dimadura
Beranda Okara Esai Lost in the Scroll: Saatnya Pemuda Bangkit dari Keterlenaan Digital

Lost in the Scroll: Saatnya Pemuda Bangkit dari Keterlenaan Digital

Cropped Cropped Dimadura Logo2 1 150X150 1OKARA, DIMADURA – Di tengah kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, kita menghadapi kenyataan baru yang tak bisa diabaikan: keterlenaan digital.

Fenomena ini melanda jutaan pemuda di seluruh dunia. Gawai yang semula menjadi alat bantu produktivitas kini perlahan berubah menjadi pengalih fokus, pencuri waktu, bahkan peredam cita-cita. Satu scroll membawa ke scroll berikutnya, hingga hari-hari berlalu tanpa makna yang utuh.

Statistik dari We Are Social (2024) mencatat bahwa rata-rata waktu yang dihabiskan remaja di media sosial mencapai lebih dari 3 jam per hari. Angka itu setara dengan waktu untuk membaca dua buku, menyusun satu proposal bisnis, atau berdiskusi dalam tiga pertemuan organisasi. Kita sedang kehilangan potensi besar hanya karena terpaku pada layar.

Pemuda adalah poros utama perubahan. Sejarah mencatat bahwa kebangkitan bangsa, revolusi sosial, hingga loncatan-loncatan budaya selalu digerakkan oleh anak muda. Namun hari ini, banyak dari mereka justru tenggelam dalam budaya konsumtif digital menjadi penonton, bukan pelaku.

Padahal seperti kata Malcolm X, “The future belongs to those who prepare for it today.” Pertanyaannya: sedangkah kita mempersiapkan masa depan atau justru membiarkannya tergerus notifikasi?

Masalahnya bukan pada teknologinya, melainkan pada cara kita menggunakannya. Teknologi adalah alat, bukan tujuan.

Sayangnya, banyak pemuda yang tidak lagi memegang kendali atas alat itu. Mereka mengonsumsi konten demi konten tanpa filter, membentuk pola pikir pasif, dan kehilangan arah visi hidup.

Oleh karena itu, sudah saatnya pemuda bangkit dari keterlenaan ini. Bangkit bukan berarti meninggalkan teknologi, tetapi mulai menggunakannya secara sadar dan terarah.

Media sosial bisa menjadi tempat untuk berdakwah, berdiskusi, berkampanye, bahkan membangun bisnis. Yang dibutuhkan hanyalah perubahan sikap: dari yang sekadar menikmati menjadi yang menciptakan; dari yang reaktif menjadi yang reflektif.

Langkah kecil bisa dimulai hari ini. Batasi waktu layar, perbanyak literasi, ikuti komunitas yang membangun, atau mulai proyek pribadi yang punya dampak sosial. “Be the change you wish to see in the world,” kata Mahatma Gandhi dan perubahan itu selalu dimulai dari dalam diri.

Pemuda Indonesia, bahkan dunia, memiliki kecerdasan, keberanian, dan akses. Tapi semua itu tidak akan bermakna bila dikurung dalam kebiasaan menunda dan keterlenaan digital.

Dunia sedang menunggu gerakan-gerakan baru yang lahir dari tangan dan pemikiran kalian. Gerakan yang lahir bukan dari emosi sesaat, tetapi dari kesadaran penuh akan peran sebagai generasi penerus peradaban.

Inilah waktunya. Letakkan ponsel. Tatap masa depan. Bangkit dari keterlenaan. Karena dunia tidak berubah oleh mereka yang terus-menerus scroll, tapi oleh mereka yang memilih untuk bangkit dan bertindak.

Follow akun TikTok dimadura.id untuk update video berita terbaru.

Follow
Komentar
Bagikan:

Konten Iklan