TOMANG, SUMENEP – Kepala Puskesmas Batang-batang, dr Fatimatus Insoniyah, menepis dugaan malpraktek pengambilan sampel darah pada tumit bayi menjadi sebab buah hati Rumnaini meninggal.
Kapus Insoniyah mengatakan, pihaknya melaksanakan tugas sesuai SOP yang ada.
“Itu kenapa kok menyebut ada malpraktek, kami kan sudah bekerja sesuai prosedur. Identitas petugas kesehatan yang bertugas juga sudah memenuhi prosedur,” terangnya kepada media ini, Selasa (21/11) sore.
Kapuskesmas Insoniyah kemudian menjawab keluhan keluarga korban yang menduga pihak tenaga medis tidak membalut bekas pengambilan darah di tumit si bayi dengan perban. Ia mengaku sudah melakukan klarifikasi terhadap bidan yang menangani.
“Yang dibilang tidak dikasi perban itu juga telah saya tanya, setelah ditusuk tumitnya, kemudian ditutup dengan alkohol set dan diekatkan hypafix yang warna putih,” katanya.
Saat ditanya siapa nama petugas kesehatan yang melakukan pengambilan sampel darah, Kapuskesmas Insoniyah hanya mengungkapkan bahwa dia adalah bidan senior.
“Ya, bidan senior, dia juga sudah lengkap, punya FPF, punya SIP, punya pendelegasian wewenang klinis juga sudah punya, pengambil sampelnya untuk SHK juga sudah betul,” tukasnya.
Menurut dia, bayi tersebut bukan meninggal akibat pengambilan sampel darah pada tumit, melainkan karena gangguan infeksi paru-paru atau pneumonia sehingga menyebabkan si bayi mengalami sesak nafas.
Lebih jelas ia meminta pewarta agar bertanya langsung ke pihak RSI Kalianget karena sebelum meninggal, korban sempat dirujuk ke rumah sakit itu.
“Itu kan sempat dirujuk ke RSI Kalianget, saya juga sudah konfirmasi ke dokter yang di sana, jadi kematian bayinya bukan karena itu (SHK, red). Itu ada infeksi, pneumonia, tapi sebaiknya kan tanyakan langsung ke dokter yang di RSI Kalianget,” katanya.

“Jadi itu ceritanya kan setelah diambil SHK-nya, lalu malemnya panas demam, jadi seharusnya memang ditanyakan penyebab kematian bayi tersebut karena apa? Insya Allah pihak dokter yang RSI bisa menjelaskan kenapa bayinya itu panas, kemudian kenapa bayinya sesak,” paparnya menambahkan.
dr Insoniyah lalu mengungkapkan bahwa sebenarnya praktek pengambilan gula darah pada setiap bayi yang lahir ini merupakan program baru.
“Kejadian seperti ini adalah yang pertama kalinya, walaupun ini memang program baru, itu SE-nya sudah kita mulai kegiatan sejak bulan September lalu. Jadi sudah banyak bayi yang sudah kami lakukan SHK, yang jelas sudah puluhan bayi,” ujarnya.
Lanjut dr Insoniyah menyampaikan hasil klarifikasinya dengan bidan yang melakukan SHK, bahwa menurutya pengambilan gula darah pada si bayi ini hanya ditusuk sedikit dan tidak memiliki efek samping.
“Apalagi sampai menimbulkan panas dan sesak, mungkin kapan-kapan bisa lihat kami cara melakukan pengambilan SHK itu. Sedangkan untuk alat SHKnya itu adalah sekali pakek, langsung dibuang, dan itu kita dapatnya dari Dinas Kesehatan,” pungkasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Humas RSI Kalianget, dr Yanti, membenarkan bahwa bayi tersebut sempat dirujuk ke RSI. Tetapi ia membantah keterangan Kapuskesmas Batang-batang yang mengatakan bahwa pihak RSI menyatakan penyebab kematian si bayi adalah karena infeksi.
“Lho, itu bukan dokter spesialis dari RSI yang menangani, walaupun sempat dibawa kesini, tapi yang tahu itu dokter yang merawatnya mas. Kita belum ketemu dengan dokternya, kita hanya tahu alurnya saja,” ungkap dr Yanti.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan bahwa setelah dari RSI, bayi tersebut disarankan agar dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kabupaten Sampang karena menurutnya RSI tidak memiliki alat untuk mendeteksi infeksi tersebut.
“Karena memang kami tidak memiliki alat untuk penanganan lebih lanjut, sehingga kami menyarankan untuk dirujuk ke Sampang,” pungkasnya.
BERITA SEBELUMNYA: Viral! Oknum Perawat Puskesmas Batang-batang Diduga Lakukan Malpraktek hingga Sebabkan Bayi Sehat Meninggal
***