BarungDaporKulinerSumenepWisata

Senja di Lingkar Timur: Aroma Ikan Bakar, Panorama Talangan, dan Hiruk Pikuk Ramadan

Avatar Of Dimadura
150
×

Senja di Lingkar Timur: Aroma Ikan Bakar, Panorama Talangan, dan Hiruk Pikuk Ramadan

Sebarkan artikel ini

Tradisi Kuliner yang Menghidupkan Jalan Lingkar Timur

20250328 180934

“Asap membumbung, aroma ikan bakar menguar, dan deru kendaraan menyatu dalam orkestra senja di area Talangan, Lingkar Timur. Di kejauhan, Laut Talang berkilau keemasan, tempat asal ikan-ikan segar yang kini siap tersaji di atas panggangan.”

Di sepanjang Jalan Lingkar Timur, deretan tenda kuliner berdiri berjajar. Asap dari panggangan ikan bakar naik perlahan, membawa aroma gurih yang menggoda siapa pun yang melintas. Sejak beberapa tahun terakhir, kawasan ini menjadi destinasi kuliner favorit warga Sumenep, terutama saat Ramadan.

Kala matahari mulai merendah di ufuk barat, lalu-lalang warga yang berburu hidangan berbuka semakin ramai. Sebagian datang untuk membeli, sementara lainnya memilih duduk di lesehan sederhana, menikmati ikan bakar langsung dari panggangan.

Laut Talang yang terhampar di sisi lain jalan menjadi saksi bagaimana hasil lautnya disajikan dengan keahlian tangan para pedagang. Ikan segar yang pagi tadi ditarik dari jaring kini berpindah ke piring-piring pembeli, menghidupkan tradisi berbuka yang penuh kehangatan.

Tak hanya ikan bakar yang menjadi primadona, tetapi juga beragam sajian khas seperti rujak cingur, sate laler, udang bakar, nasi serpang, hingga camilan tradisional yang menggugah selera. Ramadan menjadikan tempat ini lebih hidup, lebih semarak, dengan suara azan maghrib sebagai penanda awal perayaan rasa dan kebersamaan.

Pedagang dan Pelanggan: Harmoni di Balik Asap Panggangan

Menyebrang: Pelayan Wisata Kuliner Ikanbbakar Di Talangan Lingkar Timur Membawa Hidangan
Menyebrang: pelayan wisata kuliner ikanbbakar di talangan lingkar timur membawa hidangan

“Ini sudah jadi tradisi, Mas. Kalau bulan puasa, saya buka lapak lebih awal, karena banyak yang pesan untuk buka bersama,” ujar seorang pedagang sambil membalik ikan di atas panggangan.

Tangannya lincah melumuri ikan dengan campuran kecap dan sambal khas. Bara yang menyala di bawah panggangan bukan hanya pemanggang ikan, tetapi juga saksi bisu bagaimana jalan ini menjelma menjadi pusat ekonomi kecil-kecilan yang menghidupi banyak keluarga.

Di sisi lain, pembeli datang silih berganti. Ada yang dengan cermat memilih ikan segar dari baskom besar, memastikan ukurannya pas sebelum dipanggang. Ada pula yang sabar menunggu pesanan mereka matang, menikmati semilir angin yang membawa aroma laut dari kejauhan.

Sementara orang dewasa sibuk dengan makanan, anak-anak berlarian di sekitar tenda, membawa balon dan mainan yang mereka beli dari pedagang kaki lima. Kehebohan kecil ini menambah semarak suasana senja.

“Kalau beli di sini, selain lebih segar, bisa langsung dipanggang sekalian,” ujar seorang pembeli yang sudah langganan di salah satu warung.

Pedagang tersenyum, lalu mengipas panggangan, memastikan api tetap stabil. Keunikan ikan bakar Talangan bukan hanya pada kesegarannya, tetapi juga bumbu yang meresap dan tekstur dagingnya yang tetap lembut meski dibakar di atas bara.

Ramadan, Rezeki, dan Kebersamaan yang Tak Pernah Luntur

Hidangan Ikan Bakar, Nasindan Sate Laler Di Area Talangan Jalan Lingkar Timur Sumenep
Hidangan ikan bakar, nasindan sate laler di area talangan jalan lingkar timur sumenep

Jalan Lingkar Timur bukan sekadar jalur penghubung, tetapi juga ruang sosial tempat warga berbagi cerita dan rezeki. Di antara asap yang mengepul, terselip kisah-kisah kecil dari para pedagang yang menggantungkan hidup pada bulan Ramadan.

“Saya dulu kerja serabutan, tapi sejak ikut jualan di sini, alhamdulillah penghasilan lebih stabil,” ungkap seorang pedagang sambil membakar ikan pesanan pelanggan. Ramadan bukan sekadar bulan suci bagi mereka, tetapi juga peluang untuk meningkatkan pendapatan.

Ketika beduk maghrib akhirnya menggema, seketika semua hiruk-pikuk melambat. Suara sendok bertemu piring menggantikan riuh tawar-menawar. Suapan pertama menjadi bentuk syukur yang sederhana, menghangatkan hati di tengah udara pesisir yang mulai menyejuk.

Di Jalan Lingkar Timur, Ramadan adalah perayaan: perayaan rasa, kebersamaan, dan kenangan yang selalu kembali dihidupkan setiap tahunnya. Sumenep mungkin terus berkembang, tetapi ada hal-hal yang tetap lestari—seperti aroma ikan bakar di senja Ramadan yang selalu mengundang orang untuk singgah, mencicip, dan mengenang. ***

Budayawan Sumenep, Ibnu Hajar - 20 Mei Alarm Kebudayaan
Kolom

OKARA, DIMADURA – Ada satu pertanyaan yang sepatutnya kita renungkan di setiap peringatan Hari Kebangkitan Nasional: apa yang sesungguhnya ingin kita bangkitkan? Bila jawabannya hanya sebatas mengenang sejarah lahirnya Budi…