ORGANISASI, DIMADURA – Tantangan media online di era digital menjadi sorotan utama dalam pertemuan antara jajaran pengurus Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jawa Timur dengan Rektor Universitas Dr. Soetomo (Unitomo), Prof. Dr. Siti Marwiyah, S.H., M.H., di Ruang Proklamasi, Unitomo, Surabaya, Jumat (9/5).
Pertemuan ini menjadi momentum penting dalam membangun sinergi antara dunia kampus dan dunia media, khususnya dalam menjawab tantangan media siber yang semakin kompleks di tengah gempuran media sosial.
Jajaran SMSI Jatim yang hadir antara lain Ketua SMSI Jatim Sokip, S.H., M.H.; Sekretaris Tarmuji, S.Pd., M.I.Kom; Bendahara Deny Prasetya; Wakil Ketua Bidang Advokasi Anggit Satriyo, S.H., M.Kn; Wakil Ketua Bidang Riset M. Makruf, S.S., M.I.Kom; Wakil Ketua Hubungan Antar Lembaga Imanuel Yosua; serta penasihat Kanti Wiyono dan Makin Rahmat, S.H., M.H.
Sementara dari pihak Unitomo, Prof. Siti Marwiyah didampingi Wakil Rektor II Dr. Ir. Suyanto, M.M.; Kaprodi Ilmu Komunikasi Dr. Zulaikha; serta Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi Dr. Nuranafi Farni Syam.

Prof Siti menyampaikan kegembiraannya atas kepedulian SMSI terhadap dunia pendidikan tinggi.
Ia bahkan menggagas pembentukan Pusat Studi Media Massa di Unitomo untuk merespons dinamika media dan memberikan masukan akademik kepada para pemangku kepentingan.
“Kami sangat terbuka untuk kerja sama dengan SMSI Jatim. Dengan adanya pusat studi ini, kami ingin kampus ikut terlibat aktif dalam membangkitkan gairah media massa di tengah derasnya arus informasi digital,” ungkap adik kandung Menkopolhukam Prof Dr Mahfud MD itu.
Rektor Unitomo juga menyoroti perbedaan tanggung jawab antara media sosial dan media massa. “Media massa dibatasi oleh etika jurnalistik dan UU Pers, sedangkan media sosial sering kali bebas tanpa batas. Ini tantangan nyata yang harus kita hadapi bersama,” kata Prof Siti.
Ketua SMSI Jatim, Sokip, menyambut baik inisiatif tersebut. Ia menilai kolaborasi ini akan memperkuat kualitas media dan SDM pers di Jatim.
“Unitomo punya potensi besar, bukan hanya sebagai kampus, tapi sebagai pusat pengembangan keilmuan dan profesionalisme wartawan. Kami mendukung penuh ide pendirian pusat studi ini,” kata Sokip.
“Saya yakin, pertemuan ini akan menjadi langkah konkret untuk menciptakan media yang lebih sehat dan bertanggung jawab,” pungkasnya.***