SEJARAH, DIMADURA – Di Gunung Geger yang terpencil, Puteri Bendoro Gung hidup seorang diri.
Kehidupannya sunyi, namun seiring berjalannya waktu, perutnya semakin membesar. Suatu hari, rasa sakit yang luar biasa menyelimuti tubuhnya, seperti pertanda kematian. Bingung dan cemas, Puteri Bendoro Gung teringat pesan dari Ki Poleng, seorang tokoh misterius yang telah memberinya petunjuk penting.
Dalam sekejap, Ki Poleng hadir. Ia melihat dengan senyum penuh haru, menyadari bahwa Puteri Bendoro Gung sedang melahirkan.
Tak lama setelah itu, lahirlah seorang bayi tampan yang diberi nama Raden Sagoro, yang berarti “laut”.
Begitulah, Raden Sagoro dan ibunya menjadi penghuni pertama Pulau Madura, sebuah tempat yang akan menyimpan kisah legendaris mereka.
Setelah kelahiran sang putra, Ki Poleng sering datang, membawa hadiah dan perhatian bagi ibu dan anak tersebut.
Rumah mereka yang terletak dekat pantai menjadi tempat yang disorot oleh banyak pelaut. Dari kejauhan, sebuah cahaya terang benderang tampak menyinari rumah mereka, seolah bulan memandikan mereka dalam sinarnya.
Para pelaut yang melintas di perairan percaya bahwa tempat ini membawa keberuntungan dan banyak yang singgah untuk memberi hadiah serta selamatan.
Kehidupan mereka yang dulu sepi kini dipenuhi dengan kebaikan dan kesehatan yang melimpah. Namun, kisah ini belum berakhir.
Ketika Raden Sagoro berusia tiga tahun, ia bermain di tepi pantai dan tanpa diduga, dua ekor ular naga raksasa mendekat. Ketakutan menyelimuti, ia berlari menuju ibunya, melaporkan kejadian yang menegangkan itu.
Sang Puteri segera memanggil Ki Poleng yang datang dengan cepat.
Ki Poleng mengajarkan Raden Sagoro cara menangkap naga “Pegang ekor mereka satu dengan tangan kanan, satu lagi dengan tangan kiri, lalu banting ke tanah!”.
Kemudian, Raden Sagoro mengikuti perintah itu tanpa ragu. Dengan keajaiban yang luar biasa, kedua naga itu tiba-tiba berubah menjadi dua bilah tombak yang ajaib.
Kedua tombak itu diberikan kepada Puteri Bendoro Gung. Yang pertama, Kyai Si Nenggolo adalah tombak yang akan dibawa dalam pertempuran. Sementara Kyai Si Aluqoro disimpan di dalam rumah.
Sebelum menghilang, Ki Poleng berpesan, “Tombak Kyai Si Aluqoro harus tetap di dalam rumah, dan Kyai Si Nenggolo dibawa saat berperang,”
Dengan demikian, kehidupan di Pulau Madura dimulai dengan kelahiran seorang pahlawan dan keajaiban yang mengiringinya, menjadikan Raden Sagoro legenda yang akan dikenang selamanya.***
Sumber Pemkab Sampang: Sejarah Babad Sampang, cet. 4 (Penulis: Hj. Hosnanijatun)