SastraPangkèng

6 Jenis Dialek Bahasa Madura, Contoh Percakapan Sehari-hari dan Arti Bahasa Indonesia

Avatar Of Dimadura
555
×

6 Jenis Dialek Bahasa Madura, Contoh Percakapan Sehari-hari dan Arti Bahasa Indonesia

Sebarkan artikel ini
Contoh Dialek Bahasa Madura Logat Sumenep Timur (Gambar Ilustrasi. Arsip @Dimaduraid)
Contoh Dialek Bahasa Madura Logat Sumenep Timur (Gambar ilustrasi. Arsip @dimaduraid)

Img 20230304 014921 202 E1680177139947Bahasa Madura memiliki beberapa jenis dialek (logat, cara berbicara) berdasarkan kelompok penutur di masing-masing daerah yang ada di Madura.

Jumlah kelompok penutur bahasa Madura berdasarkan jenis dialek yang mereka gunakan sebenarnya tidak hanya terdiri atas 6 kelompok. Jumlah dialek bahasa Madura terus berkembang sebagaimana berkembangnya penduduk Madura yang bertebaran dimana-mana.

Tampilkan Bisnis Anda di Sini | SCROLL ...
Kirim Karya Bahasa Madura
Contact Me at: 082333811209

Ada banyak faktor yang mendorong tumbuhnya kelompok dialek bahasa Madura, termasuk juga bertambahnya jumlah kosakata dan bentuk pelafalannya. Salah satunya karena akulturasi budaya dan masifnya migrasi penduduk Madura ke luar daerah, yang pada akhirnya, kelak mereka kembali ke tanah kelahirannya.

Namun demikian, karena alasan efektivitas konten dan kenyamanan paramaos dimadura dalam membaca teks, di sini penulis hanya akan menyajikan jenis dialek bahasa Madura berdasarkan daerah penutur secara umum, yakni menjadi 6 bagian daerah penutur sebagai berikut.

1. Dialek Sumenep
2. Dialek Pamekasan
3. Dialek Sampang
4. Dialek Bangkalan
5. Dialek Kepulauan
6. Dialek Tapal Kuda

Nah, mari kita mulai dari yang pertama, Dialek Sumenep.

Dialek Sumenep

Di Kabupaten Sumenep sendiri sebenarnya terdapat beberapa jenis dialek atau logat bahasa Madura. Tapi secara garis besar, beberapa macam dialek tersebut dapat kita kelompokkan dalam 2 garis wilayah, yakni Sumenep Timur dan Sumenep Barat.

Perbedaan

Setidaknya ada 2 perbedaan yang mencolok antara dialek Sumenep Timur dan Barat. Pertama, penggunaan kosakata KAMU yang—oleh masyarakat Sumenep Timur disebut Bâ’na (baca: be’na) dan—masyarakat Sumenep Barat menyebutnya dengan: Bâ’en atau Bâ’eng.

Kedua, logat atau cara pelafalan kalimat saat berkomunikasi. Misal, karena logat Bahasa Madura Sumenep Barat lebih kasar daripada Sumenep Timur, maka saat mengucapkan kosakata tertentu, masyarakat Sumenep Barat biasanya akan menambahkan huruf H di akhir kata atau kalimat.

Tujuan

Tujuannya, sebagai pretensi atau penekanan atas suatu ucapan, dan inilah salah satu faktor mengapa banyak kosakata dalam subtitel lagu-lagu Madura, kata-kata motivasi di bak truk atau pikap, dan beberapa teks percakapan di medsos, banyak yang salah tulis alias typo.

Contoh

Misal, kata sapa (siapa), sèra (kepala), ka’ḍinto (ini) dan sejumlah kosakata lain semacamnya. Masyarakat Sumenep Barat mengucapkannya dengan: sapah, sèrah, ka’ḍintoh, dan, apabila kosakata tersebut mendapat panotèng (akhiran) na, maka huruf H-nya otomatis akan pindah ke belakang, menjadi: sapanah, sèranah, neng è ka’ḍintonah, dan seterusnya.

Sementara masyarakat Sumenep bagian timur secara umum menggunakan dialek yangboleh dibilanglebih halus dan murni ketimbang dialek bahasa Madura Sumenep Barat juga 4 daerah lainnya, yakni Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Kepulauan dan Tapal Kuda.

Wilayah

Sumenep bagian Timur, sebut saja daerah atau desa-desa yang ada di Kecamatan Kota, Gapura, Batang-Batang, Dungkek, Batuputih dan Dasuk. Untuk Kecamatan Dasuk bagian barat hingga Ambunten masuk kelompok dialek Sumenep Barat.

Selanjutnya, Sumenep bagian Barat; sebut saja wilayah selain di atas, mulai dari selatan, yakni masyarakat desa yang tinggal di Kecamatan Saronggi, Bluto, Pragaan, Guluk-Guluk, Ganding, Lenteng, dan Ambunten. Daerah tersebut merupakan penduduk dengan dialek dan logat yang berbeda.

Lebih jelas, silakan lihat contoh-contoh percakapan bahasa Madura dengan dialek Sumenep Timur dan Sumenep Barat di akhir artikel ini.

Dialek Pamekasan

Dialek Bahasa Madura khas lisan masyarakat Pamekasan sebenarnya tidak jauh beda dengan cara bicara masyarakat Sumenep bagian barat yang telah penulis sebutkan di atas.

“Ba’na/Bâ’na” kata masyarakat Sumenep Timur, “Ba’en/Bâ’en” kata masyarakat Pamekasan.

“Bâ’na èntara ḍâ’emma?” kata orang Sumenep, “Bâ’en èntarah ḍâ’emmah?” kata orang Sumenep Barat dan Pamekasan.

Untuk mengetahui perbedaannya, bolehlah paramaos buka dan tonton sejumlah video percakapan yang tayang dalam channel Youtube, TikTok, atau reels IG dengan konten-konten film pendek berbahasa Madura.

Lebih jelas lagi, paramaos bolehlah pergi ke warung-warung yang ada di Sumenep Kota, mulai bercakap, dan dengarkan bagaimana cara mereka berbicara. Kemudian, coba juga nongkrong di warung-warung yang ada di Kota Gerbang Salam (Pamekasan), bandingkan cara warga Pamekasan melafalkan sebuah kalimat, di situlah paramaos akan lebih menangkap bagaimana perbedaan rasa bahasa Madura dengan dialek masing-masing.

Dialek Sampang

Masuk ke daerah Kabupaten Sampang, paramaos akan mendapatkan panggilan “KAKÈH” untuk menyebut “KAMU”.

Kakèh èntara ḍâ’emmah, Dul?
Kamu mau pergi kemana, Dul?

Arapa kakèh ma’ markoko’ gâ’ jiyâ, Dul?
Kenapa kamu kok meringkuk kayak gitu sih, Dul?

Molaèn bilâ kakèh èyangkat dhâddhi pongghâbâ hah, Dul?
Mulai kapan kamu diangkat jadi pegawai hah, Dul?

Ya, dari 3 contoh percakapan di atas, kiranya paramaos sudah dapat membedakan rasa bahasa antara dialek Sampang dengan dialek Pamekasan dan Sumenep.

Dialek Bangkalan

Beda Sampang, beda pula Bangkalan. Jika orang Sampang menyebut Kakèh, maka orang Bangkalan menyebut Hèḍâh. Toh, sejumlah masyarakat suatu daerah di Kabupaten Bangkalan ada juga yang masih menyebut Kakèh untuk mengatakan “Kamu”. Yakni, masyarakat Bangkalan bagian timur atau masyarakat perbatasan Sampang-Bangkalan.

Beberapa sumber menjelaskan, Hèḍâh atau Sèḍâh pada umumnya digunakan oleh masyarakat Bangkalan daerah Selatan (Kamal). Sementara juga ada yang menyebut “Bâ’eng” untuk kata ganti “Kamu”. Kata “Bâ’eng” terkadang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Bangkalan Kota dan sebagian masyarakat Pantura antara Pamekasan dan Sampang.

Dialek Kepulauan

Madura sebenarnya merupakan salah-satu pulau besar selain pulau-pulau sedang dan kecil lain yang terletak di sebelah timur Provinsi Jawa Timur.

Di sisi Pulau Madura, ada banyak pulau lain yang mengelilinginya, terutama di Kabupaten Sumenep. Kota paling ujung timur Pulau Madura ini tercatat mempunyai 126 pulau.

Beberapa diantaranya, ada Pulau Talango, Gili Genting, Gili Iyang, Sepudi, Ra’as, Kangean, Masalembu, Masakambing, Gili Mandangin (Sampang), dan lain sebagainya.

Masyarakat kepulauan di atas mayoritas masih menggunakan bahasa yang torgolong rumpun bahasa Madura, toh sebagian juga ada yang menggunakan bahasa Bugis. Hal ini erat kaitannya dengan akulturasi budaya dan proses migrasi penduduknya.

Bahasa Madura dengan dialek Kangean misalnya, sebenarnya masih banyak menggunakan kosakata yang sama dengan kosakata yang digunakan oleh masyarakat Madura pada umumnya. Hanya saja mereka lebih lumrah menggunakan “panotèng” —na dalam banyak percakapan sehari-hari.

Karena perbedaan itu, beberapa sumber menyebutkan bahwa bahasa Madura dengan dialek Kangean dianggap tidak termasuk bagian dari bahasa Madura, terutama oleh masyarakat Madura daratan. Sementara menurut hemat penulis, dialek Kangean tetaplah tergolong dalam rumpun bahasa Madura. Sebab, perbedaannya hanya terletak pada penggunaan akhiran untuk setiap kosakata dalam kalimat percakapan mereka.

Lebih jelas, berikut ini penulis tampilkan contoh percakapan bahasa Madura menggunakan dialek Kangean dan bagaimana dalam dialek Sumenep.

KANGEAN: Jhâ’ kèn bâ’en terro teḍḍhâsâ cèthaknâ jiya, yâ! Èsoro ka bârâ’ èntar ka tèmor. Isun rè kan pas èmo’, Cong!

SUMENEP: Jhâ’ kèng bâ’na yâ sè terro teḍḍhâsâ cèthakka/cèthagghâ jrèya! Èsoro ka bârâ’ èntar ka tèmor. Sèngko’  rè kan pas èmo’, Cong!

ARTI: Memang kamu yang ingin meledak kepalanya (celaka, red)! Disuruh ke barat malah pergi ke timur. Saya kan jadi nggak paham, Cong!

Dialek Tapal Kuda

Dialek baku bahasa Madura bangsa Keraton yang diakui lebih halus dan lebih murni oleh peneliti dari Belanda dan Cina adalah dialek Sumenep. Alasannya, karena Sumenep merupakan pusat pemerintahan dan kebudayaan Madura pada masa lalu. Dialek lainnya merupakan dialek campuran yang terbentuk oleh proses akulturasi budaya, migrasi dan mobilisasi penduduk Madura itu sendiri.

Dialek campur baur ini dapat kita jumpai di sejumlah daerah Tapal Kuda yang ada/termasuk dalam kawasan Pantura Pulau Jawa. Seperti, Pasuruan, Situbondo, Asembagus, Bondowoso, Probolinggo, dan sebagian penduduk Banyuwangi dan Bawean. Penduduk Pantura Jawa tersebut pada umumnya juga banyak yang fasih berbahasa Madura, toh sebagian daerah ada yang berpenduduk Jawa non-Madura.

Contoh Percakapan Sehari-hari dan Artinya

Sebagai penutup, ada baiknya penulis sajikan contoh kalimat atau okara percakapan bahasa Madura berdasarkan dialek 4 kabupaten, yakni 1) Dialek Sumenep bagian timur, 2) Dialek Sumenep bagian barat dan Pamekasan, 3) Dialek Sampang, 4) Dialek Bangkalan.

Contoh percakapan bahasa Madura dengan dialek 4 kabupaten di bawah ini sengaja penulis sajikan dalam format penulisan Keliru-Benar sebagai bahan pembelajaran sesuai temuan penulis di lapangan.

Dialek Sumenep Timur

(Penulisan yang Keliru)

A: Be’na alako apa jriya ma’ ta’ lem mare molae kelle’?

B: Apa pei ra be’na ma’ rus-urusen lakona oreng! Apa can engko’ alakowa apa. Pereng perengnga engko’, ora’ ora’na engko’. Kassa’ be’na lakoni apa lalakonna tibi’!

(Ejaan Hasil Sarasehan 1973)

A: Ba’na alako apa jareya ma’ ta’ gellem mare molae gella’?

B: Apa bai ra ba’na ma’ rus-urusan lakona oreng! Apa ca’na engko’ alakowa apa. Barang barangnga sengko’, ora’ ora’na sengko’. Kassa’ ba’na lakone apa lalakonna dibi’!

(Ejaan Hasil Kongres 2008-2011)

A: Bâ’na alako apa jârèya ma’ ta’ ghellem marè molaè ghellâ’?

B: Apa bhâi ra bâ’na ma’ rus-urusân lakona orèng! Apa ca’na sèngko’ alakowa apa. Bhârang bhârangnga sèngko’, ora’ ora’na sèngko’. Kassa’ bâ’na lakonè apa lalakonna dhibi’!

(Arti Bahasa Indonesia)

A: Kamu sedang kerja apa itu kok tidak kunjung rampung sedari tadi?

B: Apa aja kau ini kok ngurus kerjaan orang! Apa kata saya lah mau kerja apa. Barang ini juga barangku, tenaga juga tenagaku. Sana kau pergi saja, urus pekerjaanmu sendiri!

Dialek Sumenep Barat & Pamekasan

(Penulisan yang keliru)

A: Be’en re lako nemmo pei, ce’ tuliyana kan la mare parkara ciah!

B: Be iye peremma, Taretan.. Engko’ kan la mare nguca’ kelle’, be’en ce’ tuli ontur mun klakoan reh ki’ ta’ marre. Kan iyye.. bremma kowah ma’ pas ta’ nemmu teppa’ be’en, reh!

(Ejaan 1973)

A: Ba’en re lako nemmo bai, ja’ duliyana kan la mare parkara jiyah!

B: Ba iya baramma, Taretan.. Sengko’ gella’ kan la mare ngoca’, ba’en ajja’ duli ondur mon klakowan re gi’ ta’ mare! Kan iya.. bramma ma’ pas ta’ nemmo teppa’ ba’en, reh!

(Ejaan Kongres)

A: Bâ’en rè lako nemmo bhâi, jhâ’ dhuliyâna kan la marè parkara jiyah!

B: Bâ iyâ bârâmma, Tarètan.. Sèngko’ ghellâ’ kan la marè ngoca’, bâ’en ajjhâ’ dhuli ondhur mon klakowan rè ghi’ ta’ marè! Kan, iyâ.. brâmma ra, ma’ pas ta’ nemmo teppa’ bâ’en, rèh!

Arti Bahasa Indonesia

A: Kamu selalu ada-ada saja, andai cepat kan dah beres itu perkara!

B: Lho ya gimana, Kawan.. Saya tadi kan dah bilang, kau itu jangan dulu minggat kalau kerjaan ini belum rampung! Ya, kan.. gimana sih, kok (orang lain) gak ada yang benar (di mata) kamu, sih!

Dialek Sampang

Tettih kakeh entar ka tang bungkoh?

(KELIRU)

Daddi kakeh entar ka tang bengko. Ada pula yang mengatakan tang bengko dengan “tang roma”. (BENAR berdasarkan ejaan hasil Sarasehan 1973).

Atau, jika ditulis berdasarkan ejaan yang baru (Kongres BBJT, 2013), maka menjadi: Dhâddhi kakèh èntar ka tang bengko.

Dialek Bangkalan

Hedeh ma’ puru dateng, de’emma bhai molae ghellak?

(KELIRU)

Hedhah ma’ buru dhateng, dha’emma bai molae gella’? Atau, Hèḍâh ma’ bhuru ḍâteng, ḍâ’emma bhâi molaè ghellâ’?

(BENAR)

Sampai di sini saja pembahasan “6 Jenis Dialek Bahasa Madura, Contoh Percakapan Sehari-hari dan Artinya dalam Bahasa Indonesia”. Semoga bermanfaat dan, mator sakalangkong. ***

Paramasastra: Morfologi Bahasa Madura (Doc. Dimadura)
Pangkèng

PARAMASASTRA, DIMADURA – Morfologi tamaso’ sala settong bagiyan dhari pramasastra se nalektegi oca’ basa Madura. Noro’ kadaddiyanna, oca’ ebagi daddi tello’ macem, enggi paneka; oca’ asal, oca’ oba’an, ban oca’…

Gambar Ilustrasi Puisi Religi Bahasa Madura Dengan Arti Bahasa Indonesia (Istimewa)
Pangkèng

SASTRA, DIMADURA – Puisi religi sering kali menjadi ungkapan hati dalam mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi-puisi bahasa Madura ini menghadirkan renungan tentang kehidupan,…

Macemma Lalongèt Bhâsa Madhurâ (Doc. Dimadura)
Pangkèng

SASTRA, DIMADURA– Lalongèt aropa’aghi bâgiyân ḍâri sastra Madhurâ. Lalongèt asalla ḍâri oca’ longèt , Èrangkep aḍâ’ aobâ swara dhâddhi lalongèt. Longèt anḍi’ artè pènter otabâ pèlak bây-ghâbâyân. Maksoddhâ aghâbây korsè,…

Gambar Pangandhiyan Conto Saloka Tor Parebasan Madura 04 (Istimewa/Doc. Dimadura)
Pangkèng

PANGKÈNG SASTRA, DIMADURA – E baba paneka 20 Conto Parebasan tor Saloka Madura terrosanna gancaran sabellunna, nokel dhari bugu anggidanna Kartosoedirdjo (1919). Paramaos se laggi’ ta’ mokka’, eyatore bukka’ gancaran…