NEWS DIMADURA, SAMPANG – Produksi genteng di Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang, Madura, mengalami penurunan signifikan selama musim hujan.
Kendala utama yang dihadapi para pengrajin adalah proses pengeringan genteng yang memakan waktu lebih lama dibandingkan musim kemarau.
Genteng yang biasanya kering dalam waktu dua hingga tiga hari pada musim kemarau kini membutuhkan waktu hingga satu minggu atau lebih karena minimnya sinar matahari.
Hal ini berdampak pada berkurangnya kapasitas produksi dan pendapatan para pengrajin.
Lamri, salah satu pengrajin genteng di Desa Karang Penang, mengungkapkan bahwa musim hujan selalu menjadi tantangan besar bagi para pengrajin.
Menurutnya, pada saat kemarau bisa memproduksi sampai tiga kali pembakaran, namun saat musim penghujan jadi terhambat harus menunggu keringnya terlebih dahulu. Karena, kalau kondisi genteng belum kering tidak bisa dilakukan proses pembakaran.
“Biasanya kalau cuaca panas, kami melakukan pembakaran sampai 3 kali, namun sekarang hanya 1 kali saja, karena genteng yang belum kering tidak bisa dibakar, jadi kami terpaksa menunggu keringnya dulu sekitar 1 Minggu lebih tergantung keadaan cuaca,” ujarnya, Kamis (2/1/2025).
Lamri menambahkan bahwa proses pengeringan yang lama juga menyebabkan genteng menjadi lebih rentan terhadap kerusakan. “Kalau terlalu lama basah, genteng bisa retak atau berubah bentuk. Itu jadi rugi buat kami,” katanya.
Selain itu, lanjut Lamri menambahkan, saat ini harga genteng mengalami kenaikan dikarenakan stok barang yang sedikit, sedangkan permintaan dari konsumen banyak.
“Harganya saat ini mengalami kenaikan karena stok barangnya sedikit, kami disini menjual dengan harga kisaran 1,3 hingga 1,4 juta per 1.000 bijinya, itupun belum termasuk biaya ongkirnya,” ucapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Faiz, pengrajin lainnya, bahwa di musim hujan tidak hanya berdampak pada proses produksi, tetapi juga meningkatkan biaya operasional.
“Kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk para pekerja pada saat melakukan proses pengeringan. Karena pada saat musim hujan penjemurannya tidak hanya dilakukan 1 kali,” ujarnya.
Dia menambahkan saat ini produksi genteng terhambat karena faktor cuaca yang tidak mendukung, sehingga stok barang menjadi langka.
“Sekarang ini produksi genteng terhambat, mulai dari proses pengeringan, pengambilan bahan mentah, bahkan proses pencetakannya juga terhambat, karena percuma mencetak banyak kalau tidak sambil di jemur kan tempatnya tak memadai,” kata Faiz.
Faiz berharap pemerintah atau pihak terkait bisa memberikan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini.
“Kami berharap ada solusi dari pemerintah untuk para pengrajin genting, semisal bantuan berupa alat pengering buatan atau teknologi modern yang dapat membantu pengrajin tetap produktif di tengah cuaca yang tidak menentu,” tandasnya.***