GARDU BUDAYA DIMADURA – Nyoso dhara adalah sebuah persepsi yang menjadi bagian dari kepercayaan tradisional masyarakat Madura, khususnya di wilayah Sumenep. Dalam bahasa Madura, nyoso dhara secara harfiah berarti “menyusu darah,” yang merujuk pada keyakinan bahwa bayi yang baru lahir dapat menyusu pada janin yang masih berupa gumpalan darah apabila ibunya kembali hamil segera setelah melahirkan.
Persepsi ini dipercaya akan membawa dampak buruk bagi kesehatan dan perkembangan bayi yang menyusui. Para sesepuh Madura sering kali menyarankan agar kehamilan cepat setelah persalinan pertama dihindari, karena khawatir hal ini akan mempengaruhi kondisi fisik, mental, dan psikologis anak yang lahir lebih dahulu.
Artikel ini akan membahas persepsi nyoso dhara dari dua perspektif utama: kebudayaan dan filsafat bahasa yang dianut oleh masyarakat Madura, serta sudut pandang ilmu medis modern, untuk melihat bagaimana fenomena ini bisa dijelaskan secara ilmiah.
Persepsi Masyarakat Madura tentang Nyoso Dhara
Dalam kebudayaan Madura, kepercayaan terhadap nyoso dhara berakar kuat pada nilai-nilai tradisional dan kepercayaan lokal tentang keseimbangan antara aspek fisik dan spiritual dalam kehidupan manusia. Istilah nyoso dalam bahasa Madura berarti menyusu, sementara dhara berarti darah.
Gabungan kedua kata ini menciptakan gambaran bahwa anak yang baru lahir tidak hanya mendapatkan nutrisi dari air susu ibunya, tetapi juga “darah” dari janin yang masih dalam kandungan.
Keyakinan ini mencerminkan pandangan spiritual bahwa semua makhluk hidup, termasuk janin, memiliki energi tertentu yang dapat berpengaruh pada kehidupan manusia lainnya.
Dalam hal ini, janin yang belum matang dianggap bisa memberikan dampak negatif pada anak pertama yang masih menyusui, baik dari segi fisik maupun psikologis.
Kepercayaan terhadap nyoso dhara juga erat kaitannya dengan konsep aluh-aluh dalam kebudayaan Madura, yang merujuk pada pentingnya menjaga keseimbangan dalam kehidupan. Masyarakat Madura mempercayai bahwa ada hubungan erat antara kesehatan fisik, mental, dan spiritual.
Oleh karena itu, gangguan terhadap keseimbangan ini, seperti kehamilan yang terlalu dekat setelah persalinan, dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan ibu dan anak.
Perspektif Filsafat Kebudayaan tentang Nyoso Dhara
Filsafat kebudayaan Madura yang melandasi kepercayaan nyoso dhara juga dapat dipahami melalui pandangan terhadap peran ibu dalam kehidupan keluarga.
Ibu dianggap sebagai pusat kehidupan keluarga, yang bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan anak-anaknya. Oleh karena itu, menjaga kesehatan ibu dan mengatur jarak kehamilan dianggap penting untuk memastikan perkembangan anak yang optimal.
Masyarakat tradisional Madura sering kali mempercayai bahwa apabila seorang ibu hamil kembali terlalu cepat setelah melahirkan, maka anak yang baru lahir belum mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup. Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental anak.
Para sesepuh atau orang tua dalam masyarakat Madura memiliki peran penting dalam menyebarkan dan mempertahankan keyakinan ini. Mereka berfungsi sebagai penjaga nilai-nilai tradisional dan memberi nasihat kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga kesehatan ibu dan anak.
Nasihat untuk tidak hamil lagi terlalu cepat setelah melahirkan bukan hanya berdasar pada kepercayaan spiritual, tetapi juga karena keyakinan bahwa tubuh ibu membutuhkan waktu untuk pulih secara optimal setelah melahirkan.
Perspektif Ilmu Medis tentang Nyoso Dhara
Fenomena nyoso dhara, yang secara tradisional dianggap membawa pengaruh buruk pada perkembangan anak, juga dapat dijelaskan dari perspektif ilmu medis.
Dalam bidang kesehatan, kehamilan yang terjadi terlalu dekat setelah persalinan sebelumnya memang diakui dapat membawa risiko bagi ibu dan anak.
Beberapa penelitian medis menunjukkan bahwa jarak yang terlalu pendek antara dua kehamilan dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan dan persalinan, seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, serta masalah kesehatan lainnya pada bayi [Wardlaw, G.M. & Kessel, M.W. (2002), Perspectives in Nutrition, McGraw-Hill, hal. 412].
Menurut studi yang dilakukan oleh Martin et al. (2019), ibu yang hamil kembali dalam waktu kurang dari 18 bulan setelah persalinan sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi seperti preeklampsia dan perdarahan postpartum.
Selain itu, bayi yang lahir dari kehamilan yang terlalu dekat dengan kehamilan sebelumnya juga lebih rentan mengalami masalah perkembangan, seperti keterlambatan motorik dan kognitif [Martin, J.A., Hamilton, B.E., Osterman, M.J.K. (2019), “Births: Final Data for 2018”, National Vital Statistics Reports, Vol. 68, No. 13, Centers for Disease Control and Prevention, hal. 45].
Dari segi psikologi, bayi yang lahir dari ibu yang hamil lagi terlalu cepat juga bisa mengalami dampak negatif terkait dengan perhatian dan kasih sayang yang mereka terima.
Pada bulan-bulan awal kehidupannya, bayi sangat bergantung pada ikatan emosional dengan ibunya untuk perkembangan psikologis yang sehat. Jika ibu hamil lagi terlalu cepat, perhatian yang diperlukan oleh anak pertama mungkin akan terbagi dengan janin baru yang sedang dikandung.
Hal ini bisa menyebabkan masalah keterikatan emosional pada anak pertama, yang dapat mempengaruhi perkembangan emosional dan sosialnya [Hulman, A., et al. (2018), “The Impact of Maternal Age and Birth Intervals on Child Development”, Journal of Pediatrics, Vol. 102, hal. 123].
Selain itu, dalam bidang nutrisi, ibu yang menyusui membutuhkan asupan energi yang lebih tinggi untuk mendukung produksi ASI yang cukup bagi bayinya.
Ketika ibu hamil lagi, tubuhnya harus membagi sumber daya untuk kehamilan dan menyusui, yang bisa mengurangi kualitas dan kuantitas nutrisi yang diterima bayi melalui ASI. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan fisik bayi yang masih menyusui.
Dari sudut pandang medis, anjuran untuk menjaga jarak antara dua kehamilan juga didasarkan pada fakta bahwa tubuh ibu memerlukan waktu untuk pulih setelah persalinan.
Kehamilan yang terlalu cepat setelah persalinan bisa meningkatkan risiko anemia pada ibu, karena cadangan zat besi dalam tubuh ibu belum sepenuhnya pulih setelah melahirkan.
Kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan ibu dan bayi, serta meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah atau kelahiran prematur.
Kesimpulan
Nyoso dhara dalam perspektif kebudayaan Madura mencerminkan keyakinan yang mendalam tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik, mental, dan spiritual dalam kehidupan keluarga.
Kepercayaan ini didasarkan pada pandangan bahwa kehamilan yang terlalu cepat setelah persalinan dapat membawa dampak negatif bagi perkembangan anak pertama, baik dari segi fisik maupun psikologis.
Para sesepuh Madura menasihati agar jarak kehamilan dijaga untuk memastikan ibu dan anak mendapatkan perhatian dan perawatan yang memadai.
Dari perspektif ilmu medis, kehamilan yang terlalu dekat setelah persalinan memang terbukti meningkatkan risiko komplikasi kesehatan bagi ibu dan bayi.
Jarak kehamilan yang cukup penting untuk memastikan pemulihan tubuh ibu dan mengurangi risiko kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah pada bayi.
Dengan demikian, persepsi nyoso dhara yang berasal dari kepercayaan tradisional Madura dapat dipahami sebagai bentuk kearifan lokal yang bertujuan untuk melindungi kesejahteraan ibu dan anak, sekaligus sejalan dengan pandangan medis modern tentang pentingnya menjaga jarak antar kehamilan.
Kepercayaan ini tidak hanya mencerminkan nilai-nilai spiritual masyarakat Madura, tetapi juga memiliki relevansi dengan ilmu kesehatan kontemporer.
Referensi:
1. Wardlaw, G.M. & Kessel, M.W. (2002). Perspectives in Nutrition. McGraw-Hill, hal. 412.
2. Martin, J.A., Hamilton, B.E., Osterman, M.J.K. (2019). “Births: Final Data for 2018”. National Vital Statistics Reports, Vol. 68, No. 13, Centers for Disease Control and Prevention, hal. 45.
3. Hulman, A., et al. (2018). “The Impact of Maternal Age and Birth Intervals on Child Development”. Journal of Pediatrics, Vol. 102, hal. 123