BudayaGharduSampang

Mengenal Warisan Spiritual dan Kehidupan Harmoni di Sampang Hijau Royo-royo

Avatar Of Uswatun Hasanah Se
1034
×

Mengenal Warisan Spiritual dan Kehidupan Harmoni di Sampang Hijau Royo-royo

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Tentang Warisan Spiritualitas Dan Kehidupan Harmoni Di Sampang Hijau Royo-Royo (Dok. Dimadura.id)
Ilustrasi tentang warisan spiritualitas dan kehidupan harmoni di Sampang Hijau Royo-royo (Dok. dimadura.id)

Cropped Cropped Dimadura Logo2 1 150X150 1GHARDU, SAMPANG – Jika kita telaah dengan saksama kehidupan nenek moyang kita, khususnya di Sampang pada masa lampau, akan terlihat banyak hal menarik.

Walaupun keadaannya serba sederhana dan pola pikirnya dianggap primitif, mereka mampu menciptakan suasana tenang dan damai. Masyarakat hidup rukun, ekonominya cukup, dan sejahtera. Melakukan ibadah aman tanpa gangguan sedikit pun.

KONTEN PROMOSI | SCROLL ...
Harga Booking Di Myze Hotel
Contact Me at: 082333811209

Keadaan alam yang masih utuh, hutan lebat, sawah, dan ladang yang menghijau sangat menunjang kemakmuran ekonomi rakyat.

Dalam mencari ilmu, pada umumnya masyarakat berguru kepada seseorang yang dianggap alim dalam ilmu agama. Bertahun-tahun mereka tekun belajar ilmu, selama itu pula mereka patuh kepada sang guru dalam segala hal yang diperintahkan.

Setelah sekian lama memperdalam ilmu dari alim ulama, mereka menerapkan ilmunya dengan melakukan “semidi“ atau bertapa guna senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, sang maha pencipta alam semesta.

Mereka biasanya memilih goa, bukit, atau gunung sebagai tempat bertapa yang sulit dijangkau. Dengan demikian, mereka tidak terganggu oleh kebisingan khalayak, sehingga konsentrasi bermunajat lebih kuat dan permohonan lebih mudah dikabulkan.

Pertapaan tidak hanya dilakukan bertahun-tahun, bahkan ada yang sampai berpuluh-puluh tahun. Mereka baru meninggalkan tempat bertapa jika merasa bahwa permohonan mereka terkabulkan.

Di antara mereka, ada yang kembali membaur dengan masyarakat sekitarnya, dan ada pula yang membuka pemukiman baru.

Berkat upaya sungguh-sungguh dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, kualitas mereka pun jauh berbeda dengan orang kebanyakan. Banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Derajat mereka menjadi tinggi, dengan kharisma dan kesaktian luar biasa. Tidak heran jika masyarakat Madura menyebut mereka dengan predikat buyut atau buju’ (bahasa Madura), yang berarti Waliyullah, yaitu orang alim kharismatik dengan kesaktian luar biasa.

Apa yang mereka katakan, baik peristiwa saat itu maupun kejadian di masa mendatang sering terbukti dengan izin Allah SWT, “Mandih dabu”(bahasa Madura).

Buyut atau Waliyullah itu antara lain adalah:

– Buyut Khotib Mantoh

– Buyut Panjilaras-Madegan

– Buyut Ajigunung Sekar Sampang

– Buyut Napo di Omben

– Buyut Abdul Alam di Prajjan Camplong

– Buyut Nyamplong di Bunten Ketapang

– Buyut Anggris di Robatal.

Selain itu, terdapat juga Buyut Adipoday di Sepudi, Kabupaten Sumenep, yang menjadi penguasa. Beliau mempunyai seorang putra bernama Jokotole. Kealiman, ilmu kewalian yang kharismatik, serta darah biru dari sang ayah mengalir di tubuh Jokotole, yang memiliki derajat “mandih dabu”.

Berkat “mandih dabu”, beliau menorehkan legenda yang tersirat dan tersurat dalam perkembangan sejarah Madura.***

 

Sumber: Sejarah Babad Sampang, cet. 4 (Penulis: Hj. Hosnanijatun)

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *