NEWS DIMADURA, SUMENEP–Dalam semangat memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada 1 Juni 2025, Kepala Desa Basoka, Sumenep Jawa Timur, Achmad Suhdi, menegaskan komitmennya untuk menjadikan desa sebagai garda terdepan dalam merawat keutuhan bangsa melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat desa untuk tidak sekadar menjadikan Pancasila sebagai simbol, tetapi sebagai pedoman hidup yang nyata dalam tindakan dan kebijakan.
“Pancasila milik kita semua, Nilai-nilai luhur ini justru tumbuh subur di desa. Gotong royong, musyawarah, keadilan sosial, semua itu sudah lama menjadi nadi kehidupan masyarakat desa,” ujar Achmad Suhdi, Sabtu (1/6/2025).
Menurut Suhdi, semangat Pancasila tercermin dalam berbagai program pembangunan yang berbasis pada aspirasi warga.
Ia mencontohkan inisiatif desa dalam membangun lumbung pangan bersama, sistem irigasi berbasis partisipasi warga, hingga pelatihan keterampilan bagi pemuda dan ibu rumah tangga.
“Ketika kita bicara keadilan sosial, maka desa harus memastikan tak ada satu pun warganya yang tertinggal. Kami terus mendorong agar pembangunan tidak hanya fisik, tetapi juga membangun manusianya,” kata Suhdi.
Sebagai bagian dari implementasi sila keempat, ia juga menekankan pentingnya budaya musyawarah dalam pengambilan keputusan desa.
”Kami libatkan tokoh agama, pemuda, dan perempuan dalam setiap proses pembangunan. Ini bukan hanya partisipatif, tetapi juga mencerminkan demokrasi Pancasila yang inklusif,” imbuhnya.
Dalam konteks sosial, Desa Basoka yang dihuni oleh berbagai latar belakang ragam dan profesi menjadi contoh bagaimana Pancasila menjadi perekat kebhinekaan.
“Meskipun kami berbeda latar belakang, tidak ada sekat di antara kami. Karena kami percaya, Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar semboyan, tapi kenyataan yang kami rawat setiap hari,” ungkap.
Suhdi juga menjelask, di tengah tantangan globalisasi dan arus informasi yang masif, Suhdi juga mengingatkan pentingnya peran desa dalam membentengi generasi muda dari paham-paham yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Ia mendorong pelibatan tokoh agama dan pendidikan dalam membangun kesadaran ideologis sejak dini.
Penguatan kapasitas aparatur desa, pendidikan ideologi, dan dukungan anggaran pembangunan berbasis nilai-nilai Pancasila perlu ditingkatkan.
“Kalau ingin Indonesia kuat, maka bangunlah desa dengan nilai-nilai Pancasila. Dari desa, kita rawat Indonesia. Dari desa, kita teguhkan jati diri bangsa,” pungkasnya.***