ParamasastraPangkèng

4 Macam Bentuk Okara Bahasa Madura Berdasarkan Susunannya

Avatar of dimadura
7265
×

4 Macam Bentuk Okara Bahasa Madura Berdasarkan Susunannya

Sebarkan artikel ini
4 Macam Bentuk Okara Bahasa Madura
Inilah penjelasan detail tentang 4 macam bentuk okara bahasa Madura berdasarkan susunan kata-katanya (Gambar/Arsip @dimadura)

IMG 20230304 014921 202 e1680177139947Pangkèng, Paramasastra–Berdasarkan susunan kata-katanya, bentuk okara Bahasa Madura terbagi menjadi 4 macam kategori.

4 macam kategori okara bahasa Madura tersebut antara lain, 1) okara nonggal, 2) okara rangke’, 3) okara rengkes, dan 4) okara budhu’.

KONTEN PROMOSI | SCROLL ...
Pasang iklan bisnis dimadura
PASANG BANNER, HUBUNGI KAMI: 082333811209

Berikut ini penjelasan sederhana sekaligus contoh masing-masing okara bahasa Madura berdasarkan susunannya.

1. Okara Nonggal (Kalimat Tunggal)

Macam-macam Okara Nongghâl dalam Bahasa Madura (Arsip @dimadura)
Macam-macam Okara Nongghâl dalam Bahasa Madura (Arsip @dimadura)

Mengutip penjelasan dalam buku ‘Panduman Basa Madura’ karya Prof Dr Abd Sukur Notoasmoro (hlm. 182-189), jenis okara nonggal sendiri terbagi menjadi 4 kategori.

4 kategori okara nonggal (nongghâl) antara lain, 1) okara majja (kalimat sederhana), 2) okara genna’ (kalimat luas), 3) okara samporna, dan 4) okara ta’ samporna.

Sebagai pengantar, di bawah ini adalah beberapa contoh okara nonggal yang mewakili contoh-contoh lain pada penjelasan bagian-bagian dalam okara nonggal.

Suliman penter (okara majja)
Salimin sake’ gigi (okara samporna)
Salam sake’ (okara ta’ samporna)
Karto ngamba’ tamoy neng e amper (okara genna’)

Lebih jelas, mari kita perdalam dengan penjabaran beserta contoh masing-masing bagian dari okara nonggal.

Okara majja (kalimat sederhana)

Disebut okara majja (okara majjhâ) karena susunan okara ini terbilang singkat dan sederhana tetapi sudah dapat dikatakan sebagai okara atau kalimat.

Sebagaimana definisi okara dalam bahasa Arab menurut pengarang Gramatika Alfiyah, Ibnu Malik, bahwa sejatinya susunan kata sudah bisa dikatakan kalam (okara) apabila maksud susunan kata tersebut dapat dimengerti (mufiedun).

Tak perlu bertele-tele, walaupun hanya terdiri dari 1 atau 2 kata tetapi maksud kalimat tersebut dapat dimengerti, maka cukuplah ia dapat disebut: OKARA.

Contoh:

Sengko' loppa
Ale' lemmes
Ba'na leburan
Samo lan-jalanan

Respon (3)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *