyarakat Jawa Timur secara umum.
Kebiasaan ini lumrah dimaknai dengan begitu kuatnya ikatan batin orang Madura bahkan kepada orang yang sudah meninggal sekalipun.
Beraneka macam bunga harum seperti, melati, cempaka, kenanga, kamboja, daun pandan dan/atau lain sebagainya yang mereka taburkan di atas kuburan para leluhur atau kerabat yang telah meninggal itu mengisyaratkan pesan cinta bahwa mereka masih mengingat keberadaan si ahli kubur semasa hidupnya.
Di Kabupaten Sumenep, kita akan menjumpai sejumlah penjual racik bunga ziarah di pinggiran kota, seperti di jalan raya area Pemakaman Umum Pamolokan, Taman Makam Pahlawan Pandian, Asta Tinggi, Pemakaman Muslim Pabian, dan tempat lainnya.
Saat hendak meletakkan bunga ziarah ke makam, para ortu biasanya akan mengajak putra-putri mereka, agar kelak ketika mereka wafat, anak-cucu mereka juga melakukan tradisi yang sama; tabur bunga, bersih-bersih, mengaji atau sekadar baca doa dan surat-surat pendek dalam Alquran.
“Ma’ olle cellep kobhurânna”, agar sejuk dalam kuburnya. Demikian kalimat yang seringkali diucapkan para ortu di Madura kepada anak-anak mereka.
2. Ngajhi è Makam/Asta
Seusai menaburkan bunga ziarah, orang-orang di sejumlah daerah di Madura pada khususnya, dan di Jawa secara umum, biasanya akan mengaji di area dekat makam leluhur.
Membaca Alquran di area dekat makam atau asta ini dalam Bahasa Madura dapat diucapkan dengan okara “Ngajhi è Seddhi’na Koburân otabâ Asta”.
Kegiatan ini biasanya dilakukan satu hari sebelum lebaran atau, setelah turun dari masjid usai melaksanakan salat idulfitri.
Lebih-lebih jika hari raya Idulfitri jatuh pada hari Jumat, masing-masing keluarga biasanya akan berbondong-bondong pergi berziarah untuk membersihkan area makam leluhurnya, menaburkan bunga dan mengaji bersama untuk almarhum.
3. Nabbhu Thongthong
Tidak hanya pada bulan puasa saat hendak mengajak masyarakat sahur, tabbhuwân thongthong (tetabuhan tongtong) di sejumlah desa di Madura kerap kali menjadi latar pekik takbir di musala-musala kecil perkampungan saat malam lebaran Idulfitri.
Respon (4)