NEWS DIMADURA, SUMENEP – Pihak RSU Sumekar mengklarifikasi dugaan manipulasi rekrutmen perawat setelah seorang pelamar, Fahira, menyampaikan keluhan terkait ketidakjelasan proses seleksi.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Fahira, warga Kecamatan Pakong, Pamekasan, mengaku kecewa dengan proses seleksi yang dinilai tidak transparan.
Ia mengungkapkan bahwa dirinya menerima pesan dan panggilan WhatsApp dari RSU Sumekar yang menyatakan dirinya lulus dengan syarat membawa ijazah asli ke rumah sakit.
“Saya mendapatkan pesan dan panggilan WhatsApp dari RSU Sumekar yang menyatakan saya lulus dengan syarat membawa ijazah asli,” ungkapnya, Minggu (5/1/2025).
Namun, saat Fahira memenuhi panggilan tersebut dan membawa dokumen yang diminta, ia malah dinyatakan tidak lulus. Pihak rumah sakit mengklaim ada kesalahan informasi dalam proses tersebut.
“Namun, ketika saya datang ke rumah sakit dan menyerahkan dokumen yang diminta, saya malah dinyatakan tidak lulus. Alasannya karena adanya kesalahan informasi,” imbuhnya.
Kasus ini mendapat perhatian dari Moh. Syauqi, Ketua BEM Sumenep, yang menyatakan akan mengawal persoalan ini agar tidak ada manipulasi dalam proses rekrutmen di RSU Sumekar.
Menanggapi hal ini, Ketua Yayasan RSU Sumekar, Achmad Novel, menjelaskan bahwa kejadian tersebut murni kesalahan teknis dari admin penerimaan karyawan baru.
“Itu hanya kesalahan teknis yang dilakukan oleh admin penerimaan karyawan baru RSU Sumekar,” jelasnya, Senin (6/1/2025).
Sebagai bentuk tanggung jawab, pihak rumah sakit menyatakan telah menyiapkan dana pengganti untuk biaya transportasi pelamar yang dirugikan. Namun, dana tersebut ditolak oleh Fahira karena lebih dahulu merasa kecewa.
“Sebagai permohonan maaf, pihak rumah sakit sudah mempersiapkan dana pengganti biaya transportasi. Tapi, dana itu ditolak karena pelamar lebih dulu emosional,” ujar Novel.
Dikonfirmasi lebih lanjut, Fahira membantah adanya tawaran dari pihak RSU Sumekar terkait uang ganti transport.
“Saya justru pulang dengan rasa kecewa, dan saya tidak menerima uang apa pun. Saya juga tidak merasa dari pihak RSU berinisiatif memberikan saya uang,” tegasnya.
Selain itu, lanjut Fahira menegaskan, bahwa persoalan ini menurutnya bukan hanya tentang uang, melainkan tentang perasaan yang dirugikan akibat proses yang dianggap tidak profesional.
“Ini bukan soal uang, tapi soal perasaan saya, saya merasa dipermainkan,” tandasnya.***