SASTRA DIMADURA — Merangkai pantun Madura membutuhkan keahlian dan pemahaman mendalam tentang bahasa dan budaya lokal.
Proses tersebut bisa kita mulai dari menentukan konsep hingga merangkai kata-kata menjadi sebuah pantun yang indah dan bermakna. Berikut adalah langkah-langkah untuk merangkai pantun Madura.
Langkah 1: Tentukan Tema
Tema adalah inti dari pantun yang akan kita rangkai. Apakah pantun tersebut akan berisi nasihat, sindiran, atau pujian? Semua tergantung pada kehendak atau mood si pengarang. Tapi yang jelas, menentukan tema akan sedikit membantu dalam memilih kata-kata yang tepat.
Pemilihan tema yang tepat sangatlah penting dalam merangkai pantun. Tema dalam pantun sering kali diambil dari kehidupan sehari-hari dan pengalaman sosial masyarakat.
Tema tersebut upayakan relevan dan memiliki kedekatan emosional dengan pendengar atau pembaca.
Langkah 2: Susun Baris Sampiran dan Isi
Pantun Madura biasanya terdiri dari dua atau empat baris. Baris pertama dan kedua disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi.
Contoh Pantun 2 Baris:
Akadhiyâ cajhâ bulân pornama
Sonarra tèra’ mellok parana
(Seperti sinar bulan purnama/Sinarnya terang menyinari sekitarnya)
Sampiran pantun ini menggambarkan keindahan bulan purnama. Sementara isinya adalah pesan yang ingin disampaikan si penulis melalui bait kedua.
BACA JUGA:
Sekalipun bait kedua tersebut seolah belum menjawab bunyi sampiran di atasnya, namun jika kita memaknai kata “sonarra” sebagai “aura wajah seseorang” misalnya, maka sebenarnya 2 baris pantun tersebut sudah dapat ditangkap apa makna dan maksudnya.
Struktur pantun yang terdiri dari sampiran dan isi mencerminkan harmoni antara keindahan bentuk dan kedalaman makna. Sampiran berfungsi untuk menarik perhatian dan memberikan konteks, sementara isi menyampaikan pesan utama.
Langkah 3: Pilih Kata yang Tepat
Pemilihan kata sangat penting dalam merangkai pantun. Kata-kata harus dipilih dengan cermat agar pantun tidak hanya indah tetapi juga bermakna.
Dalam pantun Madura, penggunaan metafora dan personifikasi sering kali digunakan untuk memperkuat pesan.
BACA JUGA:
Langkah 4: Atur Rima dan Irama
Pantun Madura umumnya memiliki pola rima tertentu, seperti a-a atau a-b-a-b. Mengatur rima dan irama membantu pantun terdengar lebih harmonis dan enak didengar.
Contoh Pantun 4 Baris:
Angèn alèmbây maghuli dâun
Dâun akobâ’ ka sampèyan
Rèng alèm sedhâ toron andârun
Kobhurrâ ro’om asrendemman
Maksud: Pantun ini tidak hanya indah secara estetika tetapi juga sarat dengan makna. Baris pertama dan kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi yang menyampaikan pesan tentang kehidupan yang tenang dan indah.
Seni merangkai kata dalam pantun membutuhkan keterampilan berbahasa yang tinggi. Dalam bukunya Language and Literature in Multilingual Contexts, Francis Ong menyatakan, bahwa kemampuan memilih kata dan mengatur rima merupakan keterampilan linguistik yang penting dalam sastra lisan.
Pantun adalah bentuk sastra yang sangat bergantung pada keindahan bunyi dan ritme.
Langkah 5: Terus Berlatih Berulang-ulang
Merangkai pantun sering kali memerlukan beberapa kali percobaan dan pengulangan. Jangan ragu untuk mencoba berbagai variasi hingga menemukan kombinasi kata yang paling pas.
BACA JUGA:
Proses mencoba dan mengulang ini sejalan dengan teori sastra yang dijelaskan oleh Northrop Frye dalam Anatomy of Criticism.
Frye menyatakan, bahwa proses penciptaan sastra adalah siklus yang melibatkan eksplorasi, penyesuaian, dan penyempurnaan. Begitu pula dalam merangkai pantun, perlu ada proses evaluasi dan perbaikan untuk mencapai hasil yang terbaik.
Ya, dengan memahami teknik merangkai pantun Madura, kita dapat menciptakan pantun yang tidak hanya indah tetapi juga bermakna.
Pantun hasil karya kita dapat digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memberikan nasihat hingga menghibur dalam acara-acara adat dan budaya.
Referensi:
- Teeuw, A. The Theory of Poetry in the Southeast Asian Literatures. Leiden: KITLV Press, 1972.
- Kartini, R. A. Habis Gelap Terbitlah Terang. Jakarta: Balai Pustaka, 1985.
- Ong, Francis. Language and Literature in Multilingual Contexts. Oxford University Press, 1999.
- Frye, Northrop. Anatomy of Criticism: Four Essays. Princeton University Press, 1957.